Senang dan Sedih Naik Angkutan Umum

Beberapa hari terakhir ini saya terpaksa merasakan kembali naik angkutan umum setelah lebih dari satu tahun memilih naik sepeda motor untuk pergi ke dan pulang dari kantor. Saya menemukan sebuah kesenangan, yaitu sudah ada bus pengumpan busway lewat depan komplek perumahan saya.

Namun saya juga merasa sedih, karena metromini yang selama ini melayani jalur depan komplek rumah saya, penumpangnya drastis menurun. Bahkan di sebuah metromini sudah tidak lagi ditemukan kenek di dalamnya. Tinggal supir yang mengemudikan dan juga menerima pembayaran dari penumpang.

Senang karena kedatangan busway bisa diprediksi secara tepat. Kebanyakan busnya menggunakan GPS yang bisa dipantau dengan aplikasi smartphone yang bernama TRAFI. Tapi sayangnya karena jalur di depan komplek saya baru, GPS-nya kadangkala tidak nyala dan bus-busnya tidak bisa dipantau secara online.

Dengan adanya bus pengumpan busway di depan komplek saya, saya mengharapkan waktu perjalanan yang lebih singkat dan juga biaya yang lebih murah. Soalnya dari depan komplek biasanya saya menggunakan metromini atau mikrolet untuk menuju halte busway terdekat, lalu naik busway sampai halte tertentu. Dilanjutkan dengan angkot atau bus pengumpan busway sampai menuju kantor.

Saat ini, harapan saya, dari depan komplek perumahan, naik bus pengumpan, lalu lanjut busway tanpa bayar lagi, kemudian naik bus pengumpan lagi setelah sampai halte tujuan. Cuma bayar dua kali, yaitu saat naik depan komplek perumahan dan saat lanjut setelah mencapai halte tujuan. Total biaya perjalanan hanya Rp 7.000 sekali jalan.

Pulangnya pun begitu, naik bus pengumpan dari dekat kantor sampai halte busway yang saya tuju. Kemudian naik busway hingga dekat dengan rumah saya. Selanjutnya naik bus pengumpan kembali tanpa bayar ke depan komplek perumahan.

Ah impian naik angkutan yang aman dan nyaman sudah ada di depan mata. Impian yang selama ini hanya bisa saya khayalkan, saat ini benar-benar nyata sudah tersedia. Terima kasih jajaran pemerintah provinsi DKI Jakarta. Saya sengaja tidak berterima kasih kepada Pak Gubernur seorang, karena ini adalah kerja sebuah tim, bukan kerja seorang saja, walaupun dia seorang pemimpin.

Sedih, karena bila melihat penumpang metromini yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari sebelah tangan, saya langsung membayangkan keluarga dari supir metromini tersebut. Mungkin kita bisa langsung menghakimi karena sikap dan perilaku mereka tidak berubah. Apalagi di tempat lain, minggu lalu, baru saja terjadi kecelakaan maut yang diakibatkan oleh metromini yang ngebut dan menabrak beberapa orang di sekitarnya.

Mungkin ini seleksi alam, tapi alangkah elegannya bila seleksi tersebut tidak harus mengorbankan pihak-pihak yang kalah. Dalam sebuah komunitas, kita harus berlomba-lomba untuk membantu sesama. Memang pihak metromini selama ini selalu keras kepala dan tidak mau berkompromi, tapi gara-gara keegoisan beberapa pihak, sejumlah keluarga jadi kesulitan. Orang-orang mungkin jadi korban lebih banyak karena biaya operasional tidak berhasil ditutupi oleh tarif yang diterima dari penumpang.

Sudah waktunya kompromi kembali digelar antara pihak metromini dan pemerintah provinsi DKI Jakarta agar win-win solution bisa dicapai. Dengan sengaja membuat rute baru bus pengumpan yang langsung bersinggungan dengan trayek metromini, pasti akan membunuh metromini itu sendiri.

Perubahan ke arah lebih baik, tidak harus dimulai dengan menghancurkan yang sudah ada, tapi memperbaiki yang sudah ada dengan membina para pemain lama agar bisa berperan sesuai dengan perubahan jaman. Memang berat, tapi itu lebih elegan daripada membunuh mereka secara terang-terangan di depan orang banyak.

Membunuh memang solusi tercepat, tapi pasti makan korban.

Apakah tidak cukup korban yang berjatuhan gara-gara kendaraan angkutan umum tidak layak jalan akibat dari pendapatan yang tidak memadai?

Saran saya, jika anda naik metromini, kasih lebihlah supirnya seperti anda berulang kali memberikan tips lebih kepada penyedia jasa angkutan online. Mereka lebih butuh itu daripada penyedia jasa angkutan online, karena memang pendapatannya saat ini berkurang, bukan saja tajam, tapi drastis hampir nol.