Terakhir kali saya donor darah mungkin sudah lebih dari 3 tahun yang lalu. Penyebabnya adalah ada saja hal-hal yang membuat saya ditolak untuk donor. Hari ini kebetulan pas saya ke rumah adik saya di daerah Jatibening, saya melihat spanduk donor darah di tempat serbaguna komplek rumah adik saya yang dulu saya kenal dengan nama BATAKO. Saya merasa ini adalah kesempatan saya untuk mendonorkan darah saya setelah sekian lama tidak berdonor.
Jadilah saya pergi ke BATAKO untuk mendaftarkan diri saya untuk berdonor. Karena sifatnya dadakan, saya tidak membawa kartu histori donor saya yang mungkin juga telah hilang sejak lama. Jadi dengan bermodal nekat dan KTP, saya mengisi formulir pendaftaran donor darah, kemudian masuk ke ruangan tempat berdonor. Saya terkejut sekaligus kagum karena rupanya PMI DKI Jakarta sudah memilki data tentang diri saya yang dicari dari tanggal lahir dan nama saya. Canggih juga rupanya, sehingga mereka dapat mengetahui bahwa donor kali ini adalah donor darah ke-7 saya sepanjang saya hidup.
Setelah cek data, kemudian petugas mengambil sampel darah saya dengan tusuk jari (mungkin untuk memastikan golongan darah saya) dan mengecek tensi darah saya. Setelah itu tinggal menunggu giliran untuk donor karena kebetulan tempat tidur untuk berdonor yang berjumlah 4 buah penuh.
Sembari menunggu saya menunggu di luar dan mengobrol dengan beberapa tetangga lama (karena saya sebelumnya tinggal di Jatibening) sambil bercerita kehidupan masa lalu dan keadaan sekarang. Apalagi yang diceritakan jika sedang bernostalgia selain hal-hal tersebut….
Rupanya karena saya mendaftar di injury time pelayanan donor darah, saya pun menjadi orang terakhir yang diambil darahnya. Jumlah darah yang diambil menurut petugas PMI adalah 350 ml. Saat darah saya diambil rasa kantuk mendera saya seperti yang terjadi di enam donor darah sebelumnya. Saya pun langsung memeremkan mata untuk tidur sejenak sambil menunggu donor darahnya selesai. Namun tindakan saya yang tidur langsung dibangunkan oleh petugas karena yang bersangkutan kuatir jikalau pendonor pusing ataupun pingsan. Jadi saya dianjurkan untuk tidak tidur saat diambil darahnya.
Saya pun mengikuti sarannya, walaupun memang kantuk itu cukup hebat. Entah kenapa ketika mengalami darah mengalir, rasa kantuk pasti mendatangi saya. Apakah itu normal? Entahlah!
Kalau biasanya donor darah membutuhkan waktu 10-15 menit, kali ini rasanya cuma sebentar. Rasanya tidak lebih dari 10 menit. Setelah petugas mengambil sampel darah saya, dia pun mengatakan ke saya bahwa saya sudah bisa bangkit dan kemudian petugas yang lain menyerahkan sebungkus pop mie dan satu kotak susu ultra coklat ukuran 200 ml. Saya pun diberikan kartu donor baru dan beberapa buah obat penambah darah.
Entah mengapa saya merasa pemberian makanan setelah donor darah semakin berkurang dari tahun ke tahun. Beberapa tahun sebelum saya vakum berdonor, makanan yang diberikan adalah mie instan plus telur dan segelas atau sekotak susu. Kali ini telurnya dihilangkan….
Akhirnya saya pun kembali ke rumah adik saya tanpa menyicipi makanan yang diberikan karena memang saya orang terakhir yang diambil darahnya. Ketika sampai saya langsung meminta disiapkan makanan dan langsung tidur. Lumayan istirahat dengan tidur hampir 2 jam cukup untuk memulihkan kondisi sehabis donor darah.
Setelah itu saya pun kembali pulang ke rumah.
Pelajaran yang dapat dipetik dalam aksi donor darah kali ini, kita tidak perlu membawa kartu donor saat berdonor, karena petugas PMI sudah memilki data kita secara online. Mudah-mudahan 3 bulan lagi saya mengetahui jika ada donor darah lagi sehingga bisa rutin berdonor kembali.
Mohon informasi kalau ada kegiatan donor darah dalam 3 bulan ke depan ya….
Yuk kita berdonor! {nice1}