Kemana Harus Berinvestasi?

investasi

Bagi yang ingin memulai berinvestasi kemungkinan besar akan bingung apa yang harus dilakukan. Bingung yang paling besar adalah bingung kemana harus menempatkan modal untuk investasi. Apakah saham? Apakah emas? Apakah properti? Atau malah bisnis pribadi? Semua contoh investasi tersebut adalah benar. Yang terpenting adalah memulainya.

Investasi pun harus disesuaikan dengan tujuannya. Tujuan menggambarkan besaran uang saat tujuannya tercapai. Di samping itu harus juga ditentukan jangka waktu untuk mencapai tujuan. Nah, jika besaran uang sudah didapatkan dan jangka waktu sudah ditentukan, tinggal memilih strategi investasi yang tepat untuk mencapai tujuan dengan jangka waktu tersebut.

Tabungan adalah salah satu bentuk investasi. Masalahnya tabungan hanya memberikan return 0% hingga 2% per tahun. Dengan return sebesar itu, maka uang kita pun akan sulit berkembang. Deposito adalah bentuk investasi berikutnya. Perlu diingat bahwa deposito dilindungi pemerintah selama return yang dijanjikan tidak boleh melebihi return yang diijinkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Deposito memberikan return 5% hingga 7% per tahun tanpa resiko, namun untuk menempatkan uang di deposito, dibutuhkan uang yang cukup banyak (Rp 8 juta adalah nilai minimum di beberapa bank).

Tabungan dan deposito adalah bentuk investasi yang kurang optimal. Kenapa kurang optimal? Karena ada yang namanya inflasi. Dengan inflasi yang rata-rata 6% hingga 8% per tahun membuat return yang dihasilkan tabungan dan deposito menjadi tak berarti. Kedua jenis investasi ini hanya dan hanya jika dipilih saat kita benar-benar telah memiliki besaran uangnya atau tujuan investasinya dapat dicapai dalam jangka waktu pendek yang kurang dari 2 tahun.

Emas juga merupakan salah satu bentuk investasi. Emas yang dimaksud disini adalah emas dalam bentuk batangan atau koin. Bukan emas dalam bentuk perhiasan. Emas memberikan return yang rata-ratanya lebih tinggi daripada deposito. Namun investasi emas memiliki resiko, tidak seperti tabungan atau deposito. Dalam setahun emas dapat memberikan return di atas 50%, namun di lain waktu emas pun dapat memberikan return negatif atau kerugian. Itulah kenapa disebut ada resiko yang terjadi jika melakukan transaksi emas.

Properti juga merupakan salah satu bentuk investasi. Secara umum berinvestasi di properti akan meningkatkan nilai properti tersebut di masa mendatang. Beli tanah hari ini secara umum lebih murah daripada beli tanah 5 atau 10 tahun lagi di lokasi yang sama. Kenaikannya bisa hanya beberapa puluh persen sampai beberapa kali lipat daripada harga tanah semula. Properti juga mengandung resiko. Saat memegang properti dan ternyata lokasinya kurang menjanjikan, maka bisa saja harga properti itu akan stagnan, atau akan sulit untuk dijual kembali. Jarang sekali sebuah properti nilainya turun, kecuali bila pemilik properti terlibat utang, atau lokasi tersebut dikenal sebagai lokasi yang rawan bencana alam sehingga tidak ada seorang pun yang mau membelinya di harga yang pantas.

Kesulitan dalam berinvestasi properti adalah nilai nominal yang cukup besar untuk memulai. Saat kita membeli tanah, apalagi di kota-kota besar saat ini, akan sangat sulit mengandalkan uang beberapa juta rupiah saja sebagai modal. Modal yang kita punya haruslah puluhan juta bahkan ratusan juta rupiah. Walaupun return yang dijanjikan oleh properti sangat menarik, tapi bagi investor pemula yang memiliki uang sedikit, mungkin properti bukan menjadi pilihan utama investasinya.

Saham juga merupakan salah satu bentuk investasi. Secara umum berinvestasi di saham pilihan yang memiliki kinerja bagus akan menaikkan nilai uang yang kita investasikan. Kenaikan itu seperti properti, bisa dari puluhan persen hingga beberapa kali lipat dalam beberapa tahun ke depan. Namun di lain pihak, saham sangat rentan untuk mengalami kerugian. Bahkan jika kita hanya menanamkan uang di saham-saham yang berkinerja bagus pun tidak menjamin investasi kita akan berkembang. Banyak faktor yang mempengaruhi harga saham. Selain faktor internal berupa kinerja perusahaan, faktor eksternal sangat berperan dalam fluktuasi harga saham. Faktor eksternal tersebut contohnya adalah kondisi ekonomi negara sampai ke psikologis investor yang panik atau rakus terhadap perubahan harga di suatu saham. Secara umum dapat dikatakan saham lebih beresiko daripada properti maupun emas, namun saham lebih likuid daripada kedua atau dengan kata lain lebih mudah untuk menjualnya.

Ada satu lagi investasi yang merupakan bentuk miniatur dari beberapa jenis investasi yang disebutkan di atas. Prinsip dasar investasi ini adalah patungan. Sekelompok orang patungan uang untuk memilih investasi yang sudah ditentukan dan ada juga kelompok lain yang menjadi pengelolanya. Investasi jenis ini dikenal dengan nama reksadana. Reksadana ada berbagai macam bentuk. Mulai dari reksadana yang berinvestasi di deposito, hingga ada juga reksadana yang bergerak di saham maupun properti. Investasi jenis ini memiliki resiko dan return yang bervariasi tergantung pilihan investasi yang disepakati. Jika reksadananya memilih deposito sebagai kesepakatan investasinya, maka returnnya pun tidak akan jauh berbeda dengan deposito jika kita membeli sendiri. Terkadang malah investasi di reksadana memiliki return yang lebih tinggi daripada bila kita membeli sendiri. Contohnya adalah deposito. Jika kita membeli deposito sendiri, katakanlah Rp 10 juta rupiah, maka kita tidak memiliki kekuatan tawar yang besar untuk meminta return yang lebih tinggi ke bank. Namun jika kita membeli deposito dengan uang Rp 10 milyar, maka kita memiliki kekuatan tawar yang cukup untuk meminta return lebih. Reksadana memanfaatkan hal ini. Dengan uang yang besar hasil patungan ribuan atau bahkan jutaan orang, akan memudahkannya mendapatkan kekuatan tawar di mata bank.

Reksadana biasanya dikelola secara professional. Pengelolanya biasanya adalah sekelompok orang yang memang ahli di bidang reksadana sesuai dengan peruntukkannya. Keunggulan memilih reksadana adalah pembeliannya mulai dengan nominal yang sangat kecil. Untuk membeli sebuah produk reksadana uang yang dibutuhkan minimum adalah Rp 100 ribu. Memang ada yang mensyaratkan minimum uang lebih besar dari Rp 100 ribu, namun dengan Rp 100 ribu, sebagian besar produk reksadana sudah dapat kita beli sesuai dengan keinginan kita. Reksadana biasanya kita pilih saat kita belum memiliki uang yang besar atau saat kita tidak mau pusing dalam mengelola uang kita sendiri. Karena uang kita dikelola oleh orang lain, tentunya ada biaya pengelolaan yang harus kita bayarkan kepada si pengelola. Si pengelola pun harus melaporkan kinerjanya tiap hari lewat media-media yang mudah diakses sehingga investor dapat membandingkan beberapa pengelola reksadana sebelum memutuskan untuk membeli produk reksadana yang ditawarkan.

Sebagai gambaran rata-rata dan referensi return yang dihasilkan oleh masing-masing jenis investasi, maka saya akan memberikan rata-rata return yang dihasilkan untuk masing-masing jenis investasi tersebut sesuai persepsi saya

1.     Tabungan: 0-2% per tahun

2.     Deposito: 5-7% per tahun

3.     Emas: 10-25% per tahun

4.     Property: 25-40% per tahun

5.     Saham: 20-40% per tahun

6.     Reksadana Pasar Uang: hingga 2% lebih tinggi daripada deposito

7.     Reksadana Pendapatan Tetap: 9-12% per tahun

8.     Reksadana Saham: 15-25% per tahun

Misalnya, kita mau mengumpulkan uang untuk membeli sebuah gadget idaman. Katakanlah Macbook Air. Macbook Air 2013 saat ini dijual mulai Rp 13 juta hingga Rp 16 jutaan di Indonesia. Katakanlah kita mau Macbook Air yang harga Rp 15 jutaan. Lalu ingin sekali membeli Macbook Air dalam 2 tahun lagi. Artinya baru bisa membeli Macbook Air pada tahun 2015. Mungkin saja nanti ketika Macbook Air di tahun 2015 harganya sudah bukan Rp 15 juta lagi. Bisa lebih murah, atau malah lebih mahal. Tapi paling tidak kita punya tujuan yang berupa besarnya uang nanti dan jangka waktu yang ditentukan.

Dua tahun itu sama dengan 24 bulan. Jika investasi dipilih adalah tabungan yang memberikan return 2% per tahun maka paling tidak harus menyisihkan uang sebesar Rp 615 ribu per bulan. Jika memilih menggunakan deposito dengan return 5% maka dibutuhkan uang paling tidak Rp 590 ribu per bulan. Jika memilih reksadana pasar uang dengan return 7% maka dibutuhkan uang paling tidak Rp 580 ribu per bulan. Jika memilih reksadana saham dengan return 20% maka dibutuhkan uang paling tidak Rp 515 ribu per bulan.

Kesannya tidak banyak bedanya yah antara satu investasi dengan investasi lain? Itu karena rentang waktunya hanya 2 tahun. Bagaimana jika rentang waktunya kita naikkan hingga 20 tahun? Katakanlah dalam 20 tahun lagi kita mau memiliki uang yang akan digunakan untuk keliling dunia yang nilainya pada 20 tahun lagi adalah Rp 10 milyar

Jika diinvestasikan di tabungan dengan return 2%, maka kita perlu menyisihkan hampir Rp 34 juta per bulannya. Jika di deposito dengan return 5%, maka kita perlu menyisihkan Rp 24 juta per bulannya. Jika di reksadana pasar uang dengan return 7%, maka kita perlu menyisihkan Rp 19 juta per bulannya. Jika di reksadana saham dengan return 20%, maka kita perlu menyisihkan Rp 3 juta per bulannya.

Di sini terlihat jelas perbedaannya. Jika memilih investasi berupa reksadana saham, maka uang yang harus disisihkan menjadi hanya sepersepuluh daripada uang yang disisihkan jika memilih tabungan. Dari sini terlihat adanya perbedaan yang signifikan untuk tiap jenis investasi yang kita pilih. Oleh karena itu investasi harus disesuaikan dengan tujuan dan jangka waktunya.

Sekali lagi tujuan adalah menentukan besarnya uang di kemudian hari dan jangka waktunya. Dari situ dapat kita tentukan strategi untuk mencapai hal tersebut. Jika dirasa bahwa jenis investasi yang ada tidak ada yang dapat diharapkan untuk mencapai investasi yang kita inginkan, maka pilihannya adalah, kita harus meningkatkan resiko investasi kita atau meningkatkan uang yang disisihkan, sehingga diharapkan tujuan lebih cepat tercapai. Cara meningkatkan uang yang disisihkan agak lebih sulit dilakukan karena tentunya saat ini pendapatan kita terbatas. Oleh karena itu yang paling mungkin adalah kita harus meningkatkan resiko investasi kita. Salah satu cara meningkatkan resiko investasi adalah dengan terlibat langsung ke jenis-jenis investasi di atas, misalnya emas, saham atau properti. Daripada hanya masuk ke reksadana saham, lebih baik jika kita masuk ke saham langsung dan membeli saham-saham yang menjadi pilihan kita. Beberapa saham memberikan return yang sangat menarik dalam kurun waktu 10 tahun terakhir dan jauh lebih tinggi daripada return reksadana saham. Beberapa lokasi properti memiliki kenaikan harga properti yang sangat signifikan dalam 10 tahun terakhir.

Namun untuk mendapatkan return yang signifikan tersebut kita harus mampu memilih saham dan properti yang memiliki potensi kuat akan naik besar dalam jangka panjang. Untuk mengetahui hal tersebut dibutuhkan usaha yang lebih daripada sekedar menempatkan uang di reksadana.

Dengan usaha yang lebih besar diharapkan kita mendapatkan return yang besar. Resiko pun naik, sehingga bisa saja kita kehilangan lebih banyak daripada hanya mengandalkan reksadana. Untuk meminimalisasi resiko alangkah baiknya jika kita membagi-bagi investasi kita sesuai kebutuhan.

Sebagai perbandingan, untuk contoh di atas kita mau mendapatkan uang Rp 10 milyar dalam waktu 20 tahun, maka bila kita berinvestasi di suatu saham atau properti yang memberikan return rata-rata 40% per tahun, maka sesungguhnya kita hanya perlu menyisihkan uang kurang dari Rp 150 ribu per bulannya. Sungguh perbedaan yang sangat signifikan bahkan jika dibandingkan dengan return rata-rata 20% per tahun yang sampai Rp 3 juta per bulannya.

Apa artinya ini?

Kita harus memiliki tujuan investasi yang harus mencakup besarnya uang nanti dan jangka waktu yang kita inginkan. Nah tujuan itu bisa berbeda-beda dan bukan hanya satu saja. Misalnya tujuan 5 tahun lagi ingin punya mobil yang butuh uang sekitar Rp 300 juta. Untuk itu dibutuhkan uang Rp 3,3 juta per bulan dengan memasukkannya ke reksadana pendapatan tetap. 10 tahun lagi kita ingin punya rumah yang nilainya Rp 1 milyar maka perlu uang Rp 2,5 juta per bulannya dengan memasukkannya ke reksadana saham. 20 tahun lagi ingin punya uang 10 milyar untuk keliling dunia maka dibutuhkan uang Rp 150 ribu dan dimasukkan ke saham langsung. Dengan demikian setiap bulan kita harus menyisihkan uang sekitar Rp 6 juta rupiah, dengan lebih dari 55% dimasukkan ke reksadana pendapatan tetap dan berharap akan return hingga 15% per tahun. Lalu lebih dari 42% dimasukkan ke reksadana saham dengan berharap return hingga 20% per tahun. Sisanya yang hanya 3% dimasukkan langsung ke investasi saham dan berharap mendapatkan return 40% per tahun. Dengan uang 6 juta rupiah per bulan maka kita berharap dapat mencapai tujuan investasi kita untuk ketiga contoh di atas.

Bagaimana kalau mau menyisihkan lebih sedikit lagi? Kita butuh lebih banyak porsi untuk masuk ke investasi yang memiliki resiko lebih besar. Dalam hal contoh di atas adalah saham langsung. Artinya semakin sedikit uang yang dapat kita sisihkan tiap bulan, maka kita pun harus memiliki keberanian untuk menerima resiko yang lebih besar demi mencapai tujuan kita.

Mungkin saja 20 tahun mendatang kita tidak mendapatkan Rp 10 milyar untuk investasi yang kita sisihkan tiap bulannya. Namun tentu kita akan mendapatkan nilai yang jauh lebih besar daripada kita tidak melakukan investasi sama sekali. Misalnya jika secara rata-rata kita hanya mampu menghasilkan return sebesar 30%, maka dengan modal Rp 150 ribu per bulan kita hanya akan menghasilkan Rp 2 milyar lebih selama 20 tahun. Jika kita tambahkan modalnya per bulan jadi Rp 500 ribu per bulan, maka dengan return 30% kita dapat menghasilkan hampir Rp 7,5 milyar. Jumlah yang lumayan walaupun tidak mencapai tujuannya.

Intinya kita harus berinvestasi. Investasinya kemana, harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin kita capai. Berapa besar tujuan investasi dan jangka waktu investasi sangat menentukan strategi investasi yang kita pilih.

Yuk kita mulai berinvestasi! {nice1}

Gambar diambil dari : http://www.jurusberkebunemas.com/images/investasiemas.jpg

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *