Allahu Akbar Allahu Akbar
Allahu Akbar Allahu Akbar
Terdengar sayup-sayup suara Azan di mesjid dekat rumah saya. Aku pun segera bangun dari tidur dan bersiap-siap untuk ke mesjid menunaikan Shalat Subuh. Hampir saja aku kesiangan karena tadi malam berbincang-bincang dengan emak dan abah hingga larut malam. Memang belum terlalu malam, namun bagi atlet sepertiku, tidur pukul 11 malam sudah termasuk sangat larut.
Aku pun segera masuk ke kamar mandi, menghidupkan lampu kamar mandi dan segera memutar keran untuk mengeluarkan air yang aku pergunakan untuk wudhu. Airnya masih sangat dingin, aku sampai menggigil saat terkena sentuhannya. Namun untungnya, air yang dingin tersebut membuat rasa kantukku menghilang. Aku pun tidak lagi merasa kantuk sehabis mengambil Wudhu.
Keluar dari kamar mandi aku balik lagi ke kamar untuk mengganti baju. Aku memakai baju koko pemberian emak dan menggunakan sarung pemberian abah. Baju kokonya enak sekali dipakainya. Sarungnya pun nyaman sekali saat digunakan. Tidak lupa aku pun memakaikan kopiah di kepalaku yang rambutnya masih jarang-jarang tumbuh. Maklum, beberapa bulan lalu aku dan teman-teman baru saja pulang dari menunaikan ibadah umrah di Mekkah.
Sampai mesjid ternyata Shalat Subuh sudah dimulai. Aku masuk ke shaf baris kelima. Untungnya Imam Shalat Subuh bacaan suratnya cukup panjang, sehingga aku pun tidak kehilangan rakaat. Selesai Shalat berjamaah acara selanjutnya adalah Kuliah Tujuh MenitĀ (Kultum) dari Ustadz Rohim, ustadz kebanggaan di kampung kami.
Ketika Kultum berakhir, kami pun saling bersalam-salaman. Beberapa teman sebayaku dan anak kecil yang ikutan Shalat Subuh langsung mengerumuniku. Anak-anak kecil itu malah memintaku untuk menandatangani buku catatan mereka. Aku bingung darimana mereka kepikiran untuk membawa pulpen dan buku catatan ke mesjid? Apakah mungkin mereka tahu aku memang sedang pulang kampung, atau mereka memang pada awalnya berniat untuk mencatat hal-hal penting dari Kultum yang diadakan pagi itu?
Entahlah, aku senang mendengar teriakan gembira anak-anak kecil tersebut begitu aku menandatangi buku catatannya. Mereka berkata
“Hore, Aku entuk tekenan ko Kapten Dimas”
Aku pun tersenyum mendengar teriakan gembira tersebut.
Sampai di rumah, aku pun segera berganti baju ke baju olahraga. Saya ingat sekali pesan Coach Indra sebelum memulangkan kami ke kampung halaman sebelum kami bertanding di Piala AFC Cup U-19 dua minggu lagi.
“Kalian harus tetap menjaga kondisi fisik ya. Ingat, hari besar yang kita tunggu-tunggu tinggal dua minggu lagi. Jangan tidur malam-malam dan selalu latihan agar kamu tetap bugar dan siap untuk bertanding. Kalian kami persilahkan pulang dulu selama tiga hari ke kampung halaman masing-masing. Jangan lupa minta restu dari orang tua dan teman-teman kalian dari kampung untuk menunaikan tugas mulia membela Indonesia.”
Menurut informasi yang kami dapatkan dari Coach Indra, sehabis pulang kampung selama tiga hari, 23 pemain dari total 26 pemain akan dipilih untuk mewakili Indonesia di turnamen tersebut. Artinya akan ada 3 pemain yang tidak akan dibawa ke Myanmar untuk mengikuti turnamen yang paling kita nanti-nantikan tersebut.
Setelah berganti baju, aku pun mulai latihan ringan dengan jogging keliling kampung. Sepanjang jogging aku menemui begitu banyak teman-temanku dari kampung dan mereka memintaku untuk mampir sejenak ke rumah mereka. Ibu-ibu dan bapak-bapak yang aku temui pun memintaku untuk mampir sejenak. Aku menolak halus ajakan mereka karena aku harus menyelesaikan latihan joggingku sejauh 10 km pagi ini. Untuk membuatku tetap fit di tiga hari ini, minimal aku harus menyelesaikan jogging 10 km tiap hari. Dan aku sedang melakukannya sekarang.
Hari ini adalah hari terakhirku di kampung. Nanti sore aku harus segera balik ke Jakarta untuk kembali ke tempat latihan yang ditentukan oleh Coach Indra. Biasanya kamiĀ berkumpul di sebuah hotel di bilangan Senayan. Tugasku adalah hanya berkumpul di stasiun Gambir karena dari situ nanti akan ada perwakilan dari panitia yang akan menjemputku dari Gambir.
Setelah makan siang dengan emak dan bapak, aku pun segera melakukan packing barang-barangku. Jika aku terpilih masuk tim untuk berangkat ke Myanmar, maka aku akan lebih lama perginya. Namun jika aku nantinya tidak terpilih untuk berangkat ke Myanmar, aku akan kembali pulang dalam dua sampai tiga hari sampai seluruh anggota tim terpilih berangkat ke sana.
Pasporku pun sudah aku siapkan dengan baik. Jangan sampai sudah mau berangkat tapi paspor ketinggalan. Bisa berabe nanti.
Menjelang sore, aku pun pamit kepada emak dan bapak.
“Emak, Bapak, Dimas mau ke Jakarta lagi. Doakan Dimas terpilih oleh Coach Indra ya Mak. Jadi Dimas bisa membela Indonesia ke Myanmar!”
“Emak dan Bapak selalu mendoakanmu nak! Berusahalah sekuat tenaga. Tidak perlu khawatir tentang hasil akhir selama kamu telah mengeluarkan seluruh kemampuanmu. Bapak yakin kamu akan sukses di Myanmar nanti!” kata Bapak dalam upayanya menyemangatiku untuk terus berusaha secara keras. {nice1}
(bersambung)
Gambar diambil dari http://www.iberita.com/45111/indonesia-u19-vs-valencia-b-tur-spanyol-live-sctv