Selain bidang olahraga bulutangkis, rasanya Indonesia tidak pernah menjadi juara dunia di bidang lain. Namun kali ini tampaknya berubah. Dari data yang ada dan dukungan seluruh pemangku kepentingan di Indonesia, mungkin hanya butuh satu sampai dua bulan lagi, Indonesia akan menjadi juara dunia.
Juara dunia bidang apa? Tentu dalam jumlah rakyat yang positif dan meninggal karena Covid-19. Terbanyak di seluruh dunia.
Kenapa bisa jadi juara dunia? Padahal hari ini saja, Selasa 24 Maret 2020, jumlah yang positif Covid-19 baru 686 orang dan yang meninggal baru 55 orang.
Coba kita lihat statistiknya! Perbandingan jumlah meninggal dan jumlah yang positif Covid-19 adalah 8,02%. Bahkan kalau dilihat dari hasil akhir penderita Covid-19, yang antara sembuh atau meninggal, jumlah yang meninggal mencapai 65% dari keseluruhan.
Silakan bandingkan dengan jumlah rata-rata dunia, dimana perbandingan yang meninggal dengan yang positif berkisar di 4,35% atau perbandingan hasil akhir penderita yang meninggal berkisar di angka 14%. Jumlah di Indonesia jauh lebih besar daripada rata-rata dunia.
Ah tapi kan itu karena di Indonesia jumlah yang positif sebenarnya lebih rendah daripada yang terlaporkan. Pemerintah Indonesia saja yang belum mengaplikasikan rapid tes kepada seluruh rakyat. Jika sudah diaplikasikan maka jumlah yang positif bisa bertambah sehingga perbandingan yang meninggal menjadi semakin kecil.
Perlu diingat, bahwa Indonesia baru melaporkan adanya positif Covid-19 sejak 2 Maret 2020. Artinya sampai 24 Maret 2020 sudah berlangsung selama 22 hari dan statistiknya sudah dalam tahap yang cukup menggembirakan untuk menjadi juara dunia.
Satu minggu lalu saya sempat membuat spekulasi di salah satu WA grup yang saya ikuti, bahwa dalam dua minggu ke depan, kemungkinan jumlah positif Covid-19 ada di angka 1200-an. Itu adalah hasil hitung-hitungan sederhana menggunakan excel spreadsheet berdasarkan data yang saya dapatkan hingga satu minggu yang lalu.
Melihat perkembangannya sekarang, sepertinya angka 1200 akan tercapai dalam beberapa hari ke depan. Bila perbandingan yang meninggal masih di kisaran 8%, artinya yang meninggal bisa mencapai 100 orang lebih!
Lalu apa yang perlu dilakukan agar Indonesia benar-benar jadi juara dunia?
Lanjutkan saja yang sudah dilakukan sekarang secara konsisten dan fokus akan tujuan!
Dari pejabatnya, teruskan bapak/ibu, segala tindakan yang sedang bapak/ibu dilakukan.
Masker tetap mahal. Alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan kurang. Pelayanan kesehatan yang masih simpang siur. Penyediaan rumah sakit darurat yang masih jauh dari cukup. Himbauan untuk tinggal di rumah tanpa diikuti oleh aksi nyata hingga ke kecamatan, kelurahan bahkan RT/RW.
Jangan sampai ada koordinasi antara pusat dan daerah. Kebijakan social distancing yang diperkuat. Kalau perlu lockdown suatu daerah yang tingkat penyebarannya tinggi.
Jangan pak, jangan bu, jangan sampai itu terjadi. Nanti Indonesia gak jadi juara dunia.
Dari rakyatnya. Ayo teruskan kumpul-kumpul! Teruskan beli masker kedokteran, hand sanitizer, bahkan alkohol swab, biar harganya melambung dan langka di pasaran sehingga para tenaga kesehatan kesulitan bekerja bahkan membahayakan jiwa mereka. Bilang saja kalau kami hanya takut kepada Tuhan, bukan pada virusnya.
Kajian tabligh akbar ayo dilanjutkan! Misa tiap minggu ayo ramaikan! Waktunya untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan di rumah ibadah masing-masing. Jalan-jalan bersama harus sering dilakukan. Bosen pak, bosen bu di rumah terus. Apalagi anak sekolah libur. Ini waktunya liburan!
Apalagi yang dari Jabodetabek. Enaknya kalau liburan panjang gini ya mudik. Mudik ke kampung halaman. Bertemu dengan keluarga dan teman di kampung. Kongkow-kongkow bersama mengikat tali persaudaraan.
Nikmati hidup jauh dari kebisingan kota. Toh Gubernur Jakarta juga udah ngelarang kerja dan sekolah, ya liburan aja, biar gak stres.
Coba bayangkan, bila seluruh penduduk Jakarta mudik bareng mirip kaya mudik lebaran atau akhir tahun, dijamin deh penyebaran Covid-19 merata ke seluruh Indonesia. Gak hanya di Jakarta.
Kalau di Jakarta aja yang menurut kebanyakan orang fasilitas kesehatannya paling memadai, saat ini sedang kesulitan dalam menangani jumlah yang positif dari hari ke hari, apalagi yang ada di daerah.
Apalagi yang ada di kampung! Jadi potensi besar nih bro!
Jangan hanya diam di rumah ya. Nanti stres loh. Anak pasti merengek minta liburan. Lagian ini cuma wabah flu kok, gak berat lah, mirip kaya flu biasa aja, gak usah berlebihan lah, santuy aja bro!
Itu semua harus dilakukan ya, kan demi membuat Indonesia jadi juara dunia. Membuat Indonesia dikenang dunia sampai 100 tahun mendatang.
Ingat kan bahwa wabah seperti ini adalah peristiwa yang terjadi tiap 100 tahun sekali. Terakhir kali ada wabah mendunia seperti ini, atau dikenal dengan nama pandemik adalah tahun 1918 di Spanyol yang dikenal dengan wabah flu Spanyol.
Waktu itu Indonesia masih dijajah Belanda, jadi tidak bisa tampil jadi juara dunia. Kali ini kesempatannya sangat terbuka dan akan harum namanya sampai 100 tahun ke depan.
Melihat prestasi-prestasi pejabat dan rakyat Indonesia dalam menghadapi wabah Covid-19 ini, akan membuat Indonesia layak menjadi juara dunia.
Benar sekali kata salah seorang pejabat Indonesia beberapa hari lalu, bahwa potensi paparan Covid-19 di Indonesia mencapai 600-700 ribu orang. Bila angka ini saja yang nantinya jadi kenyataan, maka harapan untuk menjadi juara dunia semakin cerah di depan mata. Tapi rasanya sih Indonesia bisa melewati angka-angka ini berkat dukungan semua pihak.
Seperti meme di medsos hari-hari belakangan ini. Tidak perlu jadi superhero untuk membela Indonesia. Cukup ngumpul-ngumpul di jalanan aja, sudah sangat membantu Indonesia menjadi juara dunia.
Mari Indonesia, lanjutkan perjuanganmu untuk menjadi nomor satu di dunia!
#dirumahsaja #tulisansatire #semogasadar #tidakperlujuaradunia #inibukandoa #semogainitidakterjadi #kzl