Saya kenal Freeletics di bulan September 2014. Waktu itu saya diperkenalkan oleh Abang saya dengan Freeletics. Coba-coba daftar dan melakukan beberapa workout saya merasa cocok dan mendukung olahraga yang paling saya sukai, yaitu lari. Awal tahun 2015 saya mencoba menu Freeletics dari pdf yang saya dapatkan di laman Facebook Freeletics Indonesia. Saya ambil yang cardio. Sayangnya hanya bertahan dua bulan, tepatnya berhenti di minggu ke-8 karena saya sakit waktu itu sehabis hell day di minggu ke-7.
Ketika berhenti Freeletics kebetulan tidak lama setelah itu bulan puasa. Praktislah selama bulan puasa tidak berolahraga sama sekali. Padahal saat itu saya sudah dua kali berhasil lari 10k dua kali dengan waktu antara 70-80 menit. Lari 5k sudah berhasil di bawah 40 menit plus ditunjang Freeletics selama 8 minggu saya rasa saya dalam kondisi paling prima. Apalagi selama 8 minggu intense berolahraga, berat badan pun turun lumayan, hampir 3 kilo. Continue reading