Sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap ada kenaikan harga di ranah publik tidak diimbangi dengan naiknya kualitas layanan publik. Walaupun janji-janji untuk perbaikan layanan publik sudah digelontorkan sebelum kenaikan harga tersebut. Janji hanyalah janji dengan realisasi nol besar.
Bukti terhadap pernyataan di atas adalah kenaikan tarif tol. Setiap dua tahun sekali pengelola tol berhak menaikkan tarif sesuai angka inflasi tahunan di suatu daerah. Namun, apakah kita melihat perbaikan layanan? Tol dalam kota Jakarta yang saya ingat pas awal-awal dibuka tarifnya Rp 3.000 sekali masuk. Saat ini tarifnya Rp 7.000 atau lebih dari dua kali lipatnya. Apakah layanannya lebih baik? Sebagai pengguna tol, rasanya tidak ada perbaikan layanan yang terlihat walaupun kita sudah membayar tarif lebih dari dua kali dari harga awal.
Angkutan umum pun menjadi salah satu contoh nyata. Tarif bus sedang seperti Kopaja dan Metro Mini saat ini adalah Rp 2.000. Dulu seingat saya tarif bus ini adalah Rp 500. Saat ini sudah naik empat kali dari sejak pertama kali diperkenalkan. Apakah layanannya lebih baik? Saya berani bilang bahwa layanan bus tersebut semakin memburuk karena bus yang dipakai saat tarif Rp 500 dengan tarif Rp 2.000 ya bus itu-itu aja dengan kondisi yang makin memprihatinkan setiap harinya.
Sekarang, ada rencana dari pemerintah ingin menaikkan BBM bersubsidi. Dan rencana itu kemungkinan besar akan jadi kenyataan tanggal 1 April 2012. Seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya, sebelum terjadi kenaikan BBM bersubsidi, pemerintah selalu menerapkan janji-janji muluk. Dimulai dari perbaikan infrastruktur dan juga perbaikan pelayanan untuk yang terkena ekses kenaikan harga. Namun berkaca kepada kenaikan harga tahun 2008, dimana BBM bersubsidi naik dari Rp 4.500 ke Rp 6.000, tidak ada perbaikan apapun dari sisi infrastruktur maupun ekses lain yang terkena kenaikan harga.
Infrastruktur di Jakarta di tahun 2008 lalu tidak ada penambahan yang berarti. Malah di tahun 2011 lalu ketika tidak ada kenaikan BBM bersubsidi, ada pembangunan jalan layang panjang sebanyak dua buah. Satu dari Blok M ke Antasari, dan yang satu lagi dari Kampung Melayu ke Sudirman. Penambahan infrastruktur tersebut tidak ada hubungannya dengan kenaikan BBM bersubsidi.
Layanan angkutan umum pun tidak berubah. Dengan kenaikan tarif ke Rp 2.500 tidak ada perbaikan yang dirasakan pengguna bus sedang. Bus tetap ngetem seenaknya, memasukkan penumpang walaupun bus sudah penuh, bahkan balapan dengan bus trayek yang sama bila kebetulan beriringan.
Yang ada hanyalah kita sebagai rakyat membayar lebih mahal untuk layanan atau hal-hal yang tidak ada perbaikannya. Tol kita membayar lebih mahal. Angkutan umum bayar lebih mahal. Bahkan harga-harga kebutuhan pokok lain ikutan terkerek tanpa ada nilai tambah yang lebih bagi para konsumen.
Nah, saat ini pun janji-janji perbaikan infrastruktur kembali digelontorkan pemerintah sebelum kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun belum jelas infrastruktur yang mana yang mau diperbaiki karena sangat banyak yang butuh diperbaiki. Seorang Mentri yang cukup berpengaruh di lingkungan kabinet pernah memberikan pernyataan bahwa dengan menaikkan harga BBM bersubsidi, maka uang penghematan tersebut dapat digunakan untuk membangun jalan dari Aceh hingga Lampung. Saya yakin ini hanya analogi, artinya dari uang yang dihemat, dapat dibuat jalan raya sepanjang lebih dari 1.000 km.
Tapi, apakah pemerintah benar-benar punya rencana perbaikan infrastruktur? Lalu kenapa wacana perbaikan infrastruktur baru ada setelah ada rencana kenaikan harga BBM bersubsidi? Apakah wacana tersebut hanya untuk membodohi rakyat? Kan katanya ada program Bantuan Langsung Tunai Sementara untuk kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi. Lalu kalau budget Bantuan Langsung Tunai Sementara hampir separo dari penghematan APBN akibat kenaikan BBM bersubsidi, lalu kapan ada perbaikan infrastrukturnya?
Jadi, melihat pengalaman kenaikan BBM bersubsidi sebelumnya, maka siap-siap saja untuk membayar lebih mahal tanpa berharap ada perbaikan layanan ataupun penyediaan tambahan infrastruktur dari pemerintah. Mari bayar lebih mahal.
We Simply Pay More! {nice1}
Gambar diambil dari http://img.antaranews.com/new/2011/02/ori/20110222093740rupiah210211-3.jpg