Perjalanan Umroh, Ngapain Aja Sih? Bagian 5

Hari Kelima hingga Ketujuh: Fokus Masjidil Haram dan Kota Mekkah

Ada yang berbeda dengan shalat subuh pertama di Masjidil Haram pada dua perjalanan umroh saya. Kenapa? Karena kebetulan subuh pertama saya jatuh pada hari Jumat. Subuh di hari Jumat di Masjidil Haram (dan mungkin di Masjid Nabawi, saya belum pernah hari Jumat di Masjid Nabawi), rakaat pertamanya pasti langsung sujud saat dari baca ayat, lalu kemudian berdiri lagi dan imam meneruskan membaca ayat.

Sujud itu disebut sujud tilawah, dimana imam sengaja membaca surat yang ada ayat sajadahnya dan begitu selesai membaca ayat sajadah tersebut imam langsung melakukan sujud tilawah. Setelah itu imam kembali berdiri dan meneruskan bacaan suratnya sampai selesai, dan kemudian ruku.

Di rakaat kedua tidak ada sujud tilawah lagi dan tidak pernah ada qunut baik di Masjidil Haram maupun di Masjid Nabawi untuk shalat subuh.

Kalau anda merasa bahwa Masjid Nabawi itu masjid yang sangat besar, maka Masjidil Haram jauh lebih besar lagi. Di samping itu Masjidil Haram bertingkat-tingkat. Ada tiga lantai dan satu basement. Ada juga pelataran wakaf yang berpusat di Ka’bah.

Selain itu jalan menuju Masjidil Haram tidak serata Masjid Nabawi. Banyak tanjakan dan turunan untuk menuju ke sana. Bahkan banyak jalan raya yang harus terpakai pejalan kaki saat menjelang waktu shalat dan saat setelah shalat. Di Masjid Nabawi pengaturan jalannya lebih baik. Alur antara pejalan kaki dan mobil dibuat bersilangan sehingga tidak mengganggu antara yang satu dengan yang lainnya.

Di dekat Masjidil Haram, jalanan satu arah dengan arah pejalan kaki. Sehingga ketika waktu shalat tidak ada mobil yang dapat melintas di jalanan tersebut karena tertutup pejalan kaki. Baik sebelum waktu shalat maupun sesudahnya.

Artinya ketika mau ikut shalat di Masjidil Haram menggunakan kendaraan, sebaiknya datang jauh sebelum waktunya dan pulang jauh setelah waktunya. Untuk amannya ambil waktu 30 menit sebelum dan sesudah sebagai patokan. Khusus untuk shalat Jumat, waktunya bisa 1 jam atau 1 ½ jam sebelum dan sesudahnya.

Bedanya lagi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi adalah dari jarak hotel. Jika dekat Masjid Nabawi jarak hotel bintang 3 banyak yang berada di radius 200 meter dari pintu luar masjid, di Masjidil Haram, hotel bintang 4 pun berada di radius 300-500 meter dari masjid. Memang tidak terpaut terlalu jauh, namun karena jalannya menanjak dan seringkali kalau telat datang jalurnya ditutup untuk pejalan kaki dan harus memutar, makanya ketika berada di Mekkah khusus untuk orang yang sudah sepuh, sebaiknya memilih hotel bintang 5 yang sangat dekat dengan masjid.

Hotel bintang 5 biasanya terletak berdekatan dengan masjid, ada yang langsung di seberang jalan masjid dan ada yang di dalam mal. Artinya lumayan terlindungi dari penutupan jalan dari pihak keamanan setempat walaupun baru keluar hotel menjelang azan dan sejelek-jeleknya shalat di pekarangan masjid. Masih dapat mendengar suara imam dan insya Allah masih dianggap shalat di Masjidil Haram yang pahalanya 10 ribu kali lipat pahala shalat di tempat lain.

Di hari pertama setelah melakukan ibadah umroh dari Madinah ke Mekkah, biasanya digunakan jamaah sebagai hari istirahat. Tidak ada acara khusus dari pihak travel pada hari tersebut. Jamaah hanya perlu menguatkan kaki dan badan yang sudah lelah karena melaksanakan ibadah umroh hingga dini hari.

Diharapkan jamaah harus segera kembali fit sedia kala menjelang esok harinya. Karena di hari tersebut akan difasilitasi untuk melaksanakan umroh kedua.

Iya, umroh bisa juga dilakukan dari Mekkah, yaitu dengan mengambil Miqot di Ji’ronah. Sebelum ke Ji’ronah biasanya didahului dengan jalan-jalan di kota Mekkah dan sekitarnya dengan tujuan sebagai berikut

  1. Yang bus berhenti: Jabal Tsur, Jabal Rahmah dan Masjid Ji’ronah
  2. Yang bus tidak berhenti: Jabal Nur, Arafah, Mina, Musdalifah, Masjid Jin dan Pemakaman Ma’la

Kalau umroh bisa dilakukan dari Mekkah, lalu buat apa kita capek-capek dan lelah-lelah menggunakan ihram dari Madinah?

Sebenarnya ini pertanyaan bagus. Tapi aturan ibadah umrohnya tidak bisa langsung dari Mekkah kalau mau umroh, kecuali anda adalah pemukim Mekkah.

Jadi kalau anda berada dari luar Mekkah, maka ada 4 tempat yang harus dilewati sebagai tempat Miqot. Dua dari arah utara, satu dari arah selatan, satu dari arah timur. Dari arah barat tidak ada, tinggal menyesuaikan, karena Mekkah lebih dekat ke arah pantai di sebelah barat yang dikenal dengan nama kota Jeddah. Sayangnya Jeddah bukan merupakan Miqot yang ditetapkan oleh Rasulullah.

Dua dari arah utara yang dimaksud adalah dari Madinah dan dari Syam (dekat Palestina). Dari arah timur adalah dari Riyadh (ibukota Saudi Arabia) dan dari arah selatan artinya dari Yaman. Nah kalau Ji’ronah hanya dapat digunakan oleh orang yang sudah bermukim di Mekkah, paling tidak satu hari bermukim di kota Mekkah.

Bagaimana bila kita tidak ikut umroh pas dari Madinah dan ikutnya pas umroh dari Ji’ronah?

Untuk menjawab itu ilmu saya belum sampai. Silakan ditanyakan kepada guru, pembimbing atau ulama yang anda percayai. Wallahu A’lam Bishawab.

Dari Masjid Ji’ronah bagi yang akan melakukan umroh kedua, sifatnya opsional dan biasanya digunakan untuk mengumrohkan orang lain atau dikenal dengan umroh badal. Biasanya kesempatan umroh kedua ini digunakan untuk mengumrohkan orang tua atau kerabat yang sudah meninggal. Syarat untuk membadalkan umroh adalah yang dibadalkan harus sudah meninggal atau masih hidup tapi sudah tidak mampu lagi secara fisik untuk melakukan umroh, misalnya sedang koma atau sedang sakit yang tidak ada harapan sembuh. Sedangkan bagi yang membadalkan sudah pernah melakukan ibadah umroh sebelumnya.

Prosesinya sama dengan umroh pertama dari Madinah, namun kali ini shalat sunnah ihram dan niatnya dari Masjid Ji’ronah. Perjalanan menuju Masjidil Haramnya lebih sebentar, hanya sekitar setengah jam.

Umroh yang ini biasanya dilakukan setelah shalat Zuhur. Tawaf harus selesai sebelum Ashar dan Sa’i dan Tahalul harus sudah dilakukan sebelum Maghrib. Kalau jalan-jalan di hari itu dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat, mungkin sebelum Ashar sudah dapat diselesaikan umrohnya.

Bedanya dengan umroh pertama, di umroh kedua saat Tawaf akan menghadapi cuaca yang sangat panas. Ini karena Tawaf dilakukan setelah shalat Zuhur di mana matahari masih panas. Waktu umroh pertama kan Tawafnya dilakukan di malam hari, jadi tidak terlalu panas.

Untuk Sa’i dan Tahalul tidak banyak berbeda dengan umroh pertama karena berada di dalam ruangan. Iya, walaupun Sa’i berjalan dari bukit Shofa ke bukit Marwah, tapi sepanjang perjalanan anda selalu berada di ruangan tertutup.

Ada pendingin ruangannya, walaupun gak dingin-dingin amat. Dan yang pasti terlindung dari teriknya sinar matahari, kecuali di beberapa tempat yang pintunya terbuka, ada cahaya matahari yang dapat masuk ke dalam.

Biasanya setelah melaksanakan umroh kedua, bagi laki-laki adalah hal yang sangat spesial. Kenapa spesial? Karena di saat inilah rambutnya bakal dicukur habis, sehabis-habisnya.

Ini karena tahalul sampai botak lebih afdol daripada hanya memotong beberapa helai rambut. Bagi yang sangat jarang foto-foto, saat-saat inilah momen terbaik untuk foto-foto sekaligus kenang-kenangan botak bersama.

Keesokan harinya adalah hari bebas namun bila menginap dekat dari Masjidil Haram, biasanya dari pihak tur akan mengadakan ziarah mengelilingi Masjidil Haram dan mengunjungi rumah tempat Rasulullah dilahirkan. Artinya rumah yang dikunjungi adalah rumah ibu Rasulullah, Aminah.

Rumah Aminah saat tulisan ini dibuat, dicat warna kuning di keseluruhan bangunannya. Terletak di antara jalan keluar bukit Marwah dengan gerbang Ismail. Sebenarnya banyak tempat bersejarah di antara kedua tempat tersebut. Ada rumah Khadijah yang sudah tidak berbekas karena sudah jadi pekarangan masjid, namun diberikan tanda berupa gundukan. Ada rumah Arqam, yang biasa dikenal dengan Darul Arqam, tempat Rasulullah membina sahabat-sahabat di awal-awal perkembangan Islam. Rumah Arqam juga tidak ada bekasnya hanya tinggal pertanda berupa tiang di antara kedua lokasi tersebut. Dan juga yang cukup bersejarah, tapi di jaman modern, letak dari crane yang terjatuh ke lokasi tawaf beberapa tahun yang lalu, yang menyebabkan ratusan jamaah umroh syahid dan luka-luka, juga ada di antara kedua tempat tersebut.

Setelah itu akan diajak oleh pembimbing umroh untuk mencoba menembus Hijir Ismail bila tidak terlalu ramai saat itu. Sayang sekali pada saat ziarah dan kunjungan ke Hijir Ismal ini saya tidak ikut. Mungkin lain kali kalau ada rejeki kembali untuk umroh, saya akan ikut ziarah ini.

Hari ketujuh ini juga merupakan hari terakhir dimana anda secara penuh berada di Mekkah, khususnya di Masjidil Haram. Ada beberapa pilihan yang dapat dilakukan di hari ini

  1. Belanja, menghabiskan uang real yang sudah dipersiapkan sekaligus membelikan oleh-oleh untuk keluarga, kerabat dan handai taulan.
  2. Kunjungan ke Jabal Tsur atau Jabal Nur. Biasanya orang lebih memilih Jabal Nur, karena dari sana bisa langsung terlihat Masjidil Haram, walaupun Ka’bahnya sudah tidak lagi terlihat. Dari sini bisa merasakan sendiri bagaimana Rasulullah pada jaman itu menyendiri di gua hira dan masih bisa melihat Ka’bah dari kejauhan. Enaknya ke tempat ini menjelang sore atau malam hari. Untuk ke sana harus menggunakan transportasi mandiri, bisa taksi atau menumpang kenalan yang ada di Mekkah. Jika tidak tahu, mungkin ada baiknya berkonsultasi terlebih dahulu kepada pembimbing umroh supaya lebih mudah diarahkan. Khusus kunjungan ini diperlukan fisik yang prima, karena perjalanan ke atas memerlukan waktu satu hingga dua jam perjalanan naik tangga. Bolak-balik bisa sampai empat jam perjalanan bahkan lebih. Yang fisiknya biasa saja atau kurang prima, lebih baik tidak mengunjungi tempat ini.
  3. Mengunjungi Habib Rizieq Shihab. Enaknya kalau di rombongan umroh ada yang berafiliasi dengan FPI, Ulama atau Habib, karena lebih mudah untuk berkoordinasi dan mengunjungi ulama besar Umat Islam Indonesia tersebut. Kabarnya untuk mencapai rumahnya bolak-balik, tarif taksinya sekitar 150 Riyal. Agak jauh rumahnya dari Masjidil Haram, tapi masih di daerah Mekkah.
  4. Lebih sering berada di Masjidil Haram dan berusaha berdoa di tempat-tempat mustajab. Mumpung, karena ini adalah malam terakhir di Mekkah. Belum tentu anda balik lagi ke tempat yang suci ini di kemudian hari.

bersambung ke bagian keenam…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *