KemarinĀ saya menonton film di bioskop Plasa Senayan. Kebetulan sedang promo. Saya selalu senang dengan promo karena bisa nonton dengan harga lebih murah. Bioskop di Plasa Senayan sangat besar menurut saya. Teaternya saja kalau tidak salah ada delapan buah. Dan untuk berjalan menuju teaternya lumayan jauh juga rasanya. Beda dengan bioskop-bioskop lain walaupun menggunakan brand yang sama. Pantes saja harganya paling mahal dibandingkan bioskop lainnya.
Dari depan lokasi bioskop kita langsung mendapati poster-poster film yang sedang tayang saat itu. Poster-poster tersebut terletak persis di sebelah kanan kiri pintu masuknya. Sehingga jelas bagi yang ingin nonton mau nonton film yang mana.
Begitu masuk pintunya kita langsung berhadapan dengan loket karcis. Kebetulan saat saya datang tidak ada antrian yang panjang sehingga tidak saya temukan adanya tali antrian dekat loket. Saya pun langsung menuju loket. Antrian hanya satu orang di depan saya.
Begitu saya dilayani, saya pun langsung menyebut judul film yang saya mau tonton dan petugas tiket langsung menunjukkan tempat yang masih tersedia untuk dipilih. Untungnya saat itu tempat yang sudah terpilih baru beberapa tempat. Mudah bagi saya mencari tempat yang paling enak untuk nonton.
Sebagai referensi tempat paling depan dekat dengan layar bioskop untuk bioskop dengan brand yang sama seperti Plasa Senayan adalah tempat paling tidak enak untuk menonton. Karena kita akan terlalu mendongak ke atas saat menonton. Jadi kenyamanan menonton akan sangat jauh berkurang. Saya memilih tempat yang saya tidak perlu mendongak atau menunduk. Jadi pandangan pas ke depan.
Saat itu waktu menunjukkan pukul 12.50. Film saya sendiri mulai 13.30. Jadi ada waktu 40 menit bagi saya untuk menunggu atau membeli makanan dan minuman yang akan menemani saya nonton nanti.
Saya memilih menunggu di salah satu sudut ruangan tunggu yang sangat besar tersebut. Ada tempat bermain video game yang cukup besar disertai cafe yang cukup lengkap menu makanan dan minumannya. Saya menunggu saja tanpa bermain ataupun membeli makanan dan minuman.
Pukul 13.15 muncul pengumuman bahwa teater yang dimana film yang akan saya nonton berada, pintunya sudah dibuka. Saya pun dipersilahkan untuk masuk. Karena saya berada di tempat tersebut murni untuk menunggu film saya mulai, maka saya pun mulai berjalan menuju teater tempat film saya akan diputar. Mungkin butuh dua hingga tiga menit jalan kaki dari tempat saya menunggu hingga duduk di tempat yang saya pilih di teater tempat film saya diputar.
Sepanjang saya berjalan dari tempat tunggu menuju teater saya jumpai banyak sekali poster film-film seperti yang saya temui di dekat pintu masukĀ Namun kali ini lebih banyak dan lengkap. Bukan hanya film yang tayang saat ini, tapi juga film yang akan tayang segera. Poster-poster tersebut berjejer rapi di kanan kiri koridor menuju teater yang jumlahnya delapan buah itu. Tidak ada logo ataupun pengumuman lain yang berbentuk iklan kecuali yang saya pernah lihat di dekat loket karena ada promo harga tiket kerjasama dengan bank atau kartu kredit. Pengumuman semacam itu biasanya hanya berbentuk standing banner atau kebanyakan hanya berupa pamflet berdiri yang mirip dengan kalendar meja. Hari itu saya tidak melihat adanya iklan atau pengumaman apa pun di sekitar loket.
Saat saya datang belum ada apa pun di layar. Saya lihat pun baru dua orang yang ada di teater. Tidak lama setelah saya masuk teater di layar bioskop mulai ada gambar. Seperti biasa kami disuguhi film-film yang akan tayang di bioskop tersebut sebanyak beberapa buah. Kumpulan trailer film ini disuguhkan kira-kira sepuluh menit sebelum film saya diputar. Namun ketika sudah menampilkan beberapa trailer, saya hitung sekitar dua atau tiga trailer film, pemutaran trailer sudah berubah menjadi pemutaran iklan.
Awalnya iklan yang diputar tidak terlihat sebagai iklan, melainkan sebagai bagian dari trailer film. Setelah beberapa saat kita baru sadar bahwa itu adalah iklan. Namun berikutnya iklan semakin menjadi-jadi, karena persis seperti yang biasa dilihat di televisi maupun website-website yang ada iklannya.
Seluruh iklan ini durasinya kalau ditotal hampir sama atau bahkan lebih lama daripada kumpulan trailer film yang diputar duluan. Untuk film saya yang seharusnya mulai 13.30 saat itu menurut jam yang ada di hape saya baru mulai mendekati pukul 13.34. Ada empat menit terbuang karena iklan di layar bioskop.
Setelah film mulai hingga akhir, saya tidak lagi menemukan iklan, baik di layar bioskop hingga saat keluar teater dan berjalan kembali melewati koridor bioskop. Iklan hanya ada sebelum pemutaran film dan itu cukup masif durasinya.
Yang menjadi pertanyaan, apakah iklan di layar bioskop itu etis?
Kenapa saya bertanya seperti itu?
Untuk masuk ke ruang teater bioskop kita harus membayar karcis. Bayarannya pun tidak murah-murah amat. Walaupun saya membayar lebih murah itu kan semata-mata karena ada promo. Dan biasanya ada iklan berupa standing banner atau pamflet di dekat loketnya. Jadi iklan berupa standing banner dan pamflet di sekitar loket saya rasa sah-sah saja.
Tapi iklan di layar bioskop? Bandingkan dengan acara televisi berbayar seperti HBO atau FOX Movie. Tidak pernah ditemukan adanya iklan produk atau jasa apa pun di televisi tersebut. Kalau pun ada semacam iklan, itu hanyalah jadwal tayang film unggulan disertai trailernya. Jadi bukan iklan berbayar yang terpaksa ditonton oleh pemirsa yang sudah membayar langganan televisinya.
Misalnya lagi layanan berbayar di website. Netflix, Iflix, atau pun Hooq, tidak ada satupun pernah menayangkan iklan. Kalaupun youtube ada, karena gratisan. Tapi kalau layanan berbayar selama ini tidak ada satu pun yang pernah menayangkan iklan.
Nah, kalau layanan berbayar lain tidak menampilkan iklan, kenapa bioskop besar yang berada di Plasa Senayan, yang tiketnya paling mahal dibandingkan bioskop sejenis, malah menayangkan iklan? Jika iklan ditampilkan di tempat tunggu, di koridor menuju tempat teater, atau bahkan di toilet (hampir semua orang yang nonton di bioskop pasti mampir ke toilet), tentu masih etis dilakukan, karena iklan-iklan tersebut sifatnya pasif. Tapi kalau di layar bioskop? Itu kan memaksa namanya!
Yang paling hebat adalah, iklan-iklan tersebut disaksikan oleh orang-orang yang datang ke teater beberapa menit sebelum filmnya tayang. Artinya iklan ditayangkan ke orang-orang yang disiplin akan waktu. Malah gara-gara iklan seringkali pemutaran film sedikit tertunda beberapa menit. Untuk kasus saya di atas pemutaran film tertunda sekitar empat menitan.
Lain halnya jika sejak di loket diberitahukan bahwa akan ada iklan ditayangkan sebelum film dimulai, untuk memastikan bahwa harga yang anda bayar tetap terjangkau. Mungkin akan ada orang yang menolak membeli tiket atau tetap membeli tiket walaupun merasa tidak nyaman. Tapi paling tidak secara etika pihak bioskop sudah memberitahukan bahwa akan ada iklan di layar bioskop yang akan disaksikan oleh penikmat bioskop sebelum pemutaran film.
Dengan tidak adanya pemberitahuan sebelumnya bahwa akan ada penayangan iklan di layar bioskop, ini seperti membohongi dua pihak. Pihak pertama adalah pelanggan, dimana pelanggan dipaksa untuk nonton iklan terselubung. Pihak kedua adalah pemasang iklan, dimana dia hanya diberikan waktu yang sempit tanpa dia tahu apakah sasarannya sempat menonton iklannya. Yang pasti sih pihak bioskop mendapatkan dua pendapatan, dari penonton dan pemasang iklan.
Kalau begitu ambil saja pemasukan dari pemasang iklan, dan gratiskan tiket! Pasang iklan sebanyak-banyaknya, kalau perlu promosikan bahwa film A yang diputar pada pukul sekian dapat disaksikan secara gratis namun mengandung iklan tiap lima atau sepuluh menit pemutaran. Hal itu pasti lebih disukai. Penonton suka. Pemasang iklan pun suka.
Saya tidak mengatakan bahwa penayangan iklan sebelum pemutaran film salah, tapi apakah itu etis, karena para penonton sudah membayar loh untuk menikmati layanannya.
Etis atau tidak, yang terpenting adalah apakah pengelola bioskop itu peduli?