Bilima Lahir ke Bumi

2 Agustus 2015

Sejak pagi hari saya sudah bertanya-tanya kepada istri tentang kontraksi yang seharusnya dia rasakan. Maklum, umur kehamilan sudah empat puluh minggu. Namun tidak ada satu pun ekspresi dari istri saya yang menyatakan bahwa dia merasakan kontraksi tanda si jabang bayi ingin keluar.

Dari sejak dua minggu sebelumnya, sudah dikemukakan oleh dokter bahwa posisi kepala jabang bayi memang sudah di bawah. Namun sayangnya belum masuk panggul. Jadi posisi jabang bayi seperti tergantung di rahim dan belum siap untuk keluar. Dokter bilang kalau sampai tanggal 2 Agustus 2015 tidak juga lahir si jabang bayi, maka sebaiknya dilakukan operasi Caesar di tanggal 3 Agustus 2015.

Malam hari sehabis Maghrib pun saya belum mendapatkan kabar tentang adanya kontraksi. Persiapan untuk ke rumah sakit pun dilakukan. Rencana kelahiran Caesar sudah ditentukan oleh dokter pada pukul tujuh atau delapan pagi. Dokter menyatakan bahwa kami sudah harus berada di rumah sakit di malam harinya. Boleh jam berapa saja, asal pas pagi hari langsung operasi.

Menjelang tengah malam saya dan istri baru berangkat ke rumah sakit Puri Indah. Itu juga karena harus menunggu kakak si jabang bayi tidur terlebih dahulu. Sampai di rumah sakit sudah lewat tengah malam. Setelah selesai urus administrasi rawat inap, kami langsung diantar ke kamar perawatan rumah sakit.

3 Agustus 2015

Berbagai persiapan dilakukan suster di kamar perawatan untuk menghadapi operasi esok paginya. Saya hanya memperhatikan dan juga siap-siap istirahat karena sudah larut malam dan esok harus bangun pagi-pagi untuk menunggu istri di ruang operasi.

Pagi hari, pukul tujuh kurang, istri pun dipindah ke ruang operasi. Saya mengikuti dengan menggunakan jalur berbeda (ada jalur khusus buat pasien dengan tempat tidur di rumah sakit itu). Ketika sampai di lantai ruang operasi, saya dipersilahkan masuk oleh satpam penunggu luar ruangan operasi ke dalam ruang operasi untuk menemani istri saya sambil menunggu dokter dan petugas ruang operasi mempersiapkan operasi Caesar istri saya. Pagi itu saya hanya melihat istri saya yang dioperasi di ruangan tersebut.

Pukul tujuh lebih lima belas menit, istri saya mulai dimasukkan ke ruang operasi dan saya pun menunggu di ruang tunggu ruang operasi ditemani smartphone saya dan juga televisi LCD di ruangan itu.

Pukul delapan kurang sedikit, pintu ruangan operasi dibuka, dan nama istri saya dipanggil. Aku pun segera bangkit dan memenuhi panggilan tersebut. Di dalam ruangan sudah ada seorang dokter, yaitu dokter anak dan seorang suster. Saya melihat bayi saya yang terlihat begitu merah sudah berada di dalam sebuah kotak semacam inkubator dan sudah dibedong dengan kain. Yang terlihat hanyalah muka sang bayi.

“Kok saya tidak dengar ada tangisan ya?” tanya saya kepada dokter dan suster yang berada di ruangan itu.

“Oh nangisnya keras Pak. Mungkin tidak terdengar saja kali dari luar. Bayinya tadi lahir pukul 7.46. Beratnya 3.190 gram dan tingginya 46,5 cm. Bapak mau gendong bayinya sekarang?” kata sang dokter anak.

“Iya boleh, saya gendong dulu.” jawab saya.

Kemudian suster pun membukakan kotak incubator dan menyerahkan bayi tersebut kepada saya.

Saya lihat warnanya sangat merah. Rambutnya cukup tebal. Bibirnya sangat lebar.

Langsung saja saya melantunkan azan dan iqamat kepadanya. Terus terang untuk azan dan iqamat saya belum yakin dengan tuntunannya, tapi yah menurut saya lebih baik saya lakukan daripada tidak sama sekali.

Saat saya melantunkan azan dan iqamat, bayi hanya diam seakan-akan dia menikmati alunan tersebut. Selesai azan dan iqamat, saya menyerahkan kembali bayi tersebut ke suster untuk observasi lebih lanjut. Menurut suster, bayinya harus berada di ruangan yang suhunya mendekati suhu di dalam rahim atau sekitar 36 derajat celcius, supaya dia dapat beradaptasi dengan kondisi luar ruangan nantinya. Observasi yang dilakukan di rumah sakit akan memakan waktu enam hingga delapan jam. Bayi akan diletakkan di ruangan bayi yang berada satu lantai dengan ruang perawatan istri saya.

Saya pun meninggalkan ruangan operasi dan kembali ke ruang tunggu. Tidak lama kemudian datang ibu, kakak dan tante saya ke ruang tunggu dan mereka ingin juga melihat bayinya. Sekitar pukul Sembilan pagi, bayi dengan masih di dalam ruang inkubator keluar dari kamar operasi untuk dipindahkan ke ruangan bayi. Di situlah pertama kali ibu, kakak dan tante saya melihat bayi keduaku.

Selamat datang ke dunia anak keduaku, BILIMA BRIANNA ARIF.{nice1}

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *