Sejak tumbangnya Order Baru, film G30S-PKI yang selalu ditayangkan TVRI dan direlay oleh tiap stasiun TV tidak lagi wajib untuk ditayangkan. Film yang berdurasi lebih dari empat jam bercerita tentang kebrutalan PKI terhadap Jendral-jendral yang dikenal dengan sebutan pahlawan revolusi. Memang ada beberapa yang bukan berpangkat Jendral menjadi korban, tapi orang lebih tertarik dengan korban yang berpangkat Jendral daripada yang lainnya.
Terus terang saya tidak pernah full menonton film G30S-PKI selama hidup. Bahkan di saat film itu sudah berada di televisi selama belasan tahun menemani waktu hidup saya. Sebenarnya film sendiri cukup baik, tapi entah kenapa, karena terlalu banyak ngobrol di awal-awal film, maka seringkali membuat saya ngantuk dan tertidur sebelum adegan paling seru yaitu penyiksaan kepada para Jendral ditampilkan.
Praktis, setelah orde baru berakhir tidak ada lagi orang yang peduli tentang kekejaman PKI. Tidak ada lagi orang yang peduli mengenai pahlawan revolusi. Kenapa tidak lagi peduli? Mungkin karena PKI sudah dianggap usang. Itu hanyalah sebuah pembenaran yang dilakukan pemerintah saat itu untuk membantai ribuan bahkan jutaan warganya. Pembenaran untuk melakukan diskriminasi kepada seseorang hanya karena ia merupakan salah satu keturunan anggota PKI. Pembenaran untuk memerintah selama 32 tahun dan akhirnya dijatuhkan oleh gerakan massa di tahun 1998.
Sekarang, 1 Oktober 2012. Tidak lagi terdengar ada upacara kesaktian Pancasila di lubang buaya yang dipimpin oleh Presiden. Tidak ada lagi acara penghenian cipta untuk mengenang arwah para pahlawan revolusi yang dilakukan. Tidak ada lagi murid-murid dikumpulkan untuk melakukan upacara khusus tanggal 1 Oktober. Memang acaranya masih ada, tapi gaungnya yang sudah tidak terdengar. Paling hanya kemacetan di sekitar lubang buaya tadi pagi karena ada rombongan VVIP yang mau lewat.
Jika memang 1 Oktober adalah hari kesaktian Pancasila, lalu kenapa gaungnya kalah dengan hari bersejarah lain? Hari Kemerdekaan mungkin menjadi hari yang paling bersejarah. Hari Pahlawan pun menjadi hari yang juga bersejarah. Tapi hari kesaktian Pancasila apakah juga menjadi hari bersejarah?
Mungkin bagi saya, tinggal hari inilah yang tidak ada bekasnya sama sekali. Hari Kemerdekaan walaupun sudah beberapa lama tidak melakukan upacara, namun saya sangat senang menunggu kesempatan untuk mengikuti upacara. Hari Pahlawan, biarpun bukan tinggal di Surabaya namun saya menghargai bahwa hari tersebut adalah hari Pahlawan. Hari ini? Tidak sama sekali. 1 Oktober adalah bukan apa-apa bagi saya. 1 Oktober malah bisa dibilang sebagai hari kebalikan dari kesaktian Pancasila. Itu karena atas nama Pancasila terjadi penindasan atas ribuan bahkan jutaan orang. Atas nama Pancasila, korupsi menggurita di negeri ini. Atas nama Pancasila, ada seseorang yang memerintah negeri ini selama 32 tahun dan menghancurkan negeri sehancur-hancurnya di akhir pemerintahannya.
Saya pun senang karena tiap tanggal 30 September malam saat ini, kita tidak lagi wajib disuguhi tayangan berdurasi 4 jam tersebut. 30 September 2012 malam saya lebih memilih bermain dengan anak saya karena dia jauh lebih berharga daripada sebuah film yang hanya berisi propaganda. 30 September 2012 malam saya lebih memilih tidur lebih cepat karena esok paginya harus pergi ke kantor untuk mencari nafkah. 30 September 2012 malam saya lupa kalau esoknya adalah hari kesaktian Pancasila.
Saya ingatnya hari ini adalah hari kesaktian Pancasila baru saja. Benar-benar baru, sebaru saya menulis artikel ini. {nice1}