Beberapa hari lalu seorang rekan kerja saya di kantor hampir saja tertipu oleh orang tidak bertanggung jawab. Modus orang tersebut sebenarnya mudah tertebak, namun karena menyentuh daerah sensitif calon korban, ulahnya bisa saja berhasil andai rekan-rekan kerja yang lain tidak tanggap terhadap telepon yang sedang dilakukan oleh rekan kerja tersebut.
Awal mulanya saya melihat rekan kerja saya saat ia berjalan menuju ke kubikelnya dari arah toilet. Ia begitu terburu-buru berjalan dari arah toilet menuju kubikelnya. Kemudian ia menelpon seseorang dan mulai menangis. Rupanya di seberang telepon ada seorang laki-laki yang sedang mengabari bahwa anaknya sedang pendarahan hebat dan butuh segera penanganan medis. Ia berulang kali bertanya di rumah sakit mana, namun rupanya si penelpon ingin terus merusak akal sehatnya dengan terus mengabarkan kondisi sang anak. Ketika ia bertanya, “Yang bawa ke rumah sakit siapa Mas?” Langsung saja rekan-rekan yang lain bertindak dan mendekati rekan kerja tersebut. Mereka langsung tahu bahwa orang yang sedang ia telepon adalah seorang penipu.
Seorang rekan langsung membantunya menelpon guru sekolah sang anak dari HP rekan saya yang hampir menjadi korban tersebut. Ia pun langsung berbicara dengan sang guru dan sang guru mengkonfirmasi bahwa si anak sedang berada di dekatnya dan dalam kondisi baik-baik saja. Namun karena sudah dipengaruhi secara mendalam oleh si penelpon yang tidak bertanggung jawab tersebut, rekan kerja ini malah menolak konfirmasi dari sang guru dan bersikukuh bahwa anaknya saat ini sedang di rumah sakit dan mengalami pendarahan hebat.
Untungnya karena begitu banyak rekan kerja lain yang membantu, si rekan kerja ini akhirnya mulai tenang. Si penelpon akhirnya berbicara dengan salah seorang rekan kerja senior yang menanggapi teleponnya dengan dingin. Akhirnya si penelpon gagal menipu rekan kerja saya ini untuk mentransfer sejumlah uang.
Modus penipuan semacam ini memang sudah sering kita dengar. Namun anehnya masih banyak saja orang-orang yang terjebak dalam tipuan tersebut. Kunci sukses tipuan tersebut adalah menyasar emosi sang calon korban. Orang tua mana yang tidak panik jika mendengar anak yang dicintainya sedang dalam kondisi kritis? Apapun akan dilakukan sang ibu atau pun sang ayah untuk menyelamatkan anak tersebut. Emosi inilah yang dimanfaatkan oleh si penipu.
Awal penipuan berlangsung dari telepon si penipu ke rumah calon korban. Kebetulan yang ada di rumah tersebut adalah pembantu sang calon korban. Dari seberang telepon si penipu memberitahukan kepada sang pembantu bahwa anak sang calon korban sedang di rumah sakit karena kecelakaan. Kemudian secara reflek sang pembantu menyebut nama anak calon korban, sehingga sang penipu pun tahu nama anak korban untuk dia lanjutkan kepada sang ibu untuk cerita yang lebih dramatis.
Penipuan semacam ini memang sering terjadi. Sudah beberapa kali diberitakan usaha tersebut paling tidak membuat panik sang calon korban. Bahkan seringkali diikuti oleh sibuknya nomor telepon atau handphone orang-orang terdekat sehingga tidak dapat melakukan konfirmasi informasi. Dengan kondisi panik dan tidak ada seorang pun tempat mengadu, maka calon korban terpaksa mentransfer sejumlah uang yang diminta seorang yang mengaku “dokter” di sebuah rumah sakit yang tidak akan disebutkan dari awal tempat rumah sakit tersebut.
