Banjir Lagi di Jakarta

Minggu lalu pada tanggal 22 November 2012, komplek rumah kami tergenang banjir. Air mulai naik sejak magrib. Air naik perlahan namun pasti hingga menggenangi jalan komplek. Saat itu saya masih berada di kantor. Saya segera pulang dan untungnya jalanan menuju rumah tidak macet. Saya menempuh perjalanan kurang dari sejam untuk sampai ke rumah.

Saat sampai depan komplek rumah, ketinggian air sudah mencapai betis orang dewasa. Gerbang komplek merupakan tempat yang paling rendah di komplek saya. Saat masuk ke dalam komplek, ketinggian air secara umum masih sedikit di atas mata kaki. Saya pun menuju rumah saya untuk memindahkan mobil yang menurut istri saya yang saat itu berada di rumah sakit untuk menemui dokter anak, masih berada di rumah.

Sampai di rumah saya tidak menemukan mobil saya. Rupanya ibu mertua saya sudah memindahkan mobil keluar komplek dan diparkir di pom bensin depan komplek. Mengingat pengalaman tahun 2007 lalu banjir hingga setinggi orang dewasa di jalan raya, parkir di pom bensin itu pun belum sepenuhnya aman.

Saya pun memindahkan lagi mobil tersebut ke tempat yang lebih tinggi lagi. Namun, karena bukan di pom bensin, menurut orang rumah, keamanan mobil menjadi kurang terjaga. Malam itu saya kembali keluar komplek yang sudah semakin tinggi airnya untuk memindahkan mobil. Akhirmya pilihan jatuh ke pom bensin lain yang tidak terlalu jauh dari pom bensin sebelumnya. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 1 pagi.

Semakin malam air semakin tinggi. Depan komplek ketinggian air sudah sampai paha orang dewasa. Rata-rata di dalam komplek pun sudah mencapai betis. Di rumah saya air sudah mulai masuk pagar menuju garasi. Perlahan tapi pasti air naik terus.

Dengan kecepatan naik air yang tidak begitu signifikan, saya pun memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu sehabis memindahkam barang-barang kecil ke atas rumah. Saat saya tidur, waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Untungnya listrik masih menyala sehingga AC pun dapat dinyalakan.

Tidak ada kenaikan air yang signifikan saat saya tertidur. Saat bangun pukul 5 pagi saya melihat ketinggian air naik sedikit daripada saat saya tidur tadi malam. Ini berarti tanda-tanda bahwa air sudah mulai surut. Dengan kecepatan kenaikan air malam sebelumnya, kenaikan air yang sangat sedikit dalam kurun waktu 3 jam memiliki arti bahwa sudah ada tanda-tanda air akan surut.

Saya pun langsung menghubungi teman kantor untuk memberitahukan bahwa saya tidak masuk kantor hari itu. Setelah itu saya melanjutkan tidur saya setelah melaksanakan shalat subuh.

Pukul 8 pagi saya terbangun kembali dan menemukan bahwa air sudah semakin surut kembali ke telapak kaki di jalanan komplek. Malah semenjak pukul 10 pagi, air sudah benar-benar surut di jalanan komplek saya dengan menyisakan lumpur-lumpur yang dibawa oleh genangan air pada malam sebelumnya.

Banjir tanggal 22 November di komplek rumah saya sudah resmi berakhir. Namun kewaspadaan terus ditingkatkan karena sungai pesanggrahan dekat komplek kami masih cukup tinggi. Hanya perlu sedikit hujan lebih deras di daerah depok untuk menaikkan ketinggian air di sungai tersebut.

Hari itu air yang meluap masih anak sungai pesanggrahan. Hasilnya adalah banjir setinggi paha di depan komplek. Jika sungai pesanggrahannya yang meluap, mungkin banjir sampai sepinggang di dalam rumah akan terulang lagi.

Semoga normalisasi sungai pesanggrahan cepat dilakukan dan masyarakat sekitar tidak lagi membuang sampah di sungai. Jika kedua hal itu dilakukan, banjir hanya terjadi jika memang curah hujan sangat tinggi. {nice1}

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *