Rawat Pisah dengan Mama

19 November 2011

Setelah sehari sebelumnya saya berhasil menahan agar Altina tidak dirawat di ruang seruni karena berpisah dari ibunya, hari ini Altina terpaksa kami perbolehkan untuk dirawat karena ketika dokter anak melakukan kunjungan ke ruang rawat istri saya, Altina secara tiba-tiba muntah. Dan muntah itu berwarna coklat yang artinya ada sesuatu yang tidak beres di daerah lambungnya (saya mendapatkan info ini dari sebuah blog seorang ibu dan juga diberitahukan hal yang sama oleh dokternya ketika konsultasi).

Saat Altina muntah saya tidak berada di ruangan karena memang di luar jam besuk. Ketika memasuki jam besuk, istri saya setuju jika Altina dirawat terpisah dengannya karena ada kemungkinan bahwa indikasi infeksinya adalah benar.

Ketika jam besuk tiba, ibu mertua dan ibu saya datang menjenguk Altina sembari membawa pompa susu yang diminta tadi malam. Teman-teman dari kantor pun menjenguk Altina. Namun di akhir kunjungan mereka, Altina harus dirawat di ruang seruni dan hanya dapat dilihat di ruang seruni ketika jam besuk dengan menggunakan jubah dokter.

Altina masuk ke ruang seruni dengan kondisi tertidur karena habis menyusu dari mamanya. Pukul 13 saya dan suster ruangan mengantar Altina ke ruang seruni dan langsung diterima oleh suster di ruang seruni. Karena sempat muntah, maka si dokter, yang berbeda dari dokter yang saya lihat hari sebelumnya, menyarankan untuk memberikan antibiotik dua macam. Artinya dalam waktu tiga hari ke depan Altina akan mendapatkan 12 suntikan antibiotik dengan jarak antar suntikan masing-masing 6 jam.

Mengenai pemberian susu ke Altina, saat serah terima ke suster ruang seruni, saya masih bersikeras untuk tetap ASI dan tidak mau tanda tangan penggunaan susu formula. Sebelum meninggalkan seruni saya sempat berucap ke Altina untuk memaafkan saya sebagai ayahnya karena tidak dapat melindungi dia dari antibiotik di umurnya yang masih dua hari.

Saat kembali ke ruang rawat istri saya, kami langsung mencoba pompa susu yang dibawa oleh ibu saya dan ibu mertua. Kami mencoba keduanya untuk dibandingkan mana yang lebih nyaman untuk dipakai oleh istri saya. Rupanya yang dipunya oleh adik saya menurut istri saya lebih nyaman. Tapi air susu yang keluar saat itu sangat sedikit, bahkan sesudah mencoba beberapa saat, hanya rembesan air susu yang mengalir ke botol penampung. Wah bahkan lebih buruk daripada kemarin pas pompa manual.

Sehabis mencoba pompa susu saya harus meninggalkan ruangan karena memang sudah lewat jam besuk. Saya tidak pulang tapi hanya beredar di sekitar selasar rumah sakit sambil menunggu jam besuk selanjutnya yaitu pukul 5 sore. Karena bingung mengenai pemberian ASI ke Altina, dengan kondisi, istri saya masih lemah walaupun sudah mampu berjalan pelan, stok susu ASI istri yang masih sedikit dan Altina yang harus mendapatkan cairan yang cukup banyak karena dia diberikan antibiotik.

Jadi saya kebingungan bagaimana caranya agar Altina tetap diberi ASI eksklusif tanpa susu formula padahal kebutuhannya sangat besar sedangkan supplynya masih sedikit. Kebingungan saya tidak sendirian, istri saya malah sempat menangis setelah mengetahui bahwa supply susunya masih sedikit sekali.

Saya pun bertanya kepada adik saya yang saat ini sedang menantikan anak ketiganya. Minimal dia mengetahui hal-hal seputar ASI karena dia telah memiliki dua anak yang salah satunya sudah bersekolah di sekolah dasar. Saya telpon kepadanya menceritakan kondisi tersebut dan adik saya bilang bahwa memang pada 1-2 hari setelah kelahiran, supply ASI ibu masih agak kurang. Yang perlu dilakukan adalah dipijit dan dipompa, bahkan kalau perlu si anak disuruh untuk menyusu walaupun kondisi susunya masih kurang. Bahkan adik saya berkali-kali memberikan info kepada saya lewat SMS untuk menyemangati saya dan istri saya mengenai pemberian ASI ke anak.

