Delapan Pengalaman dengan HP Stream 8

HP Stream 8

Satu bulan lalu saya memutuskan untuk membeli sebuah tablet Windows 8.1 yang bernama HP Stream 8. Saya memutuskan untuk membelinya karena saat itu sedang ada promosi dicampur dengan cicilan nol persen 12 bulan dengan kartu kredit yang saya miliki. Saya sangat tertarik dengan promosi tersebut dan langsung membelinya. Empat hari kemudian HP Stream tersebut sudah sampai di rumah saya dengan selamat.

Sebelum membeli HP Stream 8, saya sudah melihat-lihat notebook atau tablet yang memiliki spesifikasi yang mirip. Saya saat itu membutuhkan sebuah notebook atau tablet yang cukup ringan untuk dibawa-bawa, punya fitur layar sentuh dan juga punya
keyboard terpisah dari layar yang dapat digunakan untuk keperluan saya mengetik.

Kebutuhan tersebut sudah mulai saya identifikasi begitu ada sebuah notebook hybrid yang keluar dengan harga di bawah Rp 5 juta beberapa tahun lalu. Dengan harga segitu sebenarnya sudah cukup membuat saya ngiler. Apalagi review yang saya baca di beberapa web dan nonton video youtube menyatakan bahwa notebook hybrid tersebut direkomendasikan untuk dibeli dengan segala macam fitur yang diberikannya. Dengan harga di bawah Rp 5 juta dan sudah mendapatkan Windows 8 serta Office 2013 tentu merupakan penawaran yang menarik.

Namun ada satu hal yang mengganggu saya. Tidak ada promosi cicilan nol persen pada notebook hybrid yang saya sudah sukai itu. Mengeluarkan langsung uang hampir Rp 5 juta untuk sebuah komputer kedua di rumah (saya sudah punya desktop dengan
Windows 8.1 dan Office 2013) terasa cukup berat. Apalagi saya belum melihat urgensi bahwa saya harus melakukannnya.

Saya pun menunggu sampai ada produk sejenis dengan harga yang lebih terjangkau. Menunggu sekitar dua tahunan produk yang ada di pasaran pun mirip-mirip. Mirip dari segi spesifikasi, mirip dari segi harga dan satu lagi mirip tidak adanya program cicilan nol persen. Itulah yang memberatkan saya. Dari segi performa, produk-produk sejenis itu mirip-mirip dengan produk pertama yang saya sukai. Saya mendapatkan kesimpulan itu dari review-review yang tersebar di internet.

Saya pun mengambil kesimpulan bahwa notebook hybrid saya harus memiliki spesifikasi sebagai berikut
– Processor Intel Atom generasi keempat
– Ketahanan batere minimal 6 jam
– Windows 8 atau Windows 8.1
– Sudah termasuk aplikasi office (Office 2013 atau Office 365)
– Performa lancar untuk aplikasi-aplikasi ringan (internet atau dokumen)
– Ringan saat dibawa

Lalu di awal tahun 2015 sebuah vendor komputer yang cukup dikenal mengeluarkan produk notebook hybrid yang dibandrol di bawah Rp 4 juta. Terus terang saya sangat tertarik. Namun ada dua hal yang menahan saya untuk membelinya. Pertama adalah
tidak adanya review resmi dari pihak yang biasa memberikan review di internet. Adanya review hanya yang berasal dari vendor tersebut. Kedua adalah tidak adanya program cicilan nol persen, ini lagi yang menghambat saya membelinya.

Tiba-tiba HP mengeluarkan sebuah produk, bukan notebook hybrid, tapi tablet dengan Windows 8.1. Tablet ini dibuat dengan biaya murah, sehingga harganya pun bisa lebih murah. Menurut review dari luar negeri, terutama dari Amerika Serikat saat pertama tablet ini dikeluarkan, harga tablet ini di pasaran Amerika Serikat di bawah $200. Tentu merupakan penawaran yang sangat memikat.

Tablet ini memiliki semua yang saya inginkan dari sebuah spesifikasi notebook hybrid. Namun ada juga yang tidak terlalu sesuai dengan harapan, yaitu
– Layarnya hanya 8 inch, kelihatan lebih kecil, tapi pastinya lebih ringan
– RAM-nya cuma 1 GB dan tidak ada pilihan untuk meningkatkan RAM-nya
– Dapat Office 365 yang bertahan hanya setahun, abis itu beli lagi buat setahun
– Tempat penyimpanan datanya atau harddisk cuma 32 GB, walaupun ada tambahan MicroSD yang dapat menambah penyimpanan. Office 365 juga memberikan tambahan penyimpanan sebesar 1 TB. Ya 1000 GB.

Selain ada fitur-fitur yang tidak sesuai harapan, rupanya ada juga fitur yang memberikan bonus bagi saya, yaitu
– Ada koneksi 3G di dalamnya. Tinggal masukkan SIM Card dan bisa internetan 3G (walaupun sampai saat ini belum dicoba)
– Dapat keyboard bluetooth asli HP serta casenya. Dengan digabung ini beratnya lebih dari 1 kg.
– Punya tablet tapi bisa merasakan punya komputer beneran karena aplikasi komputer bisa diinstall di tablet ini tanpa harus install versi mobile-nya

Nah sekarang sudah satu bulan punya HP Stream, apa saja sih pengalaman saya menggunakan tablet ini?

Pertama, tablet ini tiba-tiba menjadi komputer utama di rumah. Itu karena komputer utama saya beberapa hari setelah membeli tablet ini tiba-tiba rusak dan sampai saat saya menulis ini komputer tersebut belum sempat diperbaiki. Agak susah memfungsikannya sebagai komputer utama karena adanya keterbatasan seperti layar dan juga minim konektivitas eksternal (hanya ada satu micro usb port tersedia).

Kedua, untuk menambah penyimpanan saya langsung membeli microSD card 32 GB untuk dipasang di tablet tersebut. Aplikasi dari Windows Store sampai saat ini belum dapat diinstall ke microSD-nya, sehingga saya hanya menginstall aplikasi yang betul-betul saya butuhkan dan uninstall aplikasi yang tidak digunakan atau jarang digunakan.

Ketiga, dengan RAM hanya 1 GB sangat mempengaruhi performa bila membuka banyak aplikasi dalam saat bersamaan. Buka yang berat-berat, terutama video di atas 720p, sangat mempengaruhi performa tablet ini. Beberapa kali tablet collapse saat membuka banyak aplikasi atau menyalakan video di atas 720p.

Keempat, ketahanan baterai cukup baik. Sepertinya mencapai 7 jam-an. O ya saat posisi sleep pun cukup menguras baterai, karena pernah saat saya bawa ke kantor di pagi hari dengan kondisi seperempat dari rumah dengan posisi sleep, saya mendapatkan baterainya sudah habis saat saya menyalakannya di sore hari. Enaknya chargernya bisa menggunakan charger smartphone biasa sehingga lebih mudah mencari charger saat berada di kantor. Tinggal pinjam aja ke teman kantor yang tidak menggunakan Iphone dan sejenisnya.

Kelima, software Office 365 yang sudah termasuk di dalamnya betul-betul membuat ketagihan. Kita mendapatkan aplikasi perkantoran yang kita gunakan sehari-hari di kantor, ditambah dengan tambahan penyimpanan data sebesar 1 TB yang dapat disinkronkan dengan penyimpanan di komputer kita, dan juga penggunaan Skype ke seluruh dunia selama 60 menit per bulan di dalamnya. Betul-betul membuat ketagihan. Mungkin kita bisa dapat software bajakan untuk office, tapi penyimpanan cloud dan skype pastinya tidak akan kita dapatkan bila membeli produk bajakan. Jeleknya, kita harus bayar tahun depan untuk tetap menggunakan Office 365 ini yang hanya berlaku satu tahun dan dapat diperpanjang satu tahun ke depan.

Keenam, dengan bentuknya yang tablet dan isinya adalah komputer penuh, maka HP Stream 8 adalah produk yang cocok untuk dibawa kemana saja. Saat mau tidur, dia bisa menemani kita membaca buku atau menonton film atau mendengarkan musik. Saat
sedang buang air besar dia juga cocok diajak bersama karena kita bisa tetap berinternetan sambil buang air besar. Saat menunggu giliran, dia pun dapat digunakan sebagai pengisi waktu untuk bekerja, main games atau hanya sekedar berinternetan
dengan internet yang didapat dari smartphone yang saya miliki. Dan dia pun menjadi produk yang tepat jika kita sedang menghadiri sebuah pelatihan, karena dapat langsung mencatat hal-hal penting yang dianggap perlu karena sudah dilengkapi dengan bluetooth keyboard dan adanya aplikasi office 365.

Ketujuh, walaupun secara terpisah bentuk tabletnya terlihat memang bukan kualitas atas, tapi ketika dibundling dengan keyboard dan casingnya, maka bentuk produk secara keseluruhan terlihat lebih mewah, bahkan teman saya di kantor menganggap
saya membeli tablet ini dengan harga yang cukup mahal karena dia bandingkan dengan produk keluaran Apple yang harganya belasan juta tersebut. Tablet ini dijual dengan harga kurang dari Rp 3 juta ketika saya membelinya.

Kedelapan, untuk memanfaatkan satu-satunya konektivitas eksternal, pake kabel USB OTG perlu untuk dibeli. Dengan kabel USB OTG membuat tablet ini memiliki colokan USB yang dapat digunakan untuk menancapkan alat apa saja. Saya sudah mencobanya
dengan mouse, printer dan juga eksternal hardisk. Semuanya lancar, bagaikan menancapkan di komputer utama. Namun saya belum mencoba untuk menghubungkannya dengan USB hub guna untuk menambah koneksi ke beberapa alat sekaligus.

Secara keseluruhan tablet ini masuk ke dalam rekomendasi saya, jika memang untuk komputer kedua di rumah. Jangan sekali-sekali membeli tablet ini untuk keperluan komputer utama, karena pasti akan mengalami sedikit kesulitan karena adanya keterbatasan-keterbatasan yang salah satunya adalah layarnya yang sangat kecil daripada komputer utama pada umumnya. Selama kita menggunakannya untuk sebatas browsing dan office yang ringan, maka tablet ini masih sanggup untuk memenuhi kebutuhan kita tersebut.

Semoga walaupun ini adalah tablet berbiaya murah, semoga ketahanan tablet ini cukup bagus sehingga saya bisa menggunakannya untuk waktu yang cukup lama seperti produk-produk HP lain yang saya miliki dan juga produk Apple yang saya miliki di rumah
yang umurnya udah lebih dari lima tahun di rumah saya.

Mudah-mudahan bisa ya… {nice1}

Gambar diambil dari : http://ecx.images-amazon.com/images/I/81NyWM%2BmFWL._SY355_.jpg

5 thoughts on “Delapan Pengalaman dengan HP Stream 8

  1. Terimakasih utk review nya yg komprehensif!
    Sangat membantu, krn sy saat ini butuh “super mini laptop”… Bawa laptop vaio 2kg lumayan bikin pegel bahu.
    Lagi lihat2 di toko online..ada yg nawarin hp stream 8 second dgn harga 1.5jt….. mgkn cukup worthed.
    Konon browsing pake chrome tdk dianjurkan ya, malah disuruh pake IE saja. Soalnya chrome makan banyak memory.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *