Boy adalah seorang anak balita yang sangat doyan permen. Setiap hari dia lebih memilih mengunyah permennya daripada makanan yang disediakan ibunya. Dia sangat menyukai permen karena rasanya manis dan cara memakannya pun tidak susah, tinggal diemut-emut dan permen tersebut lumer di mulut. Permen pun disediakan secara berlimpah oleh sang ibu di rumahnya. Jika tidak disediakan permen di rumah, maka Boy akan merengek dan mengamuk sehingga ibunya mau tidak mau harus memberinya asupan permen setiap kali Boy menginginkannya.
Ibu Boy sebenarnya sudah mengetahui kalau memakan permen akan berakibat kurang baik terhadap Boy. Giginya bisa rusak, kesehatannya pun bisa terganggu karena terlalu banyak gula. Namun Ibu Boy tidak berdaya karena Boy memang sangat suka dengan permen dan kurang suka makanan lainnya.
Ibu Boy lebih senang bila Boy memakan buah-buahan sebagai cemilan daripada permen. Buah-buahan selain lebih sehat, juga memberikan kebiasaan baik bagi Boy untuk jangka panjang. Namun ia bingung bagaimana caranya agar Boy lebih memilih buah-buahan daripada permen. Ibu Boy pun bercerita pengalamannya kepada temannya, dan inilah nasihat dari temannya.
Kurangi bertahap persediaan permen di rumah. Mulai perbanyak persediaan buah-buahan. Pengurangan permen pada ujungnya berakhir dengan penghentian persediaan permen di rumah. Jika Boy ingin memakan permen, maka dia harus membelinya terlebih dahulu di luar. Hanya sediakan buah-buahan di rumah. Begitu nasihat dari teman Ibu Boy.
Ibu Boy pun mengikuti saran tersebut. Memang pada awalnya sulit mengubah kebiasaan Boy dari yang begitu doyan permen menjadi seorang anak yang menyukai buah-buahan. Tapi berkat usaha tidak kenal lelah dari seorang ibu, Boy pun perlahan-lahan meninggalkan kebiasaannya memakan permen dan mulai menyukai buah-buahan yang disiapkan oleh ibunya.
Boy yang ada di cerita di atas sesungguhnya adalah rakyat Indonesia yang diwakili oleh warga Jakarta. Permen menggambarkan BBM bersubsidi. Buah-buahan menggambarkan BBM non-subsidi. Ibu Boy menggambarkan pemerintah Indonesia yang mengayomi rakyatnya.
Saat ini warga Jakarta begitu senang menggunakan BBM bersubsidi bahkan kabarnya kuota BBM bersubsidi di Jakarta akan habis bulan September ini. Pemerintah pun terpaksa mengajukan tambahan kuota BBM bersubsidi kepada DPR agar keinginan warga Jakarta akan BBM bersubsidi terpenuhi. Pemerintah seperti Ibu Boy terpaksa memberikan warga Jakarta hal yang sangat mereka gemari, yaitu BBM bersubsidi. Kenapa warga Jakarta begitu doyan menggunakan BBM bersubsidi? Karena memang tersedia lebih banyak daripada BBM non-subsidi, begitu mudah membelinya, dan pastinya jauh lebih murah. BBM non-subsidi walaupun lebih baik terhadap kondisi kendaraan, masih lebih sedikit persediaannya dan harganya pun pada saat tulisan ini dibuat lebih dari dua kali harga BBM bersubsidi.
Lihat saja di SPBU yang menjual BBM bersubsidi berbarengan dengan BBM non-subsidi. Berapa banyak tangki yang disediakan untuk BBM bersubsidi dengan BBM non-subsidi? Kita bisa berkata bahwa lebih banyak tangki yang menyediakan BBM bersubsidi. Jika ada empat kolom antrian tangki di SPBU, maka yang menyediakan BBM non-subsidi paling hanya satu kolom antrian, selebihnya adalah BBM bersubsidi.
Seperti kejadian Boy di atas, dimana dia selalu mengunyah permen karena adanya persediaan permen di rumahnya yang disediakan oleh ibunya, warga Jakarta pun demikian. Warga Jakarta senang dengan BBM bersubsidi karena memang disediakan pemerintah lebih banyak daripada BBM non-subsidi di Jakarta.
Pemerintah pun harus mengikuti saran dari teman Ibu Boy untuk membatasi penggunaan BBM bersubsidi bagi warga Jakarta. Hal yang paling awal dilakukan adalah mengurangi tangki BBM bersubsidi di SPBU-SPBU yang menjual BBM bersubsidi dan BBM non-subsidi secara berbarengan. Kebalikan dengan kondisi di atas, bila di satu SPBU ada empat kolom antrian, maka antrian untuk BBM bersubsidi dikurangi menjadi satu kolom antrian. Kalau perlu antrian untuk sepeda motor disatukan dengan antrian mobil untuk kendaraan yang akan membeli BBM bersubsidi dan tangki dipisahkan seperti tangki BBM bersubsidi untuk sepeda motor.
Akibatnya apa? Warga yang akan membeli BBM bersubsidi harus antri lebih lama dan stoknya pun terbatas. Warga yang memiliki mobil mewah jika ingin membeli BBM bersubsidi harus mengantri bersama sepeda motor dan angkot secara bersamaan. Tentunya lama-lama dia akan malu sendiri untuk membeli BBM bersubsidi. Sama seperti kondisi Boy, dimana dia tetap dibolehkan memakan permen pada awalnya oleh sang ibu, tapi dia harus mengeluarkan usaha lebih untuk mendapatkan permen tersebut karena persediaan yang di rumah sangat berkurang. Malah setelah beberapa waktu, tidak ada lagi persediaan permen di rumah. Boy harus keluar rumah, keluar komplek, berjalan beberapa ratus meter jika ingin menikmati permen yang disukainya.
Begitu juga dengan warga Jakarta. Setelah tangki BBM bersubsidi dikurangi menjadi minoritas di SPBU yang menyediakannya, perlahan-lahan SPBU penyedia BBM bersubsidi mulai dikurangi atau malah ditiadakan di Jakarta. Warga Jakarta yang ingin membeli BBM bersubsidi harus rela keluar kota dahulu dan kemudian balik lagi ke kota Jakarta untuk melakukan aktifitasnya. Cara seperti ini sepertinya akan efektif mengingat secara umum tidak ada pelarangan penggunaan BBM bersubsidi, namun memang ketersediaan BBM bersubsidinya dihilangkan dari kota Jakarta. Tidak akan ada kemarahan dari warga Jakarta dan orang-orang yang katanya mewakili rakyat kecil karena tidak ada kenaikan harga dan tidak ada larangan pembelian BBM bersubsidi. Yang ada hanyalah SPBU yang menyediakan BBM bersubsidi sudah tidak ada lagi di Jakarta.
Tulisan pembatasan BBM bersubsidi dengan cara pengurangan dan berujung penghilangan BBM bersubsidi di Jakarta sudah pernah ditulis sebelumnya di sini.
Semoga pemerintah Indonesia lebih arif dalam menentukan kebijakan pembatasan BBM bersubsidi. Menaikkan harga memang lebih mudah. Tapi efek dominonya juga lebih besar. Mengurangi ketersediaan menurut saya lebih arif. Sekaligus memberikan edukasi kepada warga mengenai manfaat menggunakan BBM non-subsidi yang memiliki spesifikasi yang lebih sesuai dengan mesin kendaraan baru apalagi kendaraan mewah. {nice1}