Saya juga baca-baca di internet, walaupun agak susah loadingnya karena akses internet tri di rumah sakit itu betul-betul lemah sekali, bahwa produksi ASI di awal-awal kelahiran memang masih sedikit dan itu normal. Masalahnya Altina butuh susu yang banyak tapi tangki mamanya masih belum memproduksi secara optimal.

Ketika jam besuk pukul 5 sore, istri saya langsung menuju ruang seruni dengan menggunakan kursi roda yang saya dorongkan dari ruang rawatnya. Sebagai informasi dari ruang rawat ke ruang seruni itu butuh jalan kaki sekitar 200 meter dan naik lift satu lantai karena ruang rawat di lantai satu dan ruang seruni di lantai dua.

Di jam itu kami dipertemukan dengan dokter yang merawat Altina. Dia menjelaskan kronologis kenapa dia rekomendasi Altina untuk diberikan antibiotik. Katanya, nilai CRP yang tinggi itu biasanya infeksi karena bakteri sehingga harus diberikan antibiotik. Lalu karena tadi pagi dia melihat Altina muntah berwarna coklat, dia pun menyimpulkan kembali bahwa infeksi telah terjadi di daerah lambung, makanya obat antibiotiknya diberikan dua macam.

Katanya untuk identifikasi infeksi sehabis melahirkan ini adalah program unggulan dari rumah sakit itu dan baru saya ngeh ketika melihat website rumah sakit itu beberapa saat yang lalu. Menurutnya walaupun CRP-nya rendah sekalipun, asal sudah terbukti muntah, maka harus tetap diberikan antibiotik. Saya bingung dengan pernyataan ini, tapi si dokter pun sudah mengatakan hal yang sama ketika dia berkunjung ke kamar rawat istri saya. Saya pun setuju dengan penjelasannya, tapi saya sempat bertanya apakah bisa Altina tetap dirawat bersamaan dengan ibunya tanpa harus dirawat terpisah. Dokter tersebut kembali menyatakan bahwa prosedur dari rumah sakit tidak memperbolehkannya berbuat demikian. Altina harus tetap di seruni, dan ibunya pun harus tetap di ruang rawat sendiri.

Alasannya adalah jika ada sesuatu yang salah di diri Altina nantinya langsung bisa terlihat oleh perawat di ruang seruni tersebut. Sedangkan perawat di ruang rawat layanannya berbeda dengan yang ada di ruang seruni ini. Dan juga menurut dia, tiap tiga jam sekali akan ada pengecekan mengenai tanda-tanda vital Altina dan itu memang terbukti dilakukan setelah saya sempat melihat hasil rekam medis laporan perawat untuk Altina. Mengenai susu, lagi-lagi si dokter tidak dapat memberikan solusi yang baik, karena katanya si bayi butuh minum banyak dan kalau ibu supplynya masih sedikit maka bisa ditambahkan susu formula. Dia bilang, rumah sakit ini mendukung ASI eksklusif, tapi karena ini kondisinya berbeda, maka dia mengatakan bahwa ASI eksklusif dapat dilanjutkan di rumah ketika bayi sudah pulang.

Mengenai pemberian susu, setelah minta pendapat mertua dan ibu saya, akhirnya kami menyerah dan membolehkan perawat di seruni untuk memberikan susu formula sebagai suplement tambahan dengan yang utama tetap ASI. Lagi-lagi saya meminta maaf kepada Altina sebelum berakhirnya jam besuk bahwa saya dan ibunya tidak dapat memenuhi haknya untuk mendapatkan ASI eksklusif minimal dalam 6 bulan pertama kehidupannya.

Karena Altina berada di ruangan yang berbeda dengan mamanya, maka tiap tiga jam kami harus bolak-balik ke ruang seruni dengan jam sebagai berikut :

Jam 8 malam

Jam 11 malam

Jam 2 pagi

Jam 5 pagi

Jam 8 pagi

Jam 11 pagi

Jam 2 siang

Jam 5 sore

Jam 8 malam, dst

Karena kami telah memperbolehkan menggunakan susu formula dan juga karena kondisi istri saya masih lemah, biasanya kami tidak hadir pada kunjungan jam 2 pagi dan terpaksa pada jam tersebut Altina sepenuhnya bergantung kepada susu formula.

Pelayanan perawat di ruang seruni pada umumnya cukup baik. Pernah jam 8 malam kami di kontak dari seruni ke ruang rawat kami karena Altina nangis dan minta susu sehingga kami pun langsung menuju seruni dengan kecepatan dorong kursi roda yang lebih cepat dari biasanya.

Tapi ada juga pengalaman kurang enak dengan perawatnya. Saat kami agak sedikit lambat datang ke seruni, tau-tau Altina sudah diberinya susu formula sehingga ketika mamanya datang Altina tidak lagi tertarik untuk menyusu. Bahkan ada juga perawat yang memberikan susu formula dengan memakai botol dot (tidak dituang memakai cawan) kepada beberapa bayi. Saya termukan hal ini di pukul 11 malam dan pukul 5 pagi. Saya tidak tahu apakah Altina pernah diberikan dot bayi dalam memberikan susu formula, tapi saya tidak pernah menangkap basah ada salah satu perawat yang melakukannya pada Altina.

Karena ada pengalaman kurang enak tersebut membuat kami selalu berusaha on-time ketika datang ke seruni. Malah kadang-kadang saya ingatkan istri (saya sendiri suka tidak boleh masuk, karena khusus untuk ibu yang boleh masuk di luar jam besuk) untuk mengingatkan perawat di situ agar tidak langsung memberikan susu formula dalam pemberian ASI berikutnya.

22 November 2011

Kabar baik datang dari perawat yang berada di seruni yang bilang ke kami pada saat kunjungan pukul 8 pagi bahwa dokter telah memperbolehkan Altina pulang hari itu. Memang hari sebelumnya kami telah berkonsultasi dengan dokter dan dokter menyatakan kondisi Altina baik, tidak pernah muntah selama dirawat, pemasukan susu dan pengeluarannya cukup baik. Dia bilang kalau kondisi CRP dan kuningnya bagus, maka sudah bisa pulang keesokan harinya.

Pukul 11 kami datang ke seruni dan bertemu dengan dokter yang merawat karena memang jamnya untuk konsultasi. Entah kenapa jam konsultasi dibatasi, padahal menurut websitenya dokter dan perawat jaga 24 jam. Tapi yang penting saat itu dibilang dokternya bahwa Altina sudah boleh pulang (Alhamdulillah) namun harus kontrol di hari kamis tanggal 24 November 2011 untuk melihat kadar kuningnya. Saat kami pulang kadar kuning Altina berkisar di angka 11. Dan itu sudah mulai agak tinggi.

Saya membaca dari internet kadar kuning agak tinggi itu wajar di bayi yang baru berumur kurang dari seminggu. Cara untuk mengurangi kuning adalah dengan memberikan cairan sebanyak-banyaknya kepada si bayi untuk melunturkan kuning tersebut di dalam darah. Pemberian cairan yang dimaksud adalah ASI. Tapi si dokter bilang bahwa kontrol tetap harus dilakukan untuk melihat apakah kuningnya naik atau turun.

Akhirnya saya mengurus administrasi ke bagian tata rekening untuk membawa pulang Altina ke rumah. Sebelumnya saya sempat bilang ke dokternya untuk minta copy rekam medis Altina selama dirawat di seruni dan dokternya memperbolehkan saya untuk mengcopy resume medisnya ketika kontrol nanti.

Pukul 14 lewat sedikit Altina akhirnya telah sampai rumah dan langsung ditidurkan di box yang sudah dipersiapkan oleh Yangti dan Yangkungnya. Ibu saya bahkan sengaja datang malam harinya hanya untuk melihat cucunya kembali ke rumah

Welcome home my daughter….{nice1}

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *