Jika anak dibesarkan dengan celaan, dia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan/kekerasan, dia belajar membenci
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, dia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, dia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, dia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, dia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, dia belajar percaya diri
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, dia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, dia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, dia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, dia pun belajar menemukan cinta dalam kehidupan ini
Puisi di atas mungkin pernah kita dengar sebelumnya karena saya hanya copy paste dari link ini. Di puisi itu tergambar bahwa karakter seorang anak terbentuk dari bagaimana dia dibesarkan oleh orang tuanya. Karakter terbentuk karena kebiasaan. Kebiasaan adalah sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama (biasanya bertahun-tahun) kadang tanpa kita sendiri menyadari bahwa kita melakukan hal tersebut. Karakter inilah yang nantinya dapat digunakan sebagai senjata ampuh untuk melawan korupsi. Karakter tersebut bernama KEJUJURAN.
Untuk itu kita perlu menanamkan kejujuran baik untuk diri kita maupun untuk anak kita kelak. Bagi yang lebih luas seperti bangsa ini, kejujuran harus ditanamkan bagi para pelaku sejarah hari ini maupun generasi penerus nantinya.
Untuk menanamkan karakter kejujuran tentunya harus diawali dengan kebiasaan jujur. Kebiasaan jujur ini meliputi segala hal termasuk perilaku, omongan, pemikiran bahkan paparan dari pihak luar. Malah kalau perlu kata-kata JUJUR selalu menjadi paparan bagi orang maupun bangsa ini.
Misalkan, saat ini di berbagai tempat dalam kota kita disuguhkan oleh begitu banyak billboard yang mempromosikan produk, layanan, acara maupun tokoh politik tertentu. Ketika di sebuah billboard terpampang kata-kata jujur, maka akan banyak orang yang terpapar billboard tersebut akan memasukkan kata jujur di benaknya. Jika terus-menerus paparan diberikan mengenai kejujuran, maka lama-lama kejujuran akan datang kepada masyarakat yang terkena paparan billboard tersebut.
Media juga berperan penting dalam mengkampanyekan kejujuran. Jangan lagi komoditas korupsi menjadi santapan kita sehari-hari. Beritakan korupsi seadanya saja. Beritakan kejujuran dengan porsi yang lebih besar. Bahkan jika ada tindakan curang, korupsi, percaloan, maka beritakan saja terjadi ketidakjujuran di berbagai tempat. Yang penting jangan ada lagi kata korupsi muncul di pemberitaan media cetak, online, radio maupun televisi.
Program pemerintah pun tidak perlu lagi untuk memberantas korupsi. Programnya diganti dengan menegakkan kejujuran. Kalau perlu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) diganti namanya menjadi Komisi Penegak Kejujuran. Lalu kampanye-kampanye tentang pemberantasan korupsi pun diganti dengan kampanye-kampanye yang memprioritaskan kejujuran. Apresiasi terhadap masyarakat pun harus diubah dari yang paling pinter, paling berprestasi, atau paling kaya menjadi paling jujur.
Yang terpenting dalam kampanye tersebut adalah generasi muda yang 10 – 20 tahun lagi akan menjadi birokrat-birokrat baru negeri ini. Jangan sampai ada lagi Gayus dan Nazaruddin baru yang merupakan generasi baru korupsi hasil jerih payah menggulingkan diktator di tahun 1998 namun berkembang menjadi pelaku korupsi baru dengan hasil uang korupsi yang luar biasa besar.
Kebiasaan jujur ini juga harus dimulai dari masing-masing individu, lalu keluarga dan yang paling besar adalah bangsa. Dengan adanya kebiasaan jujur dan kampanye yang menganjurkan orang berbuat jujur akan menghilangkan korupsi di benak masyarakat kita.
Dengan analogi yang sama kebiasaan menghasilkan karakter maka kita akan temukan karakter-karakter kejujuran akan muncul dari bangsa ini.
Asal kampanye kejujuran dilakukan secara berkesinambungan, maka dalam waktu yang tidak terlalu lama Indonesia akan menjadi negara yang indeks kejujurannya tinggi menyaingi negara-negara lain seperti Singapura atau negara-negara di kawasan skandinavia.
Tentunya hal ini baru bisa jalan jika seluruh masyarakat terutama orang-orang yang berpengaruh kompak untuk melakukan kampanye yang saya sebutkan di atas. Bagi media mungkin akan lebih banyak berkorban karena tentunya berita tentang korupsi adalah berita paling hot yang paling dicari masyarakat.
Tulisan ini bukan sekedar angan-angan, saya yakin di masa mendatang akan ada kampanye yang mirip dengan ide saya ini dan Indonesia akan terlepas dari belenggu korupsi yang kata banyak orang sudah menjadi karakter bangsa Indonesia.
Mari kita cuekin si wanita cantik nan seksi yang lewat depan kita dan yang pasti jangan dilirik, apalagi disentuh :D.
{nice1}