Bulan lalu saya melontarkan ide kepada istri saya agar ia mau menggunakan voucher taksi untuk keperluannya sehari-hari. Selama beberapa bulan terakhir ini istri saya memang secara reguler menggunakan jasa taksi karena kami baru saja memiliki bayi, sehingga istri diharapkan berangkat setelat mungkin dan pulang secepat mungkin. Menyetir mobil sendiri bisa dijadikan pilihan, namun karena kemacetan kota Jakarta yang makin parah, maka menyetir mobil dapat menimbulkan masalah baru untuk ibu yang baru saja memiliki bayi.
Saat ini yang menyediakan voucher taksi hanya Blue Bird. Ada dua macam voucher taksi yang disediakan. Pertama adalah voucher nominal, mirip seperti voucher belanja. Untuk membeli voucher ini diberikan diskon 5% per buku voucher yang kabarnya ada 25 lembar. Yang saya tahu ada nominal 20 ribu, 30 ribu dan 50 ribu. Diskon 5% sepertinya lumayan, namun yang jadi kendala adalah voucher nominal ini hanya dapat dibeli di kantor Blue Bird di daerah Mampang. Itu yang sulit, bolak-balik kesananya.
Voucher kedua adalah voucher kredit. Untuk menggunakan voucher ini harus registrasi resmi ke Blue Bird dengan melampirkan fotokopi kartu kredit pribadi. Nantinya tagihan akan langsung didebet ke kartu kredit. Tagihan tersebut sesuai dengan pembayaran taksi dengan menggunakan voucher kredit tersebut yang kita tulis sendiri. Tadinya saya kira voucher kredit tersebut akan dikumpulkan selama satu bulan, lalu ditagihkan ke kita lewat kartu kredit mirip seperti bayar tagihan bulanan. Gak taunya setiap kita menggunakan voucher kredit, maka dalam waktu lima hari tagihannya akan muncul di tagihan kartu kredit kita. Jadi belum tentu setiap pemakaian punya waktu bayar 30 hari, karena bisa saja waktu bayarnya hanya 15 hari sesuai batas akhir tanggal tagihan kartu kredit kita.
Sebagai biaya untuk membayar non-tunai, setiap tahunnya saya akan dikenakan Rp 50.000. Oleh karena itu, saya sangat mewanti-wanti kepada istri saya, ketika menulis jumlah di voucher kredit tersebut, jangan terlalu banyak memberikan kelebihan. Seribu atau dua ribu rupiah lebih besar dari tagihan argo sudah lebih dari cukup. Dengan demikian sebenarnya kami telah berhemat uang tip taksi sebesar 10-20% per transaksi. Karena biasanya jika kita menggunakan taksi, katakanlah argo Rp 26.800. Tentunya kebanyakan dari kita akan membayar Rp 30.000 kepada supir taksi. Artinya kita memberikan kelebihan kepada supir taksi sebesar Rp 3.200 atau hampir 12% sebagai tips.
Memang jumlahnya tidak seberapa. Tapi jika seluruh tips itu digabung dalam kurun waktu tertentu, maka jumlahnya cukup signifikan.
Untuk kasus istri saya, pemakaian dia sehari-hari sekitar Rp 50.000 per sekali jalan. Katakanlah setiap transaksi istri saya mengeluarkan 10% atau Rp 5.000 sebagai tips. Sehari dia menggunakan taksi 2 kali, artinya dia harus mengeluarkan ekstra Rp 10.000 per hari. Satu bulan ada 20 hari kerja, sehingga total biaya untuk tips adalah Rp 200.000. Jika hal tersebut dikalikan setahun, maka total tips yang dikeluarkan untuk supir taksi dalam setahun adalah Rp 2.400.000.
Dengan kredit voucher saya berani pastikan bahwa kami hanya membayar kelebihan sebesar Rp 1.000 per transaksi. Sehari artinya Rp 2.000 untuk tips. Dalam sebulan hanya Rp 40.000. Kalau disetahunkan artinya hanya Rp 360.000. Ada penghematan pemberian tips lebih dari dua juta rupiah per tahunnya. Padahal saya hanya dikenakan biaya tahunan sebesar Rp 50.000. Lumayan menghemat sepertinya.
Saat ini kredit voucher tersebut telah terpakai sebanyak sembilan kali. Dan jumlahnya ternyata tidak sampai yang diperkirakan sebelumnya. Istri saya dapat memanfaatkan fasilitas tebeng temannya ketika pulang, sehingga biaya taksinya dapat dihemat hingga separo dari yang seharusnya. Dan yang pasti biaya taksi istri saya dapat lebih dikontrol pemakaiannya, karena jika tagihan kartu kredit datang sebulan sekali, artinya kami harus mampu menyediakan uang sebesar pemakaian taksi sebulan dan itu cukup besar.
Lalu kenapa memilih taksi? Kenapa gak pakai mobil sendiri atau malah mungkin lebih murah pakai supir. Inilah yang sedang kami coba lakukan. Mana yang lebih untung. Pake taksi, pake supir, atau menyetir sendiri. Tagihan taksi sampai saat ini belum datang ke kartu kredit karena baru bulan pertama. Ketika tagihan itu datang, tentunya kami akan mengetahui aktual pengeluaran taksi dalam sebulan. Dan saat itulah kita dapat membandingkan bila biaya tersebut dibandingkan dengan pilihan lainnya tanpa mengurangi kenyamanan dan keamanan saat berkendara.
Ketika saya ceritakan hal ini kepada Ibu saya, tanggapan pertamanya adalah, “Boleh juga tuh kalau Mama dikasih satu, biar Mama coba deh.” Nanti dulu Ma, ini sedang tahap uji coba. Permintaan buku vouchernya pun gak boleh banyak-banyak. Menurut petugas yang melayani voucher kredit, maksimum permintaan buku voucher dalam satu waktu hanyalah 2 buku atau 20 lembar. Saya memperkirakan untuk satu bulan akan menghabiskan maksimal 40 lembar.
Saya baru sekali menggunakan voucher kredit ini saat kemarin pulang dari Bandung. Saya menggunakan taksi dari pool Baraya Travel ke rumah adik saya dengan jarak sekitar 3 km. Biaya argo taksi tersebut menunjukkan angka Rp 14.100 saat berhenti di depan rumah adik saya. Saya pun menulis di voucher tersebut sebesar Rp 15.000. Ternyata mudah, dan tidak repot. Hanya perlu bermodal pulpen untuk membayar taksi Blue Bird yang saya naiki.
Jadi, bagi yang doyan naik taksi, apalagi ibu-ibu kantoran yang sering ke mal saat jam makan siang, saran saya gunakanlah voucher kredit taksi ini. Selain tidak memerlukan uang tunai sehari-hari, tagihan yang masuk ke kartu kredit pun akan menambah poin kartu kredit anda. Lumayan kan poin bertambah gara-gara penggunaan reguler. Biaya tahunannya pun gak mahal, cuma setara penggunaan taksi dengan jarak sekitar 15 km.
Bayar taksi modal pulpen? Ternyata bisa tuh! {nice1}