Atau malah penipuan ini juga bisa dalam bentuk peristiwa lain. Pernah beberapa minggu lalu ada seorang rekan kerja bercerita bahwa mertuanya ditelepon seseorang yang mengaku “polisi” dan menyebutkan bahwa anak sang mertua atau adik ipar rekan kerja sayai tertangkap tangan membawa narkoba dan meminta sejumlah uang agar kasusnya dipetieskan. Jumlah uang yang diminta mulai dari yang paling mahal hingga yang terkesan rasional, atau hanya beberapa puluh juta. Kabarnya sang mertua terpaksa mentransfer sejumlah uang yang diminta tersebut karena sang anak sama sekali tak bisa dikontak untuk dikonfirmasi.
Jadi, waspadalah terhadap semua telepon yang mengabarkan berita mendesak dari orang tak dikenal. Seberapa pun paniknya kita, kita harus tetap menggunakan akal sehat. Jika anak memang benar sakit dan benar-benar dalam kondisi kritis, tidak mungkin langsung dilakukan operasi saat itu juga. Operasi yang dilakukan dokter harus disetujui oleh sang keluarga pasien. Jika memang kondisinya kritis sekalipun, masih ada pertolongan gawat darurat yang harus dilakukan untuk menstabilkan kondisi sang pasien sebelum dilakukan operasi. Tindakan operasi dapat dilakukan dalam kurun waktu beberapa jam setelah pasien dalam kondisi yang cukup stabil. Lagipula persiapan operasi bukan dalam hitungan menit, melainkan dalam hitungan jam, bahkan hari.
Demikian pula untuk kasus kepolisian. Dari mulai tertangkap tangan hingga masuk ke penyidikan dibutuhkan waktu sekurang-kurangnya satu hari kerja. Polisi harus membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dan itu pun bisa setengah hari kerja. Lalu polisi biasanya tidak langsung melanjutkan BAP itu ke tahap berikutnya. Ada jeda waktu cukup banyak, bahkan bisa sampai bilangan bulan sampai berkas dilimpahkan ke pengadilan. Jadi tersedia banyak sekali waktu untuk melakukan konfirmasi apakah benar anak kita memang terlibat kasus seperti yang dituduhkan orang dalam telepon tersebut.
Memang agak susah untuk bersikap jernih saat panik. Itulah gunanya ada orang kedua, ketiga, atau siapa pun yang anda anggap dapat membantu anda untuk melakukan konfirmasi sebelum berbuat sesuatu yang akan disesalkan kemudian. Penipuan akan gagal jika kita pada akhirnya tidak mentransfer sejumlah uang sesuai keinginannya. Namun untuk memastikan apakah informasi yang kita terima adalah benar atau penipuan, maka kita harus sabar dalam melakukan konfirmasi.
Yang penting adalah usahakan agar handphone anda tetap on. Jika perlu punya beberapa nomor handphone yang juga on dan ada nomor telepon yang hanya diketahui oleh anggota keluarga atau orang kepercayaan terdekat. Hal ini bukan hanya untuk anda, melainkan pasangan anda pun harus mengusahakan handphone-handphonenya tetap on. Jika suatu saat anda mendapatkan telepon serupa dari seseorang yang tidak dikenal, anda dapat dengan mudah mengkonfirmasi hal tersebut kepada pasangan anda, apalagi bila anda memiliki dua atau tiga nomor handphone pasangan anda yang tentunya akan sulit bagi sang penipu untuk mengetahui semua nomor tersebut sekaligus.
Lain kali ada seseorang menelpon atau mengabari anda dan akhirnya meminta anda mentransfer uang segera, maka hal pertama yang anda lakukan adalah konfirmasi ke orang-orang terdekat anda. Jangan langsung percaya dan juga jangan langsung tidak percaya. Bisa saja informasi tersebut benar walaupun 90% kemungkinan informasi tersebut adalah tipuan belaka. {nice1}