Di tulisan bagian pertama, saya sudah menjabarkan parameter penting untuk transportasi publik di Jakarta yang sampai saat ini masih agak sulit direalisasikan. Namun itulah langkah awal dengan mengidentifikasi masalah yang ada.
Untuk membuat transportasi publik di Jakarta memenuhi seluruh parameter tersebut, harus dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan prioritas. Jadi kalau ada cagub/cawagub yang punya program akan menjalankan MRT atau Monorail untuk memperbaiki transportasi Jakarta semasa periode ia menjabat, maka itu adalah bohong belaka, karena kedua hal tersebut sampai saat ini belum ada, dan jika ada pun kemungkinan akan jalan menjelang masa akhir jabatannya. Jadi jangan percaya akan kampanye-kampanye mimpi semacam itu.
Prioritas utama tranportasi publik adalah perbaikan sistem di kereta listrik. Kenapa saya memilih kereta listrik? Karena inilah yang paling banyak dipakai oleh orang-orang yang melakukan aktifitas di Jakarta. Kereta listrik digunakan untuk menghubungkan Jakarta dengan kota-kota penyangganya, seperti Bekasi, Bogor, Depok, Tangerang dan Serpong. Kalau saya tidak salah, saat ini kereta listrik telah mengangkut lebih dari 400 ribu orang setiap harinya dan ini adalah jumlah yang cukup banyak. Saya hanya ngeri membayangkan bila 400 ribu orang tersebut pada akhirnya kembali menggunakan kendaraan pribadi. Akan macet parah seperti apakah Jakarta?
Operasional kereta listrik harus menjadi prioritas utama pembenahan. Jadwal kedatangan harus diusahakan setepat mungkin bahkan jika terlambat pun ada informasi di stasiun berikutnya mengenai kedatangan kereta berikutnya. Informasi semacam ini seharusnya lebih mudah untuk diciptakan karena kereta listrik berada pada jalur tertutup yang tidak terganggu oleh kendaraan lain yang lewat.
Di samping itu, jumlah trip kereta pun harus diatur agar dapat mengantisipasi pertumbuhan jumlah penumpang per harinya. Artinya, jumlah trip kereta, yang sebanding lurus dengan jumlah gerbong dan lokomotif kereta harus diprediksikan sesuai dengan pertumbuhan jumlah penumpang paling tidak untuk lima tahun ke depan. Bukan lagi saatnya kita merencanakan kapasitas sesuai dengan kebutuhan kemarin. Perencanaan kapasitas harus disesuaikan dengan kebutuhan masa depan agar tidak tertinggal dengan kebutuhan tersebut.
Biarpun jadwal kedatangan yang diprioritaskan, bukan berarti keamanan, kenyaman dan harga dilewatkan begitu saja. Sterilisasi peron dan gerbong kereta dari orang-orang yang tidak berkaitan dengan perjalanan kereta harus dilakukan agar yang berada di kereta memang benar-benar orang yang akan melakukan perjalanan dan bukan orang yang melakukan pekerjaan utamanya di dalam kereta seperti pedagang asongan ataupun pencopet.
Saya belum pernah menggunakan kereta listrik komuter saat ini yang sudah ber-AC. Namun dari informasi yang saya peroleh, sepertinya fasilitasnya sudah mendekati layak karena sudah ada AC-nya dan tempat duduk hanya ada di bagian sisi gerbong. Mirip seperti kereta-kereta di luar negeri yang saya sering lihat di film-film barat. Artinya fasilitas paling tidak dipertahankan dan dipastikan agar semua fungsi kereta berjalan dengan baik.
Untuk integrasi jalur harusnya sudah menjadi keharusan di moda transportasi kereta listrik. Memang saat ini sudah ada jalur-jalur khusus dan penumpang bisa pindah-pindah jalur di stasiun-stasiun transit. Namun harus ada tarif khusus bagi pengguna kereta listrik bagi yang transit agar memancing pengguna untuk setia menggunakan moda transportasi ini ketika ingin berpindah jalur atau berpindah tujuan.
Kalau transportasi kereta listrik sudah baik, maka ini akan menjadi tulang punggung transportasi ibukota dan hanya tinggal diintegrasikan dengan moda transportasi lain yang ada. {nice1}
Untuk prioritas pembenahan berikutnya adalah…..tunggu di tulisan selanjutnya yaitu bagian ketiga.
Gambar diambil dari http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/10/13190341811991597360.jpg