Pukul 18.18 hari ini, gempa melanda Jakarta. Menurut kabar dari detik.com, gempa tersebut besarnya 6.1 skala ritcher dan berpusat di daerah Sukabumi. Saat terjadi gempa saya masih berada di kantor. Untungnya saat saya menulis artikel ini pukul 9 malam, saya sudah berada di rumah.
Gempa dirasakan oleh teman-teman kantor yang hari ini lembur. Saya sendiri tidak merasakan adanya gempa pada awalnya karena sedang mengobrol dengan Satpam kantor yang sedang kontrol ke lantai kami. Setelah semua orang bilang merasakan gempa dan dibuktikan dengan gorden jendela gedung goyang-goyang, saya baru percaya bahwa memang ada gempa.
Langsung saja saya masuk ke bawah meja kubikel saya. Teman-teman selantai saya pada langsung mendekati pilar gedung yang kabarnya aman jika terjadi gempa. Kenapa saya memilih masuk ke bawah meja kubikel daripada ikut teman-teman selantai mendekati pilar gedung yang aman? Karena saya pernah dilatih oleh semacam tim SAR, bahwa jika terjadi gempa, yang pertama-tama harus dilakukan adalah berlindung di bawah sesuatu yang kokoh. Istilahnya adalah Drop, Cover and Hold On.
Dengan berlindung di bawah meja, maka saya akan menciptakan ruang jikalau memang gempa yang terjadi merusak. Sehingga paling tidak saya punya tempat untuk bernapas dan bertahan hidup lebih lama. Meja kubikel pun termasuk meja yang kokoh, walaupun bukan yang paling kokoh. Paling tidak untuk menahan barang-barang dari atap lantai, seperti lampu dan langit-langit rasanya cukup kuat. Yah paling tidak mengurangi efek dari gempa yang merusak.
Setelah terjadi gempa, beberapa rekan langsung berinisiatif pulang. Saya dan sekitar 10 orang lainnya masih menetap di kantor karena memang kami lembur dengan alasan yang sangat kuat. Saya tahu, jika saya pulang ke rumah sebelum pukul 7 malam, besok saya harus bekerja tiga jam lebih lama untuk dapat menyelesaikan pekerjaan saya tepat waktu. Namun, sekitar pukul 19.26 sms pemberitahuan dari perusahaan muncul. Dan menyarankan karyawan untuk segera meninggalkan gedung.
Akhirnya saya pun mengalah dan segera meninggalkan gedung.
Pukul 20.30 saya pun sudah di rumah, bertemu dengan istri dan anak saya.
Mungkin besok saya kerja tiga jam lebih lama daripada seharusnya, namun yang penting hari ini, malam ini saya selamat dan masih dapat bertemu dengan keluarga.
Gempa memang dapat membuat semua rencana berantakan. Namun yang pasti, keselamatan kita adalah yang utama. Jika kita selamat, maka kita dapat menyelamatkan orang lain. Kita dapat melakukan sesuatu yang kita inginkan. Keluarga pun senang.
Buat apa kerja capek-capek jika ujung-ujungnya kita tidak selamat.
Sekarang saatnya bercengkrama dengan anak. Mumpung lagi lucu-lucunya! {nice1}