Sudah agak lama sejak saya tidak jalan-jalan ke luar kota. Keinginan itu tetap ada, namun terbentur oleh jadwal dan teman untuk jalan-jalannya. Beberapa minggu lalu saat selesai menunaikan ibadah Sholat Jumat, seorang teman menawarkan kepada saya agar ikutan jalan-jalan ke Ujung Genteng bersama komunitas fotografi kantor tempat saya bekerja. Biaya yang ditawarkan pun cukup rasional karena kabarnya disubsidi oleh kantor. Setelah melihat jadwal perjalanan dan berkonsultasi dengan keluarga, akhirnya saya pun memutuskan untuk ikut jalan-jalan tersebut mulai 26 April 2013 hingga 28 April 2013.
Dari jadwal kegiatan yang saya baca, kegiatannya akan fokus ke foto-foto. Foto matahari terbit, foto matahari terbenam, foto pemandangan alam dan juga foto momen-momen penting yang sayang untuk dilewatkan. Saya sendiri bukan anggota atau bahkan partisan di komunitas fotografi. Kamera yang saya punya hanya kamera poket yang dibeli saat pameran kamera tahun lalu. Tidak ada persiapan khusus dalam perjalanan ini selain menyiapkan pakaian dan kepentingan pribadi selama perjalanan.
Berangkat menuju Ujung Genteng dimulai setelah jam kerja tanggal 26 April 2013. Menurut jadwal, malam 26 April 2013 kami akan tidur di bus hingga mencapai lokasi untuk foto-foto matahari terbit. Terakhir kali saya menempuh perjalanan dengan tidur di kendaraan adalah saat bolak-balik Cepu di awal-awal 2000-an. Sudah lebih dari 10 tahun saya tidak pernah melakukan hal tersebut.
Pukul setengah lima sore setelah selesai jam kerja, kami pun berkumpul di tempat yang telah ditentukan. Bus datang beberapa saat kemudian. Setelah dilakukan pengecekan oleh panitia, rupanya ada satu orang yang belum hadir dan sedang dalam perjalanan menuju tempat berkumpul. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya diputuskan untuk menjemput seorang rekan tersebut di pom bensin berikutnya setelah pom bensin dekat kantor.
Pukul enam sore adalah waktu resmi perjalanan memasuki tol Jagorawi. Saat itu kami belum makan malam dan memang dijadwalkan untuk makan malam di rest area Sentul. Beberapa saat setelah pukul setengah tujuh kami pun sampai di rest area Sentul. Di situ kami makan malam dan melanjutkan perjalanan pada pukul delapan malam.
Suasana di dalam bus setelah makan malam mulai berubah. Yang tadinya penuh dengan omongan dan tawa, kali ini menjadi sunyi senyap. Suara-suara hanya terdengar sampai dengan 10 menit dari meninggalkan rest area. Setiap orang mulai sibuk mencari posisi yang nyaman untuk beristirahat. Bagi yang sering jalan-jalan, peralatan untuk beristirahatnya cukup lengkap. Ada yang punya penutup mata. Ada juga yang punya selimut pakai tangan. Ada juga yang memiliki bantal untuk leher. Saya sendiri? Saya hanya mengandalkan pengalaman bertahun-tahun perjalanan darat tidur dengan posisi duduk.
Sekitar tengah malam bus berhenti di suatu tempat dengan jalan yang sempit. Rupanya supir bus memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk buang air kecil. Hampir semua orang turun untuk buang air kecil kecuali dua orang yang sudah lelap dengan tidurnya tanpa terganggu. Kedua orang ini memang sudah dikenal telah melanglang buana kemana-kemana. Hal itu juga ditunjang oleh perlengkapan tidur yang mereka bawa.
Setelah selesai buang air kecil dan melanjutkan perjalanan, saat itulah saya benar-benar tidur lelap. Yang saya tahu sekitar pukul tiga pagi kami berhenti di suatu tempat yang bernama Amanda Ratu. Di tempat inilah kami akan mulai berburu foto matahari terbit. {nice1}