Tahun 2012 sudah tinggal satu setengah bulan lagi. Di tahun itu adalah tahun siklus banjir lima tahunan di kota Jakarta tercinta. Banjir besar sebelumnya terjadi di tahun 2002 dan 2007 yang menenggelamkan lebih dari 60% daerah di Jakarta selama beberapa hari. Kebetulan tempat tinggalku sekarang di daerah kebon jeruk menjadi langganan banjir siklus lima tahunan pada tahun 2002 dan 2007. Jikalau 2002 lalu ketinggian air hanya sampai betis orang dewasa, tahun 2007 ketinggian air hingga mencapai pinggang orang dewasa, dan keduanya berada di dalam rumah. Dengan trend yang sama, kemungkinan jika terjadi banjir lagi tahun 2012 nanti, ketinggian air akan mencapai dada orang dewasa.
Kita tahu banjir adalah bencana alam. Tapi kita tahu juga bahwa banjir adalah bencana alam yang dapat dicegah atau paling tidak diminimalisir dampaknya. Penyebab terjadinya banjir di Jakarta yang paling umum adalah
1. Curah hujan yang tinggi baik di Jakarta maupun di daerah hulu Jakarta dalam hal ini Bogor.
2. Resapan air yang tidak maksimal karena banyaknya jalan beton dan aspal
3. Penyempitan dan pendangkalan sungai akibat pembangunan
4. Sumbatan aliran air akibat sampah menggenang di sungai
Untuk tiga point pertama, tidak ada yang dapat kita lakukan dalam waktu satu setengah hingga tiga bulan ke depan ini. Namun kita dapat bertindak di point keempat dimana sudah waktunya kita menghentikan membuang sampah ke sungai. Kesadaran warga sangat diharapkan karena memang pemerintah tidak memiliki dasar hukum yang kuat untuk menghukum warganya yang membuang sampah ke sungai. Akumulasi dari perbuatan tercela ini adalah banjir yang dikirimkan oleh alam setiap lima tahun sekali.
Mungkin saya tidak pernah buang sampah ke sungai. Saya yakin anda pun tidak pernah melakukannya. Tapi apakah anda yakin penduduk Jakarta yang berjumlah lebih dari 10 juta orang dan bahkan bisa mencapai 20 juta orang saat hari kerja siang hari tidak juga melakukannya? Saya rasa pengalaman dua kali banjir besar sudah lebih dari cukup bagi kita untuk stop buang sampah ke sungai. Sungai bukanlah tempat sampah, walaupun mungkin persepsi itu sudah turun temurun dari jaman nenek moyang kita (buktinya, lihat saja sungai yang ada di pulau Jawa, sungai mana yang masih berwarna bening? tidak ada!)
Membuang sampah di sungai bagi saya mirip dengan tindakan korupsi. Karena perbuatan anda tidak secara langsung berakibat kepada anda dan keluarga tapi bisa berakibat kepada orang yang lebih banyak. Selain itu membuang sampah di sungai seperti sudah jadi budaya masyarakat, bukan hanya masyarakat kecil yang miskin dan berpendidikan rendah, tapi juga masyarakat yang berpendidikan tinggi dan tergolong masyarakat golongan atas. Di samping itu tidak ada rasa bersalah dari orang yang melakukannya dan jika ada dampak yang besar yang kebetulan menimpanya juga, maka yang disalahkan adalah orang lain dalam hal ini pemerintah.
Itulah budaya yang terjadi di kota Jakarta. Sebelum banjir, mereka tidak perduli walaupun ada yang menghimbau untuk membuang sampah pada tempat sampah. Namun ketika terjadi banjir, dan terlihat sampah menumpuk dimana-mana, mereka tetap menyalahkan pemerintah kota karena tidak melakukan perbaikan infrastruktur sehingga banjir masih terjadi. Anehnya warga Jakarta sangat mengharapkan pemerintah untuk melakukan proyek pengerukan sungai atau kali di Jakarta atas sampah-sampah dan lumpur yang berada di sungai. Artinya miliaran rupiah akan terbuang sia-sia karena warga tidak dapat menjaga kalinya dari sampah yang terus saja dibuang ke kali atau sungai.
Lihat saja banjir kanal timur yang baru beberapa tahun dibangun. Sampah sudah berserakan dimana-mana dalam jalur tersebut. Padahal di tahun 2007 lalu, bahkan 2008 juga, di daerah tersebut selalu digenangi banjir sebelum banjir kanal timur dibuat. Saat ini dengan sudah adanya banjir kanal timur walaupun proyeknya belum rampung, warga sudah merasa lebih enak karena jika banjir sekalipun tidak sampai masuk ke rumahnya dan lebih cepat surut airnya. Namun lagi-lagi si pembuang sampah di sungai beraksi kembali dan saya khawatir dalam lima tahun ke depan lagi, kebiasaan banjir yang dialami orang-orang yang tertolong oleh banjir kanal timur akan muncul kembali karena aliran airnya tersumbat sampah.
Mari kita biasakan membuang sampah di tempat sampah apapun kondisinya. Jangan lagi membuang sampah sembarangan di jalan. Mungkin kita beranggapan bahwa kita tidak pernah membuang sampah ke sungai. Tapi jika anda telusuri lagi, dengan membuang sampah sembarangan, maka sampah tersebut ujung-ujungnya akan sampai ke sungai karena terbawa oleh aliran hujan atau terkena tendangan orang yang lewat di jalan tersebut dan menendangnya ke sungai.
Dengan stop buang sampah ke sungai dalam satu setengah bulan terakhir, maka sumbatan aliran sungai tidak akan bertambah. Dan jika memang akan terjadi banjir lagi di awal tahun 2012 nanti, efeknya mungkin tidak akan terlalu besar. Harusnya kita belajar pada Australia dan Thailand, dua tetangga kita yang baru-baru saja mengalami banjir hebat sepanjang sejarahnya. Bukan tidak mungkin dengan iklim yang sedang kurang bersahabat beberapa tahun ini, di tahun 2012 nanti merupakan puncak dari segala guyuran air yang akan masuk ke pulau jawa termasuk Jakarta dan menenggelamkan Jakarta dan kota-kota lainnya di pulau Jawa selama beberapa minggu.
Untungnya hal itu bisa dicegah atau dieliminir dengan satu hal : tidak membuang sampah di sungai.
Bisakah kita melakukannya? Harus bisa!
Kumohon ya masyarakat Indonesia, khusunya Jakarta. Kali ini saya yang akan menanggung banjir tersebut awal tahun depan. Saya takutnya akibat perbuatan anda yang secara tidak sadar anda lakukan, akan memberikan dosa yang sangat besar bagi anda nanti. Dan ingat, dosa terhadap sesama manusia tidak akan diampuni sampai manusia yang dizolimi memberikan maaf atau ampunan.
Jangan sampai anda menjadi orang yang paling merugi ketika menghadap yang Maha Kuasa nantinya gara-gara hanya membuang sampah sembarangan apalagi membuang sampah di sungai. Ingat, membuang sampah sembarangan adalah perbuatan yang zolim!! {nice1}