Belum genap seminggu kejadian kecelakaan maut di Jalan Ampera dengan pelaku (diduga) anak muda, pagi ini ada lagi kejadian serupa, dengan pelaku yang juga (diduga) anak muda di tol Jagorawi. Menariknya si (terduga) pelaku adalah anak salah satu pejabat penting negeri ini. Dugaan awal kecelakaan terjadi karena pengemudi mengantuk. Dan mengantuk kemungkinan karena tadi malam baru saja merayakan pesta tahun baru.
Penyebab terjadinya kecelakaan untuk dua kasus di atas ditenggarai mirip. Yaitu kehilangan kesadaran entah karena kecapekan atau mengantuk atau sebab lain yang (diduga) sengaja menghilangkan kesadaran itu sendiri. Bahkan ini pun bukan kecelakaan pertama yang melibatkan anak muda dengan penyebab yang mirip. Mulai peristiwa Tugu Tani, hingga peristiwa artis stress. Mulai peristiwa Jalan Ampera hingga peristiwa Tol Jagorawi.
Kecelakaan, apa pun bentuknya, secara prinsip dapat dicegah. Apalagi kecelakaan yang penyebabnya seperti di atas. Masalahnya tidak ada usaha dari pemerintah ataupun wakil rakyat sebagai pemegang amanah tertinggi di negara ini untuk mencegahnya. Salah satu cara mencegahnya bagi saya adalah memperberat hukuman orang yang mengemudi dengan kesadaran yang tidak penuh.
Beratnya hukuman bukan disebabkan oleh berapa banyak korban yang ditimbulkan atau kerugian yang diakibatkan. Namun semata-mata beratnya hukuman karena si pengemudi terbukti secara sah dan meyakinkan dengan sengaja membuat dirinya kurang sadar dan tetap memaksakan diri untuk mengemudi. Parameter untuk menguji apakah si pengemudi sengaja adalah dengan membuktikan apakah yang bersangkutan saat kejadian sedang dalam pengaruh alkohol atau obat-obatan terlarang.
Artinya jika hal itu diterapkan, maka seorang yang menyetir dalam keadaan mabuk, kemudian menabrak bak sampah sampai penyok, lalu tertangkap, maka hukumannya bisa sangat berat seperti kejahatan membunuh seseorang. Karena memang tidak ada kejahatan yang lebih berat hukumannya daripada membunuh orang. Paling tidak itu yang saya ketahui di negara ini.
Efeknya apa? Orang akan berpikir seribu kali sebelum mengemudi ketika dia sedang dalam keadaan kurang sadar. Dugem silakan. Mabok silakan. Gunakan obat-obatan terlarang silakan. Karena hal itu sangat susah untuk dilarang. Namun ketika mabok, jangan sekali-kali anda mengemudikan kendaraan.
Anda mabok karena alkohol atau obat-obatan yang rugi diri anda sendiri. Anda kecapekan dan ngantuk yang rugi badan anda sendiri. Namun saat anda mengemudi ketika mabok atau kecapekan atau ngantuk, maka yang rugi bisa banyak orang. Lihat saja peristiwa Tugu Tani yang memakan korban sembilan nyawa. Atau dua peristiwa dalam seminggu terakhir yang masing-masing memakan korban dua nyawa sampai saat ini.
Jadi, saat anda mau dugem, pikirkan satu hal. Apakah pulangnya anda akan mengemudi? Jika iya, maka hindari minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang. Bahkan kalau perlu anda tidur dahulu agar tidak terlalu ngantuk saat pulang. Jika memang terpaksa sekali harus minum atau menegak obat-obatan, atau malah ngantuk berat, lebih baik tinggalkan kendaraan anda di tempat anda dugem dan pulang naik taksi. Kendaraan anda tidak akan kemana-mana. Anda tidak akan kena masalah hukum. Anda pun tidak akan merugikan orang lain. Paling rugi sendiri karena biaya parkir jadi mahal. Namun lebih baik bayar parkir lebih daripada menyesal kemudian!
Cukup sudah kecelakaan karena dunia malam di tahun 2012 dan awal tahun 2013 ini! Kita tidak mau ada kecelakaan serupa. Karena kecelakaan semacam itu bisa menimpa siapa pun yang ada di jalurnya. Kita tidak mau peristiwa Tugu Tani terjadi lagi. Kita tidak mau peristiwa Jalan Ampera terjadi lagi. Kita pun tidak ingin peristiwa Tol Jagorawi terulang kembali.
Cukup ingat kalimat ini. Mabok atau Ngantuk, Jangan Mengemudi!
Drunk or Sleepy, Do not Drive! {nice1}