Beberapa hari lalu saya baru saja menonton film Cars 3. Menarik sekali ceritanya. Saya langsung membayangkan sosok legendaris pembalap MotoGP, yaitu Valentino Rossi atau yang lebih dikenal dengan nama VR46.
Kenapa saya bisa mengkaitkan film Cars 3 dengan VR46? Karena cerita keduanya mirip. Paling tidak di bagian terbesar film Cars 3 dengan kehidupan VR46 mirip. Yang beda mungkin endingnya di Cars 3 yang belum dilakukan oleh VR46 sampai saat ini.
Apa endingnya? Silakan dibaca artikel ini sampai habis.
Cars 3 dimulai dengan kesenangan Lightning Mcqueen, tokoh utama dalam film ini, yang juga merupakan tokoh utama dalam film sebelumnya Cars dan Cars 2, berlomba balap mobil mirip balapan mobil NASCAR di dunia nyata. Mobil-mobil hanya dihadapkan pada trek oval dan mengelilingi trek tersebut hingga mencapai 500 putaran.
Di awal cerita Lightning Mcqueen sebagai pembalap papan atas di perlombaan balap, memiliki dua rival yang membuatnya tetap bergairah membalap. Namun seiring berjalannya waktu, prestasi dua rivalnya semakin menurun dan mulai digantikan oleh pembalap-pembalap muda. Hanya tinggal Mcqueen yang masih bertahan dengan prestasinya dan masih mampu tampil sebagai juara dalam banyak perlombaan.
Namun tiba-tiba kegemilangan Mcqueen tumbang dengan munculnya pendatang baru yang bernama Jackson Storm. Storm, yang digambarkan sebagai mobil dengan desain yang lebih futuristik daripada Mcqueen, tampil sangat cepat dan trengginas. Top speednya jauh di atas Mcqueen. Kecepatan rata-rata dalam satu putarannya pun bisa lebih dari 20-30km/jam daripada Mcqueen. Pantaslah dia menjadi juara.
Kehebatan Jackson Storm tidak datang begitu saja dari langit. Latihannya menggunakan ilmu pengetahuan. Ada simulator yang digunakannya untuk menaklukan tiap sirkuit yang akan dihadapinya. Jadi Jackson Storm tinggal membiasakan diri dengan simulator tersebut, dan jika konsisten dan tidak nabrak dalam balapan, dia akan tampil sebagai pemenang. Apa yang dilakukannya di sirkuit, sama persis dengan apa yang dilakukannya di simulator. Keren!
Bahkan ada komentator balap yang dapat memprediksikan kemenangan dari masing-masing pembalap lewat statistik penampilan pembalap tersebut di masa-masa yang lalu. Dengan kata lain, Mcqueen kalah kelas. Kalah teknologi. Kalah dari sisi umur. Dan pastinya kalah ganteng juga…#eh
Mcqueen pun tampil jadi pecundang, moralnya jatuh, dan dia terancam pensiun.
Persis kan ceritanya kaya VR46?
VR46 sejak tahun 2002, dimana lomba balap Motor 500cc berganti jadi MotoGP, selalu bertengger di tempat terhormat. Tercatat enam kali VR46 yang tergabung dalam tim Yamaha tampil sebagai pemuncak MotoGP hingga tahun 2009.
Dengan presatasinya tersebut VR46 telah berkembang dari sekedar olahragawan menjadi sebuah brand. Apa pun yang ada label VR46 akan laku keras di hadapan publik. Perilaku VR46 di dalam dan luar lapangan yang terpuji pun semakin membuat penggemar cinta kepadanya.
Kemudian dia pindah tim ke Ducati dan hanya menjadi juara harapan di dua tahun berikutnya. Namun demikian VR46 tetap berada di hati para penggemar dan kegagalan menjadi juara semata-mata karena tim Ducati yang tidak sekualitas tim Yamaha.
Tahun 2013, VR46 kembali ke tim Yamaha, namun di saat yang sama ada pendatang baru Marc Marques yang dikenal dengan MM93 merajai MotoGP di tahun itu. Rupanya itu bukan hal keberuntungan bagi MM93, karena dia mengulangi pencapaiannya lagi di tahun 2014, 2016 bahkan yang terbaru di tahun 2017.
MM93 gagal memuncaki klasemen di 2015 karena kalah dari VR46 di posisi kedua, yang dikenal oleh para pemuja VR46 sebagai tahunnya VR46 menjadi juara sejati. Artinya adalah, bukan juara dunia, tapi juara di mata penggemarnya. Yang menjadi juara tahun 2015 adalah Jorge Lorenzo, rekan satu tim VR46 di Yamaha, yang kemudian dianggap menjadi musuh nomor satu VR46 dan didepak dari tim Yamaha di musim berikutnya.
Terakhir kali VR46 menjadi juara praktis di tahun 2009 sebelum dia pindah ke Ducati di tahun berikutnya. Artinya sudah tujuh tahun terakhir ini, VR46 tidak berhasil tampil menjadi juara seri MotoGP. Memang dia beberapa kali tampil sebagai pemenang di beberapa sirkuit, tapi ketidakkonsistenannya yang membuat dia tidak tampil jadi juara.
Apalagi saat ini umur VR46 sudah mendekati 40 tahun, umur yang cukup tua untuk seorang olahragawan, bahkan untuk seorang pembalap sekalipun.
Yang dialami VR46 dan Mcqueen adalah sama. Apakah mungkin sutradara dari Cars 3 mengambil dari kisah nyata VR46 kemudian dimodifikasinya? Entahlah…
VR46 bagaikan Mcqueen. MM93 bagaikan Storm.
Lalu menurut Cars 3, apa yang harus dilakukan VR46 untuk mengalahkan MM93?
Menarik untuk mengetahui akhir cerita Cars 3, karena mungkin menurut saya itulah yang terbaik bagi VR46 untuk dapat mengalahkan MM93. VR46 pasti punya keahlian untuk itu, dan dia tahu persis bagaimana caranya mengalahkan MM93. Yang dibutuhkan VR46 adalah hanya satu orang. Dan orang itu persis seperti yang ada di cerita Cars 3.
Siapakah dia? Kita belum tahu saat ini, tapi jika VR46 mengikuti cerita Cars 3, dia akan segera tahu dan menemukan orang tersebut.
Semoga kecintaan VR46 kepada MotoGP terus memuncah, sehingga mirip Mcqueen, hidupnya didedikasikan hanya untuk balapan.
Sukses selalu VR46, semoga anda segera menemukan orang special tersebut!