Minggu lalu, di kantor kami ada sebuah kejutan di acara town hall meeting departemen. Selama ini town hall meeting hanya diisi oleh pemaparan target dan pencapaian yang sudah berhasil diraih. Biasanya sepanjang acara hanya diisi oleh presentasi pimpinan departemen ditambah dengan tanya jawab. Namun kali ini ada yang baru, yaitu pemberian penghargaan kepada rekan-rekan departemen yang berprestasi secara bisnis maupun yang punya prestasi unik. Seluruh penghargaan yang diberikan adalah 12 penghargaan, dengan enam merupakan prestasi bisnis, sedangkan enam lainnya merupakan prestasi unik. Salah satu penghargaan prestasi unik adalah Soundtrack terbaik dimana yang mendapat penghargaan adalah orang yang “suara”nya dapat terdengar dari ujung lantai yang satu hingga ujung lantai yang lain.
Seperti penghargaan grammy award maupun academy award, sebelum dibacakan nominasi biasanya disuguhkan dahulu potongan video untuk pengantar mengenai penghargaan tersebut. Video ini sengaja dibuat untuk acara oleh sebuah tim yang bernama Fat Street Boys. Tim ini menyuguhkan potongan video pengantar penghargaan dan mendapatkan apresiasi yang tinggi dari para peserta town hall meeting pada hari itu.
Siapa Fat Street Boys?
Fat Street Boys adalah sebuah tim yang terbentuk oleh ide seorang manager di departemen yang melihat beberapa staffnya memiliki badan bertubuh gempal. Nama Fat Street Boys memang terinspirasi dari nama Back Street Boys yang dimodifikasi karena memang semua personilnya kebetulan memiliki berat badan yang berlebih. Seperti Back Street Boys yang terkenal di tahun 1990-an, Fat Street Boys pun terdiri dari 5 orang. Personil Fat Street Boys terdiri dari Boy, Priyo, Adhit, Salim dan Riza.
Awalnya ide membentuk Fat Street Boys adalah untuk melakukan performance secara live di town hall meeting departemen. Namun pihak kreatif Fat Street Boys, yaitu Priyo mengusulkan untuk membuat video sebagai pengganti live performance tersebut. Sebenarnya Priyo menghindari tim ini untuk berjoget di depan umum, karena memang beberapa anggota tim tidak pernah tampil di depan umum untuk menyanyi atau berjoget secara profesional.
Usul membuat video pun diterima dengan baik oleh manager yang mengusulkan pembentukan tim ini. Akhirnya beberapa klip dengan cerita pendek 1-2 menit disiapkan. Peralatan pendukung pun disiapkan. Mulai dari kamera hingga peralatan pendukung lain seperti bedak, tongkat, alat rias, mesin tik hingga ke Ipad 2. Skenario besar setiap klip pun dikonsep secara matang. Masing-masing personil diberikan pendekatan secara personal oleh tim kreatif yang dipimipin Priyo mengenai karakter yang akan diperankan dalam potongan video yang ditampilkan tersebut.
Setelah semua rencana pembuatan video matang dan acara town hall semakin mendekat, maka masing-masing personil dituntut komitmennya untuk shooting di luar jam kerja. Beberapa kali personil harus pulang lebih malam dari yang seharusnya. Uniknya tidak ada raut lelah di mata masing-masing personil ketika pulang sehabis shooting tersebut. Apalagi ketika melihat hasil rekaman yang belum diedit membuat masing-masing personil semakin bersemangat ketika shooting walaupun kantor semakin sepi karena sudah malam.
Ketika shooting, beberapa anggota tim berperan ganda. Priyo berperan sebagai sutradara dan juga tim kreatif dengan konsep scene yang matang. Adhit berperan sebagai kameraman dan bermodal kamera sendiri dengan kemampuan rekam hingga kualitas Full HD. Boy berperan sebagai pengawas tiap potongan dan juga menghindari adanya kesalahan-kesalahan (bloopers) dalam alur cerita yang dihasilkan.
Shooting pun selesai dalam tiga hari. Beberapa karyawan lain yang menyaksikan shooting ini, sangat antusias menyaksikan shooting Fat Street Boys tersebut. Namun tidak seorang pun anggota Fat Street Boys membuka mulut untuk kepentingan apakah shooting yang dimaksud, karena memang tujuan awalnya ingin memberikan kejutan.
O ya, untuk kepentingan video tersebut, masing-masing personil Fat Street Boys memiliki karakter sendiri yang khas
1. Boy, sebagai orang yang senang makan dan selalu mencari makanan
2. Priyo, sebagai orang yang jahil dan pintar memanfaatkan situasi
3. Adhit, sebagai orang yang suka bermain FB ketika di kantor
4. Salim, sebagai bos yang keras kepada bawahannya
5. Riza, sebagai orang macho yang juga playboy
Potongan video yang berhasil diedit sendirian oleh Adhit (tadinya Boy, Salim dan Priyo seharusnya juga ikut berkontribusi namun komitmennya kurang dengan berbagai alasan) untuk ditampilkan di acara town hall meeting jumlahnya ada enam buah. Setelah melewati review dari manager, diputuskan hanya lima video yang ditampilkan karena untuk yang satu lagi dianggap kurang mewakili pengantar dari penghargaan yang dimaksud. Sebagai tambahan untuk lebih memberikan gambaran kepada para peserta town hall, maka dibuat satu video perkenalan tentang Fat Street Boys. Video tersebut dapat dilihat pada potongan dari youtube di bawah ini :
{youtube}ns7fQctN1VY{/youtube}
Apresiasi tinggi diberikan kepada para personil Fat Street Boys karena berhasil membuat acara town hall meeting semakin ceria. Dalam beberapa kesempatan, setiap orang yang bertemu dengan personil Fat Street Boys mengomentari akting personil tersebut sesuai karakter yang diperankan. Sebagai tanda penghargaan, masing-masing personil diberikan tanda mata khusus dari manager dan diundang untuk menghadiri makan siang spesial dalam dua minggu ke depan.
Saat ini personil Fat Street Boys sedang tersebar di berbagai lokasi karena tuntutan pekerjaannya. Bukan tidak mungkin ketika mereka berkumpul kembali akan ada video lanjutan dari Fat Street Boys dengan tema yang berbeda dan kemungkinan masih dengan karakter yang sama, namun lebih dipertajam. Tunggu saja penampilan Fat Street Boys berikutnya di acara berbeda! {nice1}