Relawan Mukena 10 Ribu (Bagian 1)

Di lantai kantor saya ada tempat Shalat tidak resmi yang sering dipakai orang untuk Shalat. Sebenarnya kantor saya memiliki mesjid yang cukup mumpuni di lantai dasar, namun kadang untuk turun ke bawah, walaupun hanya menggunakan lift, dapat memakan waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu banyak orang yang lebih suka Shalat di lantai tempat kerjanya.

Di tempat Shalat tersebut tersedia sajadah dan juga mukena. Khusus untuk mukena biasanya pada bawa sendiri atau ditinggal namun ada pemiliknya. Ada juga orang yang sengaja meninggalkan mukenanya untuk dipakai umum. Namun, seperti kebanyakan mukena yang digunakan untuk umum, mukena tersebut pada akhirnya kotor dan tidak terpakai karena memang tidak ada orang yang bertanggung jawab secara rutin untuk mencucinya. Jadi orang agak malas menggunakan mukena umum tersebut dan lebih senang menggunakan mukenanya sendiri-sendiri.

Lalu saya teringat tentang gerakan mukena 10 ribu yang saya ketahui dari Twitter. Adik saya pernah jadi relawan mukena 10 ribu ini. Memang sebenarnya Mama saya yang jadi relawan karena adik saya hanya menjadi fasilitator pengadaan mukena ke mesjid dekat rumah Mama saya.

Saya pun bertanya kepada @mukena10ribu mengenai tata cara jadi relawan. Dijawab oleh yang bersangkutan bahwa saya harus daftar lewat SMS ke nomor 085718052435. Berhari-hari saya abaikan tweet dari @mukena10ribu, sampai pada saat saya berbincang dengan teman kantor mengenai rencana tersebut dan dia pun setuju dengan rencana saya tersebut bahkan bersedia gantian untuk mencucikan. Karena ada yang mendukung, akhirnya saya pun mendaftar lewat SMS.

Jawaban pertama SMS dari nomor yang disebut di atas adalah, “Nama mbak siapa? Tahu mukena 10 ribu dari mana?” Saya langsung bilang bahwa saya laki-laki dan mengutarakan maksud saya. Kemudian dia memberikan SMS bertubi-tubi ke HP saya menjelaskan mengenai gerakan mukena 10 ribu. Untuk menjadi relawan, saya akan diberikan 6 stel mukena, dimana 3 stel diletakkan di Mushala dan 3 stel lagi disimpan untuk dicuci. Nanti setiap minggu 3 stel yang ada di Mushala diambil untuk dicuci dan 3 stel yang disimpan diletakkan di Mushala. Begitu terus siklusnya.

Saya memang berniat seperti itu. Tapi sampai kirim SMS itu belum tahu mau cuci kemana nantinya. Mau nambah kerja pembantu di rumah saya tidak mau, karena memang cucian rumah saja sudah penuh. Akhirnya saya pun teringat akan adanya usaha cuci kiloan. Yah paling tidak saya sudah mendapatkan tempat untuk mencuci mukena yang diamanahkan ke saya nantinya.

Untuk jadi relawan, saya dikenakan ongkos kirim untuk pengiriman keenam mukena tersebut. Tarifnya Rp 18 ribu (mungkin beratnya 3 kg, karena biasanya kan 1 kg = Rp 6 ribu). Saya pun transfer ongkirnya ke rekening yang tersedia dengan dilebihkan sedikit.

Hari ini enam stel mukena itu datang. Tadinya saya berpikir warna mukenanya semua putih. Rupanya mukena yang datang tiga berwarna biru dan tiga berwarna hijau. Cerdik juga memberikan tiga mukena dengan warna yang sama, sehingga memudahkan untuk pergantian. Langsung saja saya kirim keenam mukena ke laundry dekat rumah. Kata tetangga yang memiliki usaha cabang laundry tersebut, keenam mukena tersebut akan selesai pada hari Selasa depan. Hal itu karena hari ini saya telah melewatkan siklus pengambilan dan pengembalian laundry. Tak mengapa, menunggu sekitar seminggu lagi sebelum menyerahkan mukena 10 ribu perdana di lantai kantor saya.

Biaya laundrynya berapa? Yah lumayan. Pastinya lebih mahal daripada cuci kiloan. Mari nanti kita lihat hasilnya. Enam stel mukena untuk dua minggu.

Saya sudah melakukan survey kecil-kecilan ke rekan-rekan wanita di kantor. Dan ternyata alasan tidak mau menggunakan mukena yang buat umum adalah karena tidak tahu punya siapa dan tidak yakin akan kebersihannya. Jadi, asal jelas asal-usul mukenanya dan bersih, Insya Allah dipakai.

Pertanyaan berikutnya? Apakah mukena yang nanti saya letakkan di lantai kantor dipakai teman-teman wanita di kantor? Doakan ya! {nice1}

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *