Tiga Bulan dengan Kebiasaan Baru

shalat berjamaah

Sudah lebih dari tiga bulan ini saya melakukan kebiasaan baru. Kebiasaan itu adalah shalat wajib berjamaah di mesjid pada awal waktu. Kebiasaan itu bermula dari ceramah seorang ustadz di kantor tempat saya bekerja pada Bulan Ramadhan lalu. Ustadz itu memberikan pesan hanya satu, untuk menjadi lebih baik silakan dicoba shalat wajib berjamaah di mesjid pada awal waktu. Awalnya memang sulit, namun dalam tiga bulan terakhir ini tingkat kesuksesan saya melakukan shalat berjamaah di awal waktu cukup baik, rata-rata empat dari lima shalat berjamaah saya lakukan seperti pesan ustadz tersebut.

Dengan kebiasaan ini saya sudah terbiasa bangun sebelum atau pas Subuh. Saya biasanya memasang weker untuk memastikan saya bangun tepat waktu. Kadangkala tanpa weker pun saya berhasil bangun tepat waktu. Namun ada juga waktunya dimana saya terbangun kesiangan karena malam sebelumnya terlalu capek dan lupa memasang weker.

Continue reading

Berbuat Terbaik, Siap Dilupakan

Jupp Heynckes

Seringkali dalam melakukan sesuatu kita ingin meninggalkan jejak prestasi kita. Jejak prestasi itu biasanya disebut legacy. Misalnya dalam satu pekerjaan, kita seringkali ingin meninggalkan paling tidak template yang nantinya bisa digunakan oleh penerus-penerus kita. Bahkan jika kita kembali beberapa tahun kemudian dan template yang kita buat masih digunakan, maka kita akan sangat bangga akan hal tersebut. Namun seringkali kita lupa, bahwa legacy yang kita bangun seringkali malah merepotkan orang. Bahkan seringkali kita terlalu sibuk dengan legacy dan lupa berbuat yang terbaik dalam pekerjaan kita saat ini.

Beberapa minggu yang lalu, harian Kontan memiliki sebuah artikel dengan judul yang membuat saya tertarik. Judul artikel itu adalah “Tak membangun legacy, berbuat terbaik, siap dilupakan” oleh CEO Krakatau Steel, Tbk. Irvan Kamal Hakim. Ada potongan kalimat menarik dalam artikel tersebut yang membuat saya mengingatnya sampai hari ini. Potongan itu adalah

Continue reading