DIPAKSA JAGO

Tahun 2019 ini dimulai dengan kejutan yang terjadi di dunia persepakbolaan Asia. Qatar untuk pertama kalinya tampil menjadi juara di ajang Piala Asia dan di final mengalahkan negara tersukses di Asia yaitu Jepang dengan skor 3-1.

Dulu kesebelasan Qatar hanya menjadi kasta kelas dua di timur tengah maupun di Asia.

Kenapa kelas dua? Karena masih ada kelas tiga seperti Indonesia dan kelas empat seperti Hong Kong.

Lalu siapa kelas satunya?

Di timur tengah ada Saudi Arabia dan Iran. Irak juga.

Di level asia ada dua raksasa Jepang dan Korea ditambah satu pendatang baru, Australia.

Kemudian di awal tahun dua ribu belasan, Qatar nekat untuk mendaftar menjadi tuan rumah piala dunia 2022. Tak tahunya kenekatan itu berbuah hasil. Qatar pun berhasil mengalahkan pesaing-pesaingnya tuk menjadi tuan rumah piala dunia 2022.

Bagi pengamat sepakbola amatiran seperti saya, langkah Qatar menjadi tuan rumah piala dunia 2022 adalah semata-mata untuk mendapatkan tiket gratis piala dunia, dimana Qatar belum pernah masuk ke piala dunia sebelumnya. Qatar sendiri tidak pernah dikenal sebagai negara yang kuat kultur sepakbolanya walaupun tidak jelek-jelek amat mainnya.

Namun Qatar pun membuktikan kualitasnya.

Continue reading

Ngantuk Nonton Euro

Tadi malam perhelatan Euro 2012 dimulai. Kita disuguhi tontonan dari mulai habis Maghrib hingga hampir pukul empat dinihari. Tontonan dari Maghrib sungguh membosankan. Seperti biasa official broadcaster Euro 2012 untuk Indonesia menayangkan lagu dan sulap yang tidak ada hubungannya dengan olahraga sepakbola. Malah ada sedikit pembohongan publik, karena disebutkan bahwa pertandingan bola akan dimulai pada pukul 10 malam. Kenyataannya, pertandingan baru dimulai pukul 11 malam. Wajarlah, buat ngisi slot iklan!

Uniknya, begitu pertandingan pertama dimulai antara Polandia vs Yunani, saya pun mulai mengantuk. Terang saja, wong selama ini jarang sekali tidur hingga larut malam. Saya hanya menonton menggunakan kulit mata, sambil mengawasi anak yang tertidur di sebelah saya. TV saya biarkan menyala, sehingga ketika gol terjadi saya tahu dan terbangun. Akhirnya, karena hanya menonton lewat kulit mata, saya pun benar-benar tertidur beberapa saat setelah gol balasan dari Yunani terjadi. Saya baru bangun ketika anak saya terbangun untuk minum susu pada pukul 1 pagi atau setelah pertandingan tersebut berakhir.

Continue reading