Masih Mau Jauh dari Riba? Part 2

Harus diakui bahwa di jaman now, berteman baik dengan riba akan memudahkan dan membuat biaya hidup (harusnya) semakin rendah. Hal itu didukung oleh begitu banyaknya cara pembayaran dengan bau-bau riba, dan begitu banyak promo-promo yang kalau ditelisik lebih jauh sebenarnya adalah riba.

Tapi ada juga efek samping dari riba. Selain efek sampingnya secara negara adalah inflasi, efek samping juga dirasakan secara pribadi. Continue reading

Bunga Negatif di Eropa, Apa Dampaknya bagi kita?

Sentral Bank Eropa

Dulu ketika kuliah dan belajar tentang Ekonomi Makro, saya diajari tentang adanya hukum permintaan dan penawaran. Ketika permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga akan cenderung naik. Contohnya adalah ketika menjelang lebaran dimana harga-harga kebutuhan pokok naik karena permintaan yang naik. Sedangkan jika penawaran naik sedangkan permintaan turun, maka harga akan cenderung turun. Contohnya adalah barang fashion yang sudah ketinggalan jaman cenderung memberikan diskon agar lebih laku dijual.

Nah beberapa hari lalu ada berita tentang bunga deposito yang negatif terjadi di Eropa. Apa akibat dari suku bunga yang negatif ini bagi kita? Jika masih ingat pelajaran Ekonomi Makro, jika suku bunga turun, maka masyarakat cenderung menarik uangnya dari bank dan digunakan untuk investasi. Suku bunga turun menyebabkan investasi naik. Investasi naik, pertumbuhan naik. Pertumbuhan naik, inflasi pun naik. Inflasi naik, suku bunga naik. Suku bunga naik, masyarakat kembali memasukkan uangnya ke bank. Rasanya seperti itu teorinya.

Continue reading

10 Ribu Lembar Saham Sudah Tercapai

saham saat ini

Sebelumnya saya sempat membuat target hingga akhir tahun akan mengumpulkan 10 ribu lembar saham atas salah satu emiten yang saya pilih. Hari ini target tersebut tercapai. Saya sudah mengkoleksi 10 ribu lembar saham emiten berkode GIAA. Saat ini memang saya masih dalam posisi rugi dalam mengkoleksi emiten tersebut, namun entah kenapa saya yakin sekali dengan emiten ini akan beranjak naik suatu saat nanti. Walaupun laporan keuangan kuartal tiga yang baru diterbitkan mengindikasikan perusahaan ini masih dalam kondisi merah, saya masih akan terus mengkoleksi saham dari emiten ini.

Satu milestone saya dalam berinvestasi saham telah saya lewati. Milestone berikutnya adalah mengkoleksi 50 ribu lembar saham atas satu emiten yang saya pilih. Emiten ini bisa emiten yang sama dengan yang saya miliki sekarang, bisa juga emiten yang berbeda. Target untuk mencapai milestone berikutnya adalah akhir tahun 2014.

Continue reading

Kemana Harus Berinvestasi?

investasi

Bagi yang ingin memulai berinvestasi kemungkinan besar akan bingung apa yang harus dilakukan. Bingung yang paling besar adalah bingung kemana harus menempatkan modal untuk investasi. Apakah saham? Apakah emas? Apakah properti? Atau malah bisnis pribadi? Semua contoh investasi tersebut adalah benar. Yang terpenting adalah memulainya.

Investasi pun harus disesuaikan dengan tujuannya. Tujuan menggambarkan besaran uang saat tujuannya tercapai. Di samping itu harus juga ditentukan jangka waktu untuk mencapai tujuan. Nah, jika besaran uang sudah didapatkan dan jangka waktu sudah ditentukan, tinggal memilih strategi investasi yang tepat untuk mencapai tujuan dengan jangka waktu tersebut.

Continue reading

Menjadi Bebas Finansial

bebas finansial

Dulu saya tak tahu makna dari Bebas Finansial. Yang saya tahu bebas finansial artinya kita punya uang banyak sekali sehingga apa pun yang kita butuhkan terpenuhi. Namun jika bebas finansial diartikan dengan uang banyak, maka hal itu tidak terukur. Oleh karena itu bebas finansial harus terukur, berapa banyak uang yang kita butuhkan untuk menjadi bebas finansial.

Di acara Wealth Expo 2013 lalu, seorang pembicara menjelaskan tentang definisi bebas finansial. Rumusnya sederhana. Saat pengeluaran per bulan kita lebih kecil daripada penghasilan pasif kita per bulan, maka itu sudah disebut bebas finansial. Jadi kalau kita punya pengeluaran per bulan Rp 10 juta, maka selama penghasilan pasif kita lebih besar dari Rp 10 juta, maka kita sudah dapat disebut bebas finansial. Mudah kan?

Continue reading

Mengejar 10 Ribu Lembar Saham

saham saat ini

Sejak akhir April 2013 lalu saya mulai aktif berinvestasi di pasar saham. Bahkan sejak saat itu, dimana ada uang lebih saya langsung belikan saham yang saya suka daripada saya habiskan untuk berbelanja. Hingga hari ini (30 Juni 2013) saya telah menginvestasikan lebih dari Rp 15 juta dan telah memiliki 20 ribu lembar saham di delapan emiten yang berbeda. Lembar saham yang saya miliki untuk satu emiten yang terbanyak adalah 7 ribu lembar saham dan yang paling sedikit adalah 500 lembar saham.

Sebagai seorang investor saya jarang sekali memperdagangkan saham-saham yang saya beli. Memang sekali-sekali saya suka menjual saham yang saya beli dengan tujuan trading, namun paling banter dalam sebulan saya hanya melakukannya sekali. Jadi saya memang bertujuan untuk menjadi investor di pasar saham yang sedang saya geluti ini.

Continue reading

Perjalanan Menuju Pasar Saham

Saya mulai mengenal investasi sejak tahun 2008 ketika saya menemukan seorang perencana keuangan pribadi lewat sebuah blog. Dari situ saya mulai mengenal yang namanya reksadana dan mulai menggeluti reksadana sejak saat itu. Saya sempat tidak aktif di reksadana saat akhir 2008 lalu dimana saat itu terjadi krisis dunia akibat kesalahan sistem KPR di Amerika. Saya yang mulai kenal dengan reksadana agak takut juga saat itu apalagi saat itu Nilai Aktiva Bersih reksadana yang saya pilih turun jauh sekali hingga lebih dari 50%. Saya pun sempat berhenti sementara melakukan top up reksadana sampai pertengahan tahun 2009.

Reksadana yang saya pilih cuma dua macam, yaitu reksadana saham dan reksadana pasar uang. Reksadana saham untuk jangka panjang (walaupun saat pasar modal turun sempet takut) dan reksadana pasar uang untuk jangka pendek. Saya tidak bermain di jangka menengah karena menurut saya returnnya tidak sepadan dengan penantiannya. Saya aktif melakukan top up di reksadana paling tidak Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta rupiah per bulannya. Saya memilih reksadana Manulife Dana Saham untuk reksadana saham dan Mandiri Investa Pasar Uang untuk reksadana pasar uang. Tidak ada alasan istimewa memilih keduanya. Alasan utama saya adalah top up fee keduanya adalah nol persen.

Continue reading

Pemilik Perusahaan

Saham

Akhir April 2013 lalu saya mulai mendaftarkan diri ke perusahaan sekuritas agar saya dapat berinvestasi saham. Sebelum mendaftarkan diri, saya sempat malang melintang bertanya ke beberapa pihak mengenai prosedur investasi saham dan juga resiko dan keuntungan yang bisa diperoleh atau diterima jika berinvestasi saham. Sebelumnya saya hanya berani melakukan investasi reksadana dimana per bulannya secara rutin saya melakukan penambahan dana.

Walaupun saya sudah banyak bertanya kesana kemari, namun begitu dihadapkan kepada investasi saham yang sesungguhnya saya pun sempat kebingungan. Saya tiba-tiba tidak mengerti cara melakukan pemesanan pembelian saham padahal sudah beberapa kali dikasih tahu oleh mertua saya yang memang aktif di pasar saham satu tahun belakangan ini. Saya pun bingung harus memilih saham yang mana, padahal sebelumnya saya sudah menentukan saham-saham mana yang mau saya pilih. Yang paling membuat saya bingung adalah tujuan investasi saham saya. Sebelumnya saya hanya ingin membeli saham-saham yang produk perusahaannya saya atau banyak orang pakai atau manfaatkan. Namun begitu terlibat langsung, saya pun tenggelam dalam analisa teknikal saham-saham yang tidak jelas bentuk perusahaannya.

Continue reading