Adakah Investasi tanpa Resiko?

Beberapa hari lalu saat saya menghadiri arisan keluarga besar, ada orang luar yang diundang oleh ibu saya untuk presentasi investasi emas. Orang tersebut menawarkan paket-paket yang perusahaannya tawarkan. Tawaran tersebut sangat menarik jika dilihat dari sisi imbal balik yang dijanjikan.

Contohnya, dengan menyetor uang kepada perusahaan tersebut sebesar Rp 70 juta rupiah, maka si investor dijanjikan akan mendapatkan pendapatan tetap sebesar Rp 1 juta tiap bulan selama 6 – 12 bulan dan di akhir periode akan mendapatkan kembali uang Rp 70 juta yang dia investasikan. Artinya dalam waktu satu tahun, investor akan mendapatkan kepastian imbal balik lebih dari 16%.

Sepertinya itu adalah tawaran yang menarik. Apalagi paket yang ditawarkan dibungkus dengan perdagangan emas dengan model bisnis syariah.

Kita semua tahu bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini emas menjadi primadona investasi. Bahkan saat saya menulis artikel ini, bagi siapa pun yang ingin membeli emas lewat PT. Antam akan sangat kesulitan karena permintaan sangat tinggi dan antrinya mulai pagi-pagi sekali. Artinya tidak mudah mendapatkan emas di saat-saat ini dengan harga standar yang ditetapkan PT Antam.

Saat anggota keluarga lain bertanya mengenai tata cara pemilihan paket investasi, saya pun bertanya tentang tiga hal. Pertama adalah perusahaan ini jualan apa, atau dengan kata lain sumber pendapatannya dari mana. Kedua adalah siapa pelanggan perusahaan, siapa pelanggan kakapnya. Ketiga, apa resiko dari investasi ini, jika terjadi kegagalan bisnis, apa jaminan kami sebagai investor?

Pertanyaan pertama saya dijawab bahwa perusahaan ini bergerak di penjualan emas baik ritel maupun grosiran. Pendapatannya adalah dari jualan emas. Perusahaan ini menjual emas karena telah memiliki emas dalam jumlah besar yang dibeli jauh-jauh hari sebelumnya dan kabarnya juga memiliki tambang emas di daerah Manado.

Pertanyaan kedua dijawab bahwa pelanggannya para investor yang diprospek serta perusahaan-perusahaan besar seperti bank syariah yang membeli dalam jumlah besar. Artinya penawaran yang diberikan oleh perusahaan bukanlah menjadikan kita sebagai investor melainkan sebagai bagian dari pendapatan perusahaan. Penawaran ini lebih mirip dari distributor besar ke agen-agen, bukan penawaran ke pemodal.

Pertanyaan ketiga dijawab bahwa tidak ada resiko berbisnis di perusahaan ini. Bahkan tidak ada resiko saat harga emas kemudian hari turun karena ada jaminan beli kembali pada harga yang sudah ditentukan sebelumnya. Memang aneh dengan jawaban ini, namun saya pun maklum karena bisa saja yang menerangkan sampai saat ini belum merasakan kerugian.

Dari imbal balik yang ditawarkan saya melihat tidak terlalu besar tapi seakan-akan bebas resiko. Bebas resiko selama ini karena si perusahaan masih dapat membayar sesuai yang dijanjikan. Bagaimana ia dapat memberikan sesuai yang dijanjikan padahal imbal baliknya cukup besar?

Saya akan memberikan sedikit analisis mengenai cara kerja bisnis semacam ini. Analisa ini bisa saja salah, namun saya akan berusaha seobyektif mungkin dalam membuat analisa.

Perusahaan ini mungkin saja bergerak di perdagangan emas. Artinya memang berbisnis jual beli emas. Nah kalau bisnisnya murni jual beli emas seperti kebanyakan yang kita ketahui tentang bisnis jual beli, agak sulit untuk memberikan paket dengan imbal balik yang cukup tinggi kepada para pelanggan yang merangkap investor. Lagipula kalau memang berbisnis jual beli biasa, maka biasanya tambahan modal diperoleh lewat pinjaman ke bank. Atau yang paling mungkin adalah menjual saham ke publik.

Sayangnya kedua opsi di atas tidak dilakukannya dan perusahan ini memilih untuk mencari pelanggan yang sekaligus membiayai usahanya. Oleh karena itu saya menarik kesimpulan bahwa usaha perusahaan ini bukan jual beli emas secara konvensional. Ada hal lain dibalik jual belinya yang patut untuk dicermati yang akan saya jelaskan selanjutnya.

Mengenai paket yang menawarkan imbal balik yang pasti, itu pun menjadi pertimbangan saya dalam menganalisa bisnis perusahaan ini.

Dengan kondisi perusahaan yang tidak mau diketahui kondisi keuangannya (dibuktikan dengan tidak maunya yang bersangkutan untuk pinjam ke bank atau jual saham ke publik) maka sudah selayaknya kita patut mempertanyakan kredibilitas perusahaan ini. Dengan imbal balik yang hanya setara dengan obligasi perusahaan-perusahaan yang belum ternama, perusahaan ini jelas memiliki resiko yang besar bagi kita para calon konsumen yang merangkap investor.

Jual beli emas yang dilakukan sepertinya bukan jual beli biasa. Saya menduga ada semacam transaksi derivatif yang dilakukan perusahaan ini dengan menggunakan penjamin sebuah perusahaan kelas kakap. Perusahaan ini membeli sebuah transaksi derivatif berbasis emas dalam jumlah besar dan menjualnya secata retail kepada calon konsumen dan investornya. Harga yang dia tetapkan harus lebih menguntungkan dibandingkan harga derivatif yang dibelinya. Tidak aneh kalau perusahaan hanya berani memberikan paket penawaran jangka pendek (rata-rata di bawah satu tahun) untuk menjaga bahwa transaksi derivatif yang dibelinya kepada pemasok dengan jaminan perusahaan kelas kakap tetap menguntungkan.

Selama perusahaan dapat mengelola transaksi derivatifnya dengan baik, ia akan selalu mampu membayar kewajibannya kepada pelanggan yang sekaligus investornya.

Lalu resikonya apa? Transaksi derivatif biasanya dilakukan untuk mengurangi resiko yang ada. Malah seringkali hampir bebas resiko jika dilakukan secara benar. Maka itu tidak aneh jika orang yang melakukan presentasi inventasi emas tersebut tidak mengerti mengenai resiko jika bergabung dengan perusahaan.

Namun biar bagaimanan pun transaksi derivatif pun punya resiko. Resiko yang paling umum adalah kegagalan dari pihak penjamin untuk membayar jika terjadi hal di luar kemampuannya. Bisa juga harga yang menjadi dasar derivatif menjadi liar tidak terkendali sehingga bukannya untung malah buntung. Jika terjadi hal seperti ini maka perusahaan sangat bisa untuk gagal bayar.

Jika transaksi derivatif yang menjadi basis dari bisnis ini, maka tinggal tunggu saja saatnya bisnis ini akan hancur. Transaksi derivatif biasanya digunakan untuk melindungi pembeli derivatif tersebut dari hal-hal yang tidak pasti namun dengan intensitas transaksi yang relatif kecil dibandingkan transaksi perusahaan pada umumnya. Jika perlindungan dilakukan pada setiap transaksi, maka begitu ada kegagalan di rantai derivatifnya, akan menyebabkan kehancuran di rantai yang lain dan sifatnya bisa masif.

Itu adalah salah satu analisa saya mengenai perusahaan semacam itu. Analisa saya yang lain sangat sederhana. Perusahaan ini hanya menerapkan money game dimana saat uang yang dikumpulkan dari pelanggan atau investor habis, saat itulah perusahaan akan gagal bayar.

Nah pertanyaannya, perusahaan yang kemarin dimaksud itu perusahaan yang menjalankan derivatif emas atau perusahaan yang menjalankan money game?

Jadi, masih adakah investasi tanpa resiko seperti yang dipaparkan oleh orang yang hadir dalam arisan keluarga besar saya? {nice1}

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *