Andai Deborah Memberi Kepastian

Kemarin saya memiliki keperluan untuk pergi ke kampus UI. Saya sengaja cuti untuk hal tersebut. Setelah bertanya kepada beberapa teman seputar kendaraan umum yang paling mudah untuk dinaiki, akhirnya saya memilih untuk naik Deborah. Pertimbangannya dengan naik Deborah, saya tidak perlu bangun terlalu pagi namun tetap dapat ke kampus UI sesuai dengan target waktu yang saya tetapkan.

Deborah yang saya akan naiki adalah Bus Deborah AC jurusan Kalideres-Depok. Bus ini kabarnya hanya jalan sejam sekali. Jika beruntung saya mungkin hanya menunggu beberapa menit. Jika tidak beruntung, maka saya bisa menunggu lebih dari satu jam untuk menunggu satu bus itu lewat ditambah kemungkinan bus tersebut sudah penuh.

Akhirnya saya pun menunggu 50 menit sebelum bus Deborah itu lewat di Jalan Panjang Kebon Jeruk. Bus sendiri hanya menempuh waktu 45 menit untuk mencapai kampus UI. Waktu tunggu saya hampir sama dengan waktu tempuh bus.

Pulangnya pun demikian. Saya menunggu bus sekitar 40 menit. Waktu tempuh bus hingga ke Jalan Panjang juga sekitar 40 menit. Lagi-lagi waktu tunggu saya hampir sama dengan waktu tempuh bus.

Saya pun berandai-andai. Jika Bus Deborah memiliki jadwal yang terukur, maka bus ini pasti akan menjadi favorit perjalanan Kalideres – Depok. Bahkan bukan hanya perjalan kedua daerah tersebut, namun juga perjalanan di antara daerah tersebut. Dari Kalideres bus ini melewati Jalan Panjang sampai ke perempatan Lebak Bulus. Dari situ masuk tol dan baru keluar di pintu tol Pasar Minggu. Putar sedikit di Rancho langsung merangsek ke Depok lewat Tanjung Barat.

Tidak ada angkutan sejenis yang melewati rute seperti Bus Deborah. Jadi, jika jadwalnya terukur, Deborah akan menjadi favorit komuter Kalideres – Depok.

Saya pun berandai-andai. Mulai dari yang paling canggih.

Andai di setiap Bus Deborah dipasang alat GPS dan lokasi Deborah dapat dipantau melalui web oleh siapapun yang mencari informasi mengenai Deborah. Contohnya seperti saya. Jika saya ingin naik Deborah ke Depok lagi, saya hanya perlu cek posisi Deborah yang dari Kalideres ada dimana. Nanti saya tinggal menyesuaikan keberangkatan saya dari rumah menuju titik saya mencegat Deborah.

Jika saya tahu bahwa Deborah masih jauh, maka saya dapat main dengan anak terlebih dahulu. Menurut saya waktu tunggu hampir satu jam lebih baik digunakan untuk bermain bersama anak daripada menunggu di trotoar jalan melihat kemacetan yang tidak habis-habisnya sambil menunggu bus yang tidak jelas kapan datangnya.

Saat pulang pun begitu. Begitu tahu bahwa Deborah masih jauh, maka saya dapat jalan-jalan keliling kampus. Sambil nostalgia akan suasana kampus yang sudah banyak berubah. Mungkin saya akan mencoba bus kuning beberapa kali sebelum akhirnya berhenti di halte. Atau saya akan mencari dosen saya terlebih dahulu sekedar untuk menyapa beliau. Artinya banyak waktu yang saya dapat pergunakan secara lebih bermanfaat daripada hanya menunggu duduk di halte menunggu Bus Deborah.

Mungkin kalau GPS terlalu mahal dan rumit, maka komunitas dapat digunakan sebagai informasi keberadaan Deborah. Komunitas social media seperti Facebook atau Twitter dapat menjadi media informasi keberadaan Deborah di jalanan. Misalnya, ada pemberitahuan bahwa Deborah dari Depok baru saja jalan. Tentunya dengan menerka-nerka waktu perjalanan Deborah dari Depok ke halte UI, saya pun hanya perlu menunggu lebih sebentar daripada saat ini.

Pengisi informasi bisa dari timer bus Deborah di Kalideres dan Depok. Jaman gini masih gaptek social media? Rasanya gak juga! Facebook dan Twitter adalah fasilitas standar yang dapat digunakan siapa saja.

Atau mungkin para kondektur Deborah dapat menginformasikan posisi Deborah di jalanan. Misal dari Kalideres ia menulis lewat HP-nya bahwa Deborah telah berangkat. Atau saat ini sedang macet di lampu merah Permata Hijau. Atau saat ini terhambat oleh kecelakaan di dekat underpass Gandaria City. Dari situ bagi yang ingin naik Deborah dapat mengetahui posisi Deborah sehingga jika ingin naik Deborah waktu tunggunya menjadi lebih sedikit.

Yang saya pernah dengar, para penikmat Deborah seringkali telpon-telponan atau sms-an mengenai posisi Deborah. Sehingga penikmat lain yang rumahnya agak jauh dapat siap-siap dan menunggu hanya sebentar untuk naik Deborah. Namun itu terbatas kepada orang per orang dan tidak dimanfaatkan secara massal.

Jika hal tersebut dilakukan secara massal dalam bentuk social media, tentunya kita melihat Bus Deborah akan lebih diminati lagi. Bus Deborah pun bisa lebih penuh daripada biasanya dan bukan hanya di jam sibuk.

Saat ini persepsi beberapa teman saya mengenai Deborah adalah waktu tunggunya yang tak jelas. Jika sudah naik busnya, mereka sangat rekomendasi angkutan ini untuk perjalanan bolak-balik ke Depok.

Ada yang tertarik membuat komunitas Deborah di Social Media? Saya yakin Deborah akan makin dicinta. Jadi orang-orang seperti saya akan lebih memilih menggunakan Deborah daripada moda angkutan lain untuk perjalanan ke Depok dan sekitarnya.

Kepastian itu sangat berharga! {nice1}

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *