Sebelum membaca artikel yang ini, sebaiknya membaca dulu artikel yang ini.
Kenapa disebut updated? Karena ada yang berubah signifikan saat ini. Yaitu tarifnya. Sedangkan biayanya masih relatif sama, misalnya harga mobilnya, rate STNK-nya, biaya perbaikan, bahkan biaya bensin.
Selain tarif berubah, sepertinya saat ini sudah tidak relevan untuk membahas tentang UberBlack. Karena sudah tidak ada yang pernah pakai UberBlack lagi.
Dengan tarif yang berubah, tentunya jadi lebih mahal, membuat Uber menjadi lebih menarik sepertinya bagi driver.
Seberapa menarik? Tarif saat ini per kilometer sudah berubah dari Rp 2.001 menjadi Rp 2.900. Untungnya biaya per menit tetap, yaitu Rp 300. Dengan demikian, mengikuti asumsi yang sama dengan artikel sebelumnya, maka tarif UberX per kilometer menjadi Rp 4.100.
Namun ada satu yang berubah dari sisi tarif. Yaitu ada bagi hasil untuk Uber sebesar 10% dari tarif yang ditentukan Uber. Dengan demikian bila tarifnya Rp 4.100 maka sebenarnya driver Uber hanya mendapatkan Rp 3.690 per kilometernya.
Dengan biaya per kilometer Rp 980, maka marginnya adalah Rp 2.710. Dengan margin tersebut maka biaya tetap per tahun yang besarnya Rp 21,9 juta akan breakeven pada kilometer 8.081. Dibagi 240 hari kerja, maka tiap hari untuk mencapai breakeven harus menempuh 34 kilometer yang dibayar.
Tiap kilometer yang dibayar setelah 34 kilometer adalah keuntungan yang didapatkan oleh driver Uber. Dan itu cukup mudah didapatkan bila hanya membutuhkan 34 kilometer dibayar.
Lalu untuk mendapatkan bersih Rp 5 juta per bulan butuh berapa kilometer per hari? Untuk mencapai Rp 5 juta bersih per bulan, maka harus mendapatkan Rp 250.000 di atas 34 kilometer dibayar per harinya. Itu artinya perlu tambahan 92 km dibayar untuk mendapatkan ekstra Rp 250.000. Total perjalanan harian yang dibayar untuk mendapatkan bersih Rp 5 juta per bulan, adalah 126 kilometer. Satu bulan artinya harus berjalan 2.520 km atau setahunnya butuh 30.240 kilometer.
Dengan 126 kilometer per hari, artinya membutuhkan rata-rata 8 jam waktu kerja.
Masih butuh kerja full time untuk mendapatkan pendapatan bersih Rp 5 juta per bulan.
Ini lebih baik daripada sebelumnya, tapi bukan berarti lebih mudah didapatnya.
Kenapa?
Karena dengan tarif rata-rata Rp 4.100 per kilometer, maka tarif Uber berhadapan langsung dengan tarif Blue Bird. Tarif Blue Bird juga berada di sekitaran Rp 4.000-an per kilometer.
Sebelumnya Uber lebih murah daripada Blue Bird. Sekarang sudah (hampir) sama.
Secara tarif, Uber sudah tidak bisa lagi unggul. Malah Uber bisa dianggap lebih mahal daripada Blue Bird saat jam sibuk. Uber sudah terbiasa untuk menerapkan tarif petir. Sedangkan Blue Bird tidak ada istilah tarif petir.
Uber bisa bayar pakai kartu kredit lewat aplikasi. Blue Bird pun sekarang sudah ada aplikasi dan bisa bayar lewat kartu kredit di aplikasi tersebut.
Sekarang ini bagi yang baru mau jadi driver Uber, pikir baik-baik.
- Tarif Uber dan Blue Bird sudah sama. Bahkan kadang kala Uber lebih mahal daripada Blue Bird.
- Untuk bersaing, perlu yang namanya kualitas layanan. Blue Bird jelas layanannya sudah terbukti selama puluhan tahun di Indonesia, terutama Jakarta. Uber? Karena drivernya tidak terlibat secara langsung dengan Uber, apakah ada standar layanan yang harus dipatuhi? Tidak tahu
- Dengan jadi driver Uber, seluruh urusan biaya mobil, driver yang tanggung jawab. Uber hanya sebagai penyedia aplikasi dan menarik bagi hasil dari penyediaan tersebut. Di Blue Bird, urusan mobil murni urusan Blue Bird. Driver Blue Bird tinggal pakai mobilnya dan membayar sendiri bensinnya. Jika ada kerusakan karena kelalaian driver, memang ada porsi driver untuk menanggungnya, tapi jika tidak ada kerusakan karena kelalaian, maka tidak ada tanggungan apa pun bagi driver
- Di Uber bonus-bonus untuk driver sudah semakin sedikit. Memang bonus masih ada, tapi untuk mencapai angka yang maksimum butuh perjuangan yang tidak sedikit. Masalah bonus juga ada di Blue Bird. Ada bonus harian, dimana bila tarif di argo melebihi target, maka prosentase pendapatan driver lebih besar daripada biasanya. Ada juga bonus bulanan bila mencapai pendapatan tertentu. Intinya sama-sama ada bonus
- Menjadi driver Uber tidak harus bekerja full time. Sebagai tambahan pun bisa. Tapi tentunya tidak maksimal memanfaatkan mobil untuk Uber. Driver Blue Bird sudah pasti full time. Bahkan beberapa driver sengaja memilih menginap di pool taksi dan hanya pada waktu jatah liburnya pulang ke rumah.
- Driver Uber tidak mendapatkan bantuan pendidikan maupun pengobatan dari Uber. Driver Blue Bird masih mendapatkan bantuan pendidikan bagi anaknya (walaupun tidak semuanya dapat) dan bantuan pengobatan jika sakit.
Bagi yang sudah jadi driver Uber, silakan dilanjutkan statusnya. Toh selama tidak melakukan kesalahan dalam memberikan layanan kepada pelanggan, status driver tetap didapatkan. Lumayan masih ada kesempatan untuk mendapatkan tambahan dari pelanggan yang menggunakan jasa driver Uber.
Seperti yang saya sebutkan di artikel sebelumnya, driver Uber lebih cocok untuk orang-orang yang punya pekerjaan lain. Jadi driver Uber hanya sebagai pekerjaan sampingan. Efeknya, biaya tahunan kendaraan tidak lagi menjadi beban bagi driver Uber yang dihitung sebagai biaya menjadi driver Uber. Karena biaya-biaya tersebut toh paling tidak juga harus dikeluarkan, apakah dia sebagai driver Uber atau tidak.
Jadi, masih mau daftar jadi driver Uber?
Sangat menarik