Tantangan Menarik

Siang tadi, setelah istirahat siang, tiba-tiba seorang teman kantor saya mengajukan sebuah penawaran. Dia mengajak saya dan salah seorang rekan lagi untuk banyak-banyakan membaca Al-Qur’an di bulan suci ini. Sebagai hukuman, yang paling sedikit membaca Al-Qur’an harus mentraktir rekan-rekan yang lain selepas Ramadhan.

Menurut saya itu tantangan yang menarik. Apalagi memang saya bertekad untuk mengkhatamkan Al-Qur’an di Ramadhan tahun ini. Namun sayangnya teman saya yang satu lagi tidak setuju. Dia pada dasarnya tidak suka kompetisi yang semacam ini. Saya yakin ini bukan judi. Traktirannya pun gak menguras kantong, hanya traktiran nasi padang atau sebaik-baiknya adalah mie aceh. Mungkin yang kalah hanya akan kehilangan uang sebesar 30 ribu rupiah. Itu pun digunakan untuk mentraktir teman sejawat.

Bagi saya ini adalah tantangan yang menambah motivasi. Memang kita sebaiknya membaca Al-Qur’an karena keimanan dan keinginan sendiri. Tapi apa salahnya ada motivasi lebih? Motivasi untuk tidak kalah. Motivasi untuk bersaing dengan teman sendiri dalam berbuat kebajikan. Itu adalah bagian dari pembelajaran.

Saya pun mengajukan syarat. Ada batas yang bisa dicapai untuk supaya aman dari hukuman. Batas tersebut adalah Khatam 2 kali selama Bulan Ramadhan. Wow, siapa yang bisa khatam 2 kali kalau sekali aja kadang tidak tercapai. Tapi itulah batasnya. Jika sudah khatam sebelum Ramadhan berakhir, maka harus mengulang kembali dari awal dan terus sampai akhir Ramadhan. Saat Idul Fitri baru ketahuan siapa yang membaca paling banyak dan paling sedikit. Itu syarat saya.

Teman saya yang memiliki ide setuju dengan syarat itu. Dua kali Khatam adalah prestasi tertinggi bagi kami semua tentunya. Belum pernah kejadian hal tersebut bagi kami bertiga saat Ramadhan bisa dua kali khatam. Namun sekali lagi, teman saya yang satu lagi menolak hal tersebut. Bahkan ia berani sesumbar untuk mentraktir saya dan teman saya apabila kami berhasil mengkhatamkan Al-Qur’an di Ramadhan tahun ini.

Saya kurang setuju dengan hal tersebut, karena motivasi tersebut kurang kuat. Tidak ada kompetisi sama sekali. Yang ada adalah, jika saya tidak berbuat apa-apa, maka tidak akan terjadi apa-apa. Namun kalau kompetisi ini berjalan, maka saya pun harus berbuat sesuatu. Jika saya tidak berbuat apa-apa, maka saya tidak dapat mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan suci dan saya pun harus mentraktir teman. Kerugian dua kali bagi saya.

Sayangnya tantangan menarik tersebut akhirnya tidak menemukan kata sepakat. Saya pun masih terus konsisten membaca Al-Qur’an hingga hari ini. Sudah memasuki juz 10 sampai hari ini, atau sedikit kalah dengan jumlah hari Ramadhan yang sudah berlalu. Saat ini saya benar-benar mencuri-curi kesempatan untuk membaca Al-Qur’an. Sedikit saja ada waktu luang, maka saya akan gunakan waktu tersebut untuk membaca. Saya benar-benar memaksakan diri saya untuk membaca, apa pun kondisinya. Berwudhu atau tanpa wudhu. Tutup aurat atau memakai celana pendek sekalipun. Tidak ada momen khusus. Setiap saat adalah waktu yang baik untuk membaca.

Semoga saya masih konsisten dengan target saya di bulan Ramadhan di 20 hari sisa Ramadhan ini. Khatam kedua kali sepanjang hidup akan saya peroleh menjelang Idul Fitri tahun ini. {nice1}

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *