Ketika kita terkena flu atau badan pegal-pegal maka balsem menjadi pilihan pertama untuk membuat badan menjadi nyaman kembali. Balsem kita pilih karena dia mampu menjadi pilihan pertama kita karena begitu mudah mendapatkannya dan begitu mudah mengoleskannya ke badan kita.
Keuntungan lain balsem adalah waktu kita tidak terbuang untuk pergi ke dokter atau mendiskusikan mengenai keluhan kita kepada orang lain. Kita tetap dapat melakukan aktivitas secara biasa. Tidak ada satu pun aktivitas rutin kita yang terganggu. Demikian dahsyatnya manfaat dari balsem ini.
Namun ada satu kelemahan balsem. Sifat balsem adalah sebagai penawar rasa sakit sementara dan bukan menjadi penghilang rasa sakit secara permanen. Bisa saja kita merasa bahwa kita hanya terkena flu, karena memang gejala yang kita rasakan adalah sama dengan gejala flu. Lalu kita oleskan balsem ke badan kita, dan gejala flu yang kita rasakan mereda. Jika saat itu ternyata kita terkena demam berdarah, maka dengan terbiasa memberikan balsem ke tubuh saat ada gejala tak enak pada tubuh, dapat telat mengidentifikasi penyakit sesungguhnya dan dapat berakibat fatal.
Sebagai informasi saja, pada penyakit demam berdarah, gejala umum yang dirasakan adalah panas tinggi naik turun selama tiga hari dan membaik di hari keempat. Padahal di hari keempat itulah masa kritis yang membuat banyak orang meninggal karena telat tertolong.
Saat ini pemerintah kita berencana ingin memberikan kompensasi kepada 15.5 juta keluarga miskin dengan anggaran lebih dari 9 triliun rupiah. Kompensasi ini adalah bentuk bantuan pemerintah akibat kenaikan harga BBM bersubsidi yang menurut kabar burung akan diketok palu minggu depan. Kompensasi ini dikenal dengan sebutan “Balsem”.
Balsem disebut sebagai balancing dari shock inflation yang akan terjadi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi. Balsem akan diberikan dalam bentuk uang tunai kepada keluarga miskin setiap bulan selama empat bulan. Balsem diharapkan dapat menahan jumlah keluarga miskin akibat inflasi yang akan terjadi nantinya. Sayangnya balsem yang diberikan pemerintah pada akhirnya sama dengan balsem yang biasa kita gunakan saat kita merasakan badan kita tidak enak.
Balsem hanya untuk penawar gejala penyakit. Pemerintah kita tahu bahwa ketika harga BBM bersubsidi dinaikkan maka akan ada efek ke keluarga miskin. Oleh karena itu program kompensasi diberlakukan. Namun pemerintah kita kurang melakukan observasi dan analisa lebih lanjut mengenai efek harga BBM bersubsidi ini. Yang saat ini selalu dilontarkan pemerintah adalah subsidi BBM yang mencapai lebih dari 200 triliun rupiah per tahunnya memberatkan APBN dan harus dilakukan upaya untuk mengurangi beban APBN dengan mengurangi subsidi dan mengalokasikan penghematan subsidi ke pos lain yang sifatnya kompensasi jangka pendek.
Balsem pastinya akan sangat bermanfaat bagi masyarakat miskin. Namun setelah itu apa yang harus mereka lakukan? Harga-harga sudah pasti naik setelah kenaikan harga BBM bersubsidi. Pengalaman dua kenaikan BBM bersubsidi terakhir, inflasi kita di tahun tersebut menembus dua digit. Biaya transportasi minimum naik 20 persen. Metro mini yang sekarang jauh dekat 2000 rupiah, setelah kenaikan harga nanti paling tidak akan jadi 2500 rupiah. Harga sembako pun akan ikut terkerek, apalagi sebentar lagi mau lebaran dimana semua harga lagi naik setinggi-tingginya. Biaya sewa tempat pastinya juga naik karena tuan tanah pasti ingin mendapatkan keuntungan lebih gara-gara harga kebutuhan sehari-harinya makin meningkat. Dengan kata lain, semua harga akan naik mengikuti kenaikan harga BBM bersubsidi.
Sayangnya kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi ini tidak diimbangi dengan kebijakan transportasi massal atau pembatasan penggunaan kendaraan pribadi atau penggunaan energi alternatif. Padahal jika dibarengi kebijakan tersebut, maka efek dari kenaikan harga BBM bersubsidi tidak akan sebesar saat ini. Entah kenapa pemerintah kita lebih senang membiarkan penyakit menahun tersebut terus ada daripada menuntaskan pengobatannya walaupun mungkin membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Namun memang arah menuju ke sana belum terlihat sama sekali.
Semoga saja pemberian balsem untuk rakyat miskin kali ini bukan hanya meredakan gejala penyakit, namun berhasil menyembuhkan penyakitnya. Walaupun saya ragu akan hal tersebut, paling tidak sampai saat ini. {nice1}
Gambar diambil dari http://www.gadtime.com/wp-content/uploads/2013/04/rapat-paripurna-dpr1.jpeg