Belum Berani Naik Angkot

bayar angkot

BBM sudah naik sejak minggu lalu. Tarif angkot pun langsung menyesuaikan diri dengan menaikkan tarif. Saya sampai hari ini belum berani naik angkot semenjak BBM naik. Satu-satunya angkutan umum yang saya naiki setelah BBM naik adalah busway yang tarifnya belum berubah.

Dengan kenaikan harga BBM bersubsidi maka kabar yang saya dapatkan adalah angkutan umum kecil dan menengah seperti mikrolet dan bus sedang tarifnya naik hingga 50% walaupun belum secara resmi ditetapkan pemerintah. Saya yang melihat kenaikan sepihak itu sebenarnya mau-mau saja membayar, namun karena belum ada kejelasan dari pemerintah daerah, saya pun lebih memilih tidak naik angkutan umum.

Continue reading

Biker Ibukota

Honda Scoopy

Semenjak mendapatkan hadiah Sepeda Motor Honda Scoopy bulan Januari lalu, baru hari ini saya secara resmi menggunakan motor tersebut untuk jarak yang cukup jauh. Saya menggunakan motor saya untuk pergi ke kantor. Memang ini bukan pertama kali saya membawa motor saya ke kantor, namun inilah yang pertama sejak tahun 2008 lalu saya tidak pernah lagi mengendara motor untuk jarak yang cukup jauh.

Saat pergi di pagi hari, saya tidak terlalu merasakan perbedaan mengendarai motor saat tahun 2008 lalu dengan sekarang. Saya sampai di kantor saya setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 30 menit dengan jarak tempuh kira-kira 15 km. Kemacetan dan kesesakan jalan raya tidak terlalu saya rasakan karena memang jalur yang saya ambil kebetulan kebanyakan berlawanan arah dengan arus kemacetan pagi hari.

Continue reading

Keluar dari Zona Nyaman

zona nyaman

Dua tahun terakhir ini saya selalu menggunakan fasilitas shuttle kantor untuk beraktivitias bolak-balik kantor. Banyak sekali keuntungan naik shuttle kantor, di antaranya adalah keamanan yang tinggi, kenyamanan yang tinggi dan kepastian waktu yang tinggi. Tidak perlu lagi berjibaku menembus kemacetan kota Jakarta. Bahkan seringkali tertidur di perjalanan karena begitu nyamannya.

Semua hal di atas memang