Seringkali dalam melakukan sesuatu kita ingin meninggalkan jejak prestasi kita. Jejak prestasi itu biasanya disebut legacy. Misalnya dalam satu pekerjaan, kita seringkali ingin meninggalkan paling tidak template yang nantinya bisa digunakan oleh penerus-penerus kita. Bahkan jika kita kembali beberapa tahun kemudian dan template yang kita buat masih digunakan, maka kita akan sangat bangga akan hal tersebut. Namun seringkali kita lupa, bahwa legacy yang kita bangun seringkali malah merepotkan orang. Bahkan seringkali kita terlalu sibuk dengan legacy dan lupa berbuat yang terbaik dalam pekerjaan kita saat ini.
Beberapa minggu yang lalu, harian Kontan memiliki sebuah artikel dengan judul yang membuat saya tertarik. Judul artikel itu adalah “Tak membangun legacy, berbuat terbaik, siap dilupakan” oleh CEO Krakatau Steel, Tbk. Irvan Kamal Hakim. Ada potongan kalimat menarik dalam artikel tersebut yang membuat saya mengingatnya sampai hari ini. Potongan itu adalah
“Bagi saya, tahun 2013 adalah challenging, panen baru di 2016-2017. Tak masalah, bila masa itu, saya tak bisa ikut harvest. Karena dalam pekerjaan, saya tak membangun legacy, bahkan siap dilupakan.”
Kalimat tersebut seperti menyadarkan saya. Selama ini mungkin saya selalu berusaha meninggalkan jejak dalam pekerjaan saya. Saya ingin dalam beberapa tahun mendatang orang mengetahui bahwa saya pernah mengerjakan hal tersebut dan banyak hal yang ingin saya tinggalkan bagi penerus pekerjaan saya kelak. Jadinya apa? Jadinya saya tidak memiliki lagi tantangan jika saya sudah merasa memberikan legacy terhadap kerjaan saya dan saya menciptakan perspektif baru dari rekan-rekan sekerja saya. Akhirnya saya pun merasa bosan dengan pekerjaan saya dan buru-buru meminta kepada supervisor saya agar dicarikan posisi baru yang benar-benar bagi saya.
Kenyataannya hal tidak seperti yang kita inginkan. Kadangkala kita harus terus berada di posisi yang sama untuk beberapa saat. Oleh karena itu, artikel di atas mengubah persepsi saya. Ketika saya bekerja, maka saya harus mengerjakannya sebaik-baiknya. Tidak peduli apakah setelah itu saya dilupakan atau tidak, yang penting saya harus memberi yang terbaik.
Ini juga hal yang saya hadapi dalam organisasi Toastmaster di kantor saya. Akhir Juni 2013 lalu saya kebetulan terpilih untuk menjadi Presiden Toastmaster di kantor saya untuk masa pengabdian tahun 2013/2014. Masa kerja saya adalah sejak 1 Juli 2013 hingga 30 Juni 2013. Saat memberikan program-program kampanye, saya sangat muluk-muluk untuk meninggalkan legacy di Toastmaster kantor saya dengan memberikan program-program yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Memang program-program itu saya yakin dapat jalan semasa saya jadi Presiden, namun apakah mungkin program-program tersebut berguna untuk anggota yang lain dan akan diikuti oleh penerus saya kelak? Oleh karena itu saya akan memodifikasi program-program yang tadinya saya tawarkan agar lebih membumi dan lebih bermanfaat bagi anggota yang lain serta mudah untuk diteruskan oleh penerus saya kelak.
Saya akan melaksanakan program yang memberikan manfaat bagi anggota Toastmaster di kantor saya dan juga bermanfaat bagi para penggembira di meeting-meeting Toastmaster yang selama ini ada. Lagipula program tersebut harus sejalan dengan program District dimana saya bernaung. Oleh karena itu saya akan senantiasa melakukan kontak dengan pimpinan area saya supaya program-program yang ingin saya laksanakan didukung olehnya demi mendapatkan manfaat yang besar bagi saya dan juga anggota Toastmaster di kantor saya.
Untuk penerus saya nantinya, minimal saya akan persiapkan dari pengurus Toastmaster di kantor saya saat ini. Mereka harus sering dilibatkan dalam acara Toastmaster yang sifatnya di luar kantor. Ada acara pelatihan, kontes dan konferensi yang bisa dihadiri. Biarkan saja mereka pasif pada saat pertama kali ikut acara-acara tersebut. Namun hal tersebut akan memberikan pengalaman kepada mereka sehingga saat mereka jadi Presiden Toastmaster kelak mereka tahu harus berbuat apa.
Sebagai Presiden Toastmaster tugas saya adalah melayani anggota saya. Dan dalam melayani saya harus mengetahui keinginan dari anggota saya mau seperti apa. Saya tidak boleh egois ingin melaksanakan program-program yang mereka belum tentu mau. Saya harus tahu keinginan mereka. Program-program saya nantinya harus dapat memenuhi keinginan mereka.
Tentu saja saya ingin berbuat yang terbaik untuk kepengurusan Toastmaster di kantor saya saat ini. Dan juga saya ingin agar hasil kerja saya nanti dapat diingat oleh rekan-rekan saya lainnya. Namun tentu saja saya harus realistis bahwa hasil kerja saya bisa langsung dilupakan begitu saja. Yang penting saat ini saya harus bekerja lebih baik dan semoga memberikan manfaat kepada anggota-anggota saya di masa-masa mendatang. {nice1}
Gambar diambil dari : http://forzaitalianfootball.com/wp-content/uploads/2013/03/Jupp-Heynckes-Bayern-Munich.jpg