Berbuat Terbaik, Siap Dilupakan

Jupp Heynckes

Seringkali dalam melakukan sesuatu kita ingin meninggalkan jejak prestasi kita. Jejak prestasi itu biasanya disebut legacy. Misalnya dalam satu pekerjaan, kita seringkali ingin meninggalkan paling tidak template yang nantinya bisa digunakan oleh penerus-penerus kita. Bahkan jika kita kembali beberapa tahun kemudian dan template yang kita buat masih digunakan, maka kita akan sangat bangga akan hal tersebut. Namun seringkali kita lupa, bahwa legacy yang kita bangun seringkali malah merepotkan orang. Bahkan seringkali kita terlalu sibuk dengan legacy dan lupa berbuat yang terbaik dalam pekerjaan kita saat ini.

Beberapa minggu yang lalu, harian Kontan memiliki sebuah artikel dengan judul yang membuat saya tertarik. Judul artikel itu adalah “Tak membangun legacy, berbuat terbaik, siap dilupakan” oleh CEO Krakatau Steel, Tbk. Irvan Kamal Hakim. Ada potongan kalimat menarik dalam artikel tersebut yang membuat saya mengingatnya sampai hari ini. Potongan itu adalah

Continue reading

Tidak Ada Lagi G30S

Sejak tumbangnya Order Baru, film G30S-PKI yang selalu ditayangkan TVRI dan direlay oleh tiap stasiun TV tidak lagi wajib untuk ditayangkan. Film yang berdurasi lebih dari empat jam bercerita tentang kebrutalan PKI terhadap Jendral-jendral yang dikenal dengan sebutan pahlawan revolusi. Memang ada beberapa yang bukan berpangkat Jendral menjadi korban, tapi orang lebih tertarik dengan korban yang berpangkat Jendral daripada yang lainnya.

Terus terang saya tidak pernah full menonton film G30S-PKI selama hidup. Bahkan di saat film itu sudah berada di televisi selama belasan tahun menemani waktu hidup saya. Sebenarnya film sendiri cukup baik, tapi entah kenapa, karena terlalu banyak ngobrol di awal-awal film, maka seringkali membuat saya ngantuk dan tertidur sebelum adegan paling seru yaitu penyiksaan kepada para Jendral ditampilkan.

Continue reading

Gelar Advance Communicator Bronze

Setelah ikutan Toastmasters selama hampir lima tahun, akhirnya saya berhasil mendapatkan gelar Advance Communicator Bronze hari ini. Apa itu Advance Communicator Bronze? Itu adalah gelar yang diberikan kepada anggota Toastmaster jika telah menyelesaikan 20 speech project yang ditugaskan kepadanya. Artinya saya telah melakukan speech di depan orang secara resmi di Toastmaster sebanyak 20 kali. Wow jumlah yang cukup banyak, apalagi jika tahu dari mana saya berasal.

Semenjak menjadi anggota Toastmasters, rate speech saya tiap tahun adalah hanya 3. Jadi jika lima tahun, maka seharusnya baru 15 speech. Namun karena saya memiliki target yang diharuskan oleh klub saya agar klub mendapatkan kredit atas prestasi saya, maka saya pun memberanikan diri untuk menyelesaikan lebih dari 3 speech per tahun. Akhirnya inilah saya dengan 20 speech dalam 5 tahun.

Continue reading

Hari Kampanye

Hari Rabu (15 Juni 2011) kemarin, saya akhirnya melaksanakan acara kampanye untuk menjadi Presiden Toastmaster di klub kantor saya. Saya maju paling pertama dalam berkampanye, dilanjutkan oleh kedua kandidat lain. Seperti rencana saya sebelumnya, saya akan bercerita mengenai masa lalu saya sebelum bergabung di Toastmaster hingga saat ini.

Saya bercerita pengalaman saya di tahun 2004 lalu, pengalaman tampil di depan publik. Tepatnya adalah tanggal 17 Agustus 2004 sewaktu saya masih bekerja di lepas pantai. Waktu itu saya adalah pekerja paling junior, sehingga saya didaulat menjadi petugas upacara. Tugas saya sebenarnya cukup ringan, yaitu hanya membacakan Pancasila yang diikuti oleh seluruh peserta upacara. Tapi apa daya…..ketika saya berdiri dan membacakan Pancasila, tiba-tiba kaki saya bergetar…. Pancasila yang saya hapal luar kepala sejak kecil, tiba-tiba tidak lagi saya hapal dan saya terpaksa harus konsentrasi membaca teks untuk mengurangi getaran kaki saya….

Continue reading

Bersaing Menjadi Nomor Satu

Besok (15 Juni 2011) akan ada kampanye pemilihan ketua atau presiden dari klub di kantor yang saya ikuti sejak tahun 2006. Kebetulan saya menjadi salah satu kandidatnya. Klub tersebut adalah bagian dari Toastmaster Internasional.

Sebenarnya perjalanan saya hingga menjadi salah satu kandidat diiringi oleh kecelakaan. Secara kebetulan kandidat kuat yang dipersiapkan orang-orang mendadak tidak bersedia menjadi presiden untuk masa satu tahun mendatang. Dan lebih buruknya adalah tidak ada satu orang pun yang mendaftar secara sukarela untuk menjadi kandidat presiden.

Lalu saya ditawari oleh seorang teman yang kebetulan juga presiden incumbent. Saya memberinya syarat, jika dia berhasil mendapatkan kandidat dua orang lagi, maka saya berminat maju. Saya ingin di klub tersebut paling tidak ada tiga kandidat presiden, sehingga pemilihan berjalan menarik.

Continue reading