SUNATULLAH AIR MEMANG MASUK KE TANAH

Saya baru dengar inovasi dari seorang calon gubernur, bahwa air itu Sunatullah-nya masuk ke tanah. Ini adalah pernyataan yang kocak, karena banjir di Jakarta solusi terbaiknya adalah memuluskan aliran kali yang mampet ke laut sehingga daerah sekitar sungai tidak terkena dampak banjir.

Mungkin itu pikiran yang ada di kebanyakan orang, baik pemilih gubernur yang sekarang, pemilih gubernur yang sebelumnya atau bukan warga DKI, tapi ikutan komen di keseruan pilkada DKI Jakarta tahun 2017 lalu.

Air masuk ke tanah seperti menjadi hal yang menggelikan. Karena kita sama-sama tahu kalau di Jakarta hampir semua permukaan tanahnya telah tertutup semen, aspal dan gedung-gedung bertingkat.

Jadi air masuk tanah sebagai solusi seakan-akan mengubah secara radikal tata kota Jakarta dan tidak masuk akal untuk dapat menangani banjir secara optimal.

Apalagi di periode gubernur yang sebelumnya, dan juga sebelumnya, sangat digiatkan kegiatan pembersihan sungai yang dinamakan normalisasi sungai. Dampaknya pun signifikan.

Continue reading

Ganjil Genap Semoga Bukan Hanya Wacana

Beberapa hari terakhir ini muncul lagi wacana mengenai pembatasan kendaraan dengan kebijakan nomor polisi ganjil dan genap. Wacana ini menarik karena dimotori oleh sang Gubernur sendiri, Jokowi. Apa sih kebijakan nomor polisi ganjil dan genap ini? Sepanjang yang saya ketahui kebijakan ini pembatasan kendaraan pada hari tertentu dengan memperbolehkan mobil dengan nomor polisi ganjil atau genap saja yang melewati jalan tertentu.

Wacana ini sepertinya sudah ada sejak lebih dari 10 tahun lalu dan belum pernah ada realisasinya. Semoga kali ini sang Gubernur pun tidak sekedar berwacana namun melakukan aksi nyata. Kabarnya saat ini rencana kebijakan tersebut sedang dalam kajian dan paling cepat akan diputuskan pada Maret 2013. Continue reading

Tarawih Dihadiri Walikota, Kampanye Terselubung?

Saya hari ini tidak tarawih di mesjid. Rumah saya dekat mesjid, sehingga ketika ada suara dari mesjid ketika orang berceramah, maka suaranya cukup jelas terdengar ke rumah saya. Saya agak kaget ketika mendengar bahwa mesjid dekat rumah saya malam ini dikunjungi Pak Walikota beserta jajarannya yaitu Camat dan Lurah. Saya tahu mesjid itu dikunjungi karena di speaker mesjid terdengar jelas “Selamat datang kepada Bapak Walikota…”

Acara tarawih dimulai dengan sambutan dari ketua mesjid (berdasarkan suara yang saya dengar dari pembawa acara). Intinya ketua mesjid tersebut sangat bangga karena mesjidnya dikunjungi Pak Walikota. Di akhir sambutannya, ada acara bantuan dari Pak Walikota kepada mesjid yang bersangkutan. Selanjutnya Pak Walikota didaulat untuk memberikan sepatah dua patah kata.

Continue reading

Perjalanan Dukungan, 5 km Hari Keempat

Hari ini, seperti kemarin, saya memulai perjalanan sejak pukul 5 pagi. Naik Busway juga. Namun rute yang saya lalui agak berbeda hari ini. Jika sebelumnya saya ambil rute yang jalurnya searah arus kendaraan, hari ini saya ambil rute yang berlawanan dengan arah arus kendaraan. Dengan kata lain saya ambil jalan seberang dari yang saya ambil kemarin. Dan jalan seberang itu benar-benar langsung berhadapan dengan jalan raya, tanpa bisa melewati perumahan dimana saya dapat mendengar burung berkicau.

Awal perjalanan saya kurang menyenangkan. Karena trotoar jalan tersebut kurang memadai. Trotoar sangat sempit. Bahkan jalanan trotoarnya rusak dan agak sulit bagi saya untuk berjalan di trotoar tersebut. Namun begitu mendekati gedung yang bagus, trotoarnya membaik. Jalan trotoarnya lebih lebar, dan jalannya pun bagus. Begitu terus saya dapati. Gedung bagus, trotoarnya bagus. Gedung kurang bagus, trotoar pun seadanya. Seakan-akan yang memelihara dan merawat trotoar adalah pemilik gedung, bukan pengelola kota. Continue reading

Perjalanan Dukungan, 5 Km Hari Ketiga

Hari ini saya memulai perjalanan sejak pukul 5 pagi. Iya, saya hari ini berjalan kaki ke kantor yang jaraknya 15 km. Loh padahal kan jalan kakinya cuma 5 km, kok jaraknya 15 km? Iya, soalnya yang 10 km lagi saya tempuh dengan naik Busway. Jadi saya berjalan 1,5 km dari rumah menuju halte busway, kemudian naik busway hingga halte tujuan, dan berjalan kaki lagi 3,5 km ke kantor. Total berjalan kaki adalah 5 km.

Perjalanan menuju halte busway dari rumah saya tempuh dengan cepat karena memang masih segar. Saya tidak lagi melihat spanduk atau baliho besar gambar kandidat di sekitar jalan. Paling yang saya temui adalah stiker-stiker gambar kandidat yang ditempel di tiang listrik, di tembok bahkan di jalanan dimana stiker-stiker tersebut sudah mengotori jalan. Continue reading

Perjalanan Dukungan, 5 km Hari Kedua

Hari ini, seperti kemarin, saya memulai perjalanan pukul 7 pagi. Rute yang saya lewati adalah keluar komplek, lalu berjalan menuju Hutan Kota Srengseng (lewat doank) dan balik lagi ke komplek. Jarak perjalanan kira-kira 5 km. Perjalanan ditempuh dalam waktu kira-kira 1 jam. Saya menempuh perjalanan jalan besar, jalan kecil, gang dan juga pinggir kali. Di jalan besar lebih banyak ditemui ruko-ruko atau tempat usaha. Di jalan kecil, dan gang, banyak ditemui rumah-rumah sempit, walaupun ada beberapa rumah besar yang mobilnya berjejer sesuai kapasitas garasinya.

Walaupun sudah memasuki masa tenang, saya masih banyak melihat atribut kampanye dari beberapa kandidat. Bahkan di beberapa tempat, terdapat spanduk besar gambar kandidat incumbent. Malah saya juga menemukan spanduk besar tersebut di rumah ketua RT setempat, masih terpampang megah. Bagusnya, tidak satu pun atribut kampanye gambar pasangan nomor 5 saya temui. Artinya operasi semut yang dijalankan kemarin sukses. Atau memang kampanyenya tidak menyentuh hingga gang-gang yang menggerakkan ketua RT sebagai juru kampanye.

Continue reading

Perjalanan Dukungan, 5 km Hari Pertama

Hari ini seperti rencana saya berjalan sejauh 5 km keliling komplek saya. Kebetulan satu keliling komplek saya sekitar 1 km. Jadi untuk mencapai 5 km saya hanya perlu keliling komplek sebanyak 5 kali. Saat keliling komplek, saya tidak sendirian, tapi ditemani oleh anak saya yang masih berumur 8 bulan. Dia saya dorong dengan stroler sejauh 3 keliling. Sehabis itu saya sendirian sebanyak sisanya.

Tadinya saya berencana untuk jalan mulai pukul 6 pagi. Ternyata saya baru berjalan pukul 7 pagi karena harus menemani anak terlebih dahulu. Pukul 7 sudah terlihat matahari dan sudah cukup terang. Saya bahkan berjalan selama satu jam lebih karena memang 3 km pertama sembari mendorong anak membawa stroler.

Satu hari telah terlaksana. Tinggal empat hari lagi perjalanan dukungan saya untuk pasangan nomor 5, Faisal-Biem. {nice1}