Sejak awal Mei 2013 ini saya memulai perjalanan baru investasi yaitu saham. Dengan modal Rp 10 juta saya berharap uang tersebut akan terus tumbuh seiring dengan saham-saham yang saya pilih di pasar saham. Begitu masuk pasar saham saya pun dikenalkan dengan analisis teknikal. Analisis ini menurut persepsi saya adalah membaca tren pergerakan harga saham dan jika diprediksi harganya akan naik, maka itu adalah waktu yang tepat untuk membeli saham dan menjualnya kembali saat harga akan turun.
Beberapa analisis teknikal langsung saya ketahui begitu masuk ke pasar saham. Bahkan sebelum proses pendaftaran saya ke sekuritas selesai, saya pun diperkenalkan oleh sebuah analisis teknikal yang dinamakan “Metode Darvas”. Metode Darvas ditemukan oleh Nicolas Darvas di tahun 1950-an. Dalam Metode Darvas diperkenalkan istilah “Darvas Box”. Darvas Box merupakan boks imajiner dengan garis atas menandakan harga batas atas dan garis bawah menandakan harga batas bawah. Menurut Darvas harga saham akan selalu bergerak di dalam boks tersebut. Ketika harga saham menembus harga batas atas maka itu adalah waktu yang tepat untuk membeli. Sebaliknya jika harga saham menembus harga batas bawah maka saat itulah waktu yang tepat untuk menjualnya.
Saat diperkenalkan Metode Darvas oleh sebuah institusi yang memberikan sharing session gratis, penawaran untuk membeli lisensi software Metode Darvas pun dialamatkan kepada kami-kami yang hadir dalam sharing session tersebut. Di software tersebut akan diinformasikan berapa harga batas atas dan batas bawah sebuah saham sehingga sebagai trader yang perlu dilakukan hanyalah membuat pemesanan bersyarat dengan memasukkan harga-harga yang telah ditentukan.
Saya sendiri tidak tertarik dengan software yang ditawarkan karena saat itu belum juga memulai investasi saham dan harga yang ditawarkan lumayan untuk kocek saya. Software tersebut sepertinya hanya akan jalan di sistem operasi berbasis Windows. Namun setelah sharing session itu saya mencari-cari di internet mengenai Metode Darvas dan bagaimana cara Darvas untuk menentukan harga batas atas dan harga batas bawah. Rupanya Darvas Box tersebut dapat dihitung secara manual tanpa bantuan software tersebut. Pemikiran saya adalah kalau si Darvas menemukan metodenya tahun 1950-an, maka pasti si Darvas menemukannya dengan cara manual juga.
Beruntung bagi saya di software yang diberikan oleh sekuritas yang saya pilih, ada fitur Price Box yang sangat mirip dengan Darvas Box. Jadi saya tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk mendapatkan Darvas Box karena memang sudah tersedia di software sekuritas yang saya pilih.
Beberapa bulan sebelum saya mendaftar untuk berinvestasi saham, saya secara tidak sengaja menemukan sebuah cara analisa teknikal yang dikenal dengan “Analisa Fibonacci”. Analisa ini bukan ditemukan oleh Fibonacci namun menggunakan prinsip-prinsip yang ditemukan oleh Fibonacci. Mungkin anda pernah mendengar bilangan Fibonacci. Nah itu adalah Fibonacci yang sama dengan analisa teknikal yang dimaksud.
Analisa Fibonacci mendasarkan analisa pada sebuah pola natural. Angka yang ada di bilangan Fibonacci pada dasarnya banyak diaplikasikan kepada hal-hal sekitar kita. Mulai dari tulang manusia, warna pada burung bahkan pada gigi kita! Nah dari kondisi itulah lahir analisa ini. Harga saham menurut analisa ini pada prinsipnya mengikuti pola natural ini. Dari Analisa Fibonacci ini keluarlah beberapa angka yang menjadi referensi harga. Referensi tersebut diolah dari harga saham tertinggi dan terendah dari sebuah rentang waktu yang dipilih. Beberapa angka yang menjadi referensi harga berada di antara harga tertinggi dan terendah serta dapat memprediksikan sebuah harga baru di luar rentang tersebut jika harga saat ini sudah melewati batas harga tertinggi maupun terendah.
Analisa ini juga terdapat dalam software yang diberikan gratis oleh sekuritas yang saya pilih. Jadi sekali lagi saya tidak perlu susah-susah untuk membuat hitungan manual. Saya hanya perlu menentukan harga terendah dan tertinggi pada periode yang saya tentukan dan langsung mendapatkan harga referensi yang saya inginkan.
Jauh sebelum saya tertarik dengan investasi saham, saya mengenal satu analisa teknikal yang mungkin banyak orang sudah ketahui. Analisa tersebut adalah “Analisa Moving Average”. Dalam analisa ini ditampilkan sebuah grafik berbentuk garis yang menunjukkan harga rata-rata saham pada periode yang ditentukan. Biasanya periode yang sering digunakan adalah 5-day, 20-day, 50-day dan 200-day. Day disini bisa diganti dengan week atau month tergantung pemilihan grafik harga yang kita pilih apakah harian, mingguan atau bulanan.
Analisa Moving Average akan sangat berguna bila ditampilkan minimal dua garis moving average. Dari dua garis tersebut akan terlihat dengan jelas kapan harus membeli sebuah saham dan kapan harus menjualnya. Sesaat setelah kedua garis moving average bersinggungan, maka waktu itu adalah waktu terbaik untuk melakukan pembelian maupun penjualan saham. Jika moving average yang lebih kecil periodenya memiliki nilai lebih tinggi daripada moving average yang lebih besar periodenya maka itu adalah saat yang tepat untuk membeli karena harga saham akan bergerak ke tren naik. Jika terjadi sebaliknya maka itu adalah waktu yang tepat untuk menjual karena harga saham akan bergerak ke tren turun.
Ketiga analisa teknikal yang saya ketahui tersebut telah saya terapkan kepada saham-saham yang saya beli. Untuk Metode Darvas saya membeli saham WSKT pada harga 830. Sampai tanggal 17 Mei 2013 lalu harga penutupan WSKT berada pada harga 860. Sudah mulai ada potensi keuntungan. Saya tidak akan melepasnya sampai harga saham tersebut menembus harga batas bawah yang sampai tanggal 17 Mei tersebut di harga 810.
Untuk Analisa Fibonacci saya menggunakannya untuk membeli saham ADRO. Saya melihat saham ADRO terus beranjak turun sejak tahun lalu. Saya pun ingin tahu penyebab harga saham ADRO terus merosot. Saya melihat laporan tahunan ADRO tahun 2012 dan mendapatkan kesimpulan bahwa harga saham ADRO turun karena memang harga batubara sedang turun sehingga mengurangi keuntungan yang diperoleh ADRO di tahun 2012. Dari laporan keuangan kuartal satu tahun 2013 saya melihat ADRO tetap membukukan keuntungan namun masih lebih kecil daripada tahun-tahun sebelumnya. Menurut informasi yang saya baca harga batubara kemungkinan akan kembali berkibar di kuartal empat tahun 2013.
Pantas saja saham ADRO kurang kinclong. Namun saya tetap yakin bahwa ADRO akan terus tumbuh sehingga saya pun menggunakan Analisa Fibonacci untuk memperkirakan harga beli yang pantas untuk saham ADRO. Begitu saya tentukan nilai saham tertinggi dan terendah, saya pun mendapatkan referensi harga ADRO pada level 1050. Saat saya melakukan analisa tersebut saham ADRO berada pada 1090. Saya pun melakukan pemesanan bersyarat dan mendapatkan saham ADRO pada hari berikutnya pada harga 1050. Satu hari setelah saya membeli saham ADRO atau tanggal 17 Mei, nilainya langsung naik ke 1100. Saya berharap saham ADRO tetap naik dengan mewaspadai beberapa referensi harga untuk ambil profit atau beli lagi saat harga jatuh.
Analisa Moving Average saya gunakan saat saya membeli saham APLN. Waktu itu saya melihat dengan moving average 10-day dan 20-day. Saat saya memutuskan untuk membeli saham APLN saya melihat moving average 10-day baru saja bersinggungan dengan moving average 20-day dan nilai 10-day lebih tinggi dari 20-day setelah mereka bersinggungan. Saya pun membeli saham APLN di harga 475 saat itu. Pergerakan harga saham APLN beberapa hari setelah saya membelinya relatif datar. Bahkan dari moving average terlihat bahwa 10-day dan 20-day akan bersentuhan lagi dalam waktu dekat. Pada tanggal 17 Mei harga pentupan APLN berada pada 475 atau masih di angka yang sama saat saya membelinya beberapa hari lalu.
Analisa teknikal memang sangat membantu dalam menentukan pembelian ataupun penjualan sebuah saham. Namun analisa teknikal bisa saja salah. Untuk ketiga saham yang saya pilih tersebut bisa saja ketiganya berbalik arah dan saya pun terpaksa menjualnya dengan posisi rugi. Oleh karena itu analisa teknikal harus dikombinasikan dengan analisa fundamental. Seperti pemilihan ADRO, saya melihat dahulu kondisi keuangan dan operasional ADRO dari laporan tahunannya. Saya melihat memang industri batubara sedang menurun karena harga batubara yang sedang turun. Namun dari laporan keuangan yang saya lihat, ADRO cukup kuat fundamental keuangannya dan yang pasti senantiasa memberikan dividen kepada para pemegang sahamnya. Sehingga saya yakin harga sahamnya turun hanya sekedar tekanan industri dan bukan karena salah pengelolaan dari manajemennya.
Tujuan utama saya membeli saham adalah investasi. Sehingga saya akan hanya menggunakan analisa teknikal untuk melengkapi analisa fundamental yang sedang saya pelajari secara lebih komprehensif. Saya hanya akan membeli saham-saham yang memang sehat laporan keuangannya. Andaikata tidak sehat pun, saya akan mencari penyebabnya sehingga apakah tetap memilih berinvestasi di saham perusahaan tersebut. Untuk yang sifatnya trading, saya mungkin hanya akan menggunakan sebagian kecil dari investasi yang saya gelontorkan. Trading hanya untuk belajar dan fun. Karena sifatnya belajar, jadi misalnya terjadi kerugian maka itu adalah biaya dari pelajaran yang saya dapatkan. Dengan modal terbatas dan pergerakan saham-saham yang saya pilih tidak terlalu besar dalam tiga minggu ini, maka saya lebih memilih analisa fundamental dan juga menggunakan Analisa Fibonacci untuk menentukan harga referensi. Jika saham bergerak turun ke arah harga referensi, maka itu adalah saat yang tepat untuk membeli. Jika saham bergerak naik ke arah referensi, maka harus tunggu dulu beberapa saat, sampai pasti bahwa saham menunjukkan tren menurun, baru jual sebagian saham dan membelinya lagi saat turun ke arah harga referensi selanjutnya.
Paling tidak dengan berbuat seperti itu saya tidak terlalu capek melihat-lihat pergerakan liar harga saham dan juga modal saya bisa lebih terkontrol untuk digunakan karena saya dapat melakukan tambahan pembelian dengan periode tertentu. {nice1}
Gambar didapat dari : http://www.boxcharts.com/images/charts/darvas-box-example-big2.jpg