Setiap kali ada seorang teman yang akan pindah kantor, kita pun pastinya menyumbang untuk saweran kenang-kenangan untuknya. Apalagi jika teman kantor tersebut adalah teman berinteraksi kita. Teman makan siang. Teman main futsal. Teman bergosip. Teman untuk tertawa-tawa… Saya selalu menyumbang untuk saweran teman kantor yang ingin pindah. Namun dalam beberapa kesempatan terakhir, sumbangan saya tidak hanya saweran, melainkan juga sebuah karya yang khusus saya persembahkan bagi yang bersangkutan. Karya itu adalah tulisan.
Adalah di bulan April 2012 lalu. Teman satu bagian saya dirotasi ke bagian lain dan akan berkantor di tempat berbeda dengan tempat saya. Saat yang lain mengumpulkan saweran untuknya, saya pun ikutan saweran. Namun kontribusi saya tidak hanya saweran. Saya juga membuatkan sebuah puisi untuknya. Puisi tersebut saya bacakan di depannya saat makan-makan perpisahan dia dengan bagian tempat saya bekerja saat ini.
Puisinya pun bukan puisi kelas pujangga. Namun saya tahu teman saya tersebut cukup mengapresiasi puisi saya, walaupun banyak juga celaan yang saya tujukan untuknya di dalam puisi tersebut.
Dari pengalaman puisi, saya pun mulai menghadiahkan sebuah karya kepada teman kantor saya yang ingin pindah kantor atau pindah bagian yang berbeda kantor. Dua minggu lalu, ada lagi seorang teman makan siang di kantor yang pindah kantor ke daerah tengah kota. Saya ikut saweran untuk membelikannya kenang-kenangan. Di samping itu, saya juga membuatkannya sesuatu berupa karya tulisan. Saya membuatkannya cerpen.
Di dalam cerpen tersebut saya menceritakan hal yang mirip tentang dirinya. Tapi dengan nama lain. Di bagian akhir cerpen saya tersebut, saya selipkan disclaimer, yang menyatakan bahwa cerita cerpen tersebut hanyalah fiksi belaka. Saya membuatkannya dua cerpen yang bersambung. Itu mah bukan cerpen (Cerita Pendek), tapi cerbung (Cerita Bersambung).
Cerpen atau cerbung itu saya print, lalu saya laminating dengan meminta tolong kepada office boy. Saat hari terakhirnya, saya berikan hasil karya tersebut bersamaan dengan hasil saweran kami. Saya tidak tahu apakah dia senang dengan cerpennya, karena di saat pemberian hadiah dan makan-makan darinya, saya tidak melihatnya membaca cerpen tersebut. Bahkan saya pun juga belum bertanya mengenai kesannya terhadap cerpen saya setelah dia membacanya. Namun saya yakin cerpen tersebut tidak dibuangnya. Mungkin disimpan terselip di suatu tempat. Tapi pastinya tidak dibuang. Agak berlebihan jika cerpen yang dilaminating tersebut dipigura olehnya dan dipajangnya di kantor barunya.
Dua minggu lagi, ada satu teman kantor lagi yang akan pindah kantor. Teman yang satu ini lebih sering menjadi teman makan siang, teman gosip, teman main futsal, teman ke mal, teman buka bersama dan juga teman diskusi. Saweran sedang dijalankan. Belum tahu apa yang akan diberikan kepadanya sebagai kenang-kenangan hasil dari saweran. Namun mengingat antusiasme orang yang akan menyawer sangat tinggi, mungkin sesuatu yang cukup berharga akan diberikan kepadanya. Lalu, bagaimana dengan karya tulisan? Apakah akan ada lagi?
Banyak yang bilang saya akan membuatkan cerpen untuk orang ini. Saya belum menjawab. Namun hari ini saya akan bilang bahwa saya akan membuatkan yang lebih untuknya. Saya akan membuat sebuah novel yang akan dipersembahkan kepadanya saat hari terakhir dia di kantor. Novel tersebut akan berisi perjalanan seseorang mulai dari hari pertama di kantor hingga hari terakhir di kantor. Seperti cerpen, novel itu akan berisi disclaimer bahwa hanya fiksi belaka.
Saya sudah berhasil menyusun outline untuk novel tersebut. Tinggal pengembangannya yang perlu diselesaikan. Saya akan menerbitkan novel tersebut seperti novel sungguhan. Ada cover. Ada kata pengantar. Ada daftar isi. Ada Bab. Biografi singkat penulis pun tidak akan ketinggalan. Saya menduga jumlah halaman novel itu akan lebih dari 20 halaman. Memang bukan novel sungguhan yang sampai ratusan halaman, novel ini hanya akan bercerita tentang pengalaman seseorang dengan jangka waktu yang singkat dan tidak semua hal terceritakan.
Ada 16 bab dalam novel yang rencananya akan saya terbitkan. Bahkan saya berencana untuk menyelesaikan novel tersebut beberapa hari sebelum hari terakhirnya, agar atasannya atau siapa pun dapat memberikan kata pengantar di novel tersebut. Saat ini saya baru saja menyelesaikan draft untuk bab pertama. Masih ada 15 bab lagi yang harus dibuat draftnya.
Alat saya untuk menulis novel ini cukup beragam. Saya menggunakan komputer rumah untuk menulis sebagian besar novel ini. Saya pun menggunakan layanan online yaitu Evernote untuk menuangkan ide-ide saya di novel tersebut. Untuk kerapihan tulisan agar menyerupai novel sungguhan, saya pun akan menggunakan fasilitas word processor.
Ini akan menjadi novel pertama saya. Mudah-mudahan hasilnya bagus dan teman yang saya berikan karya saya menyukainya. Semoga novel tersebut akan menjadi kenang-kenangan tersendiri baginya. {nice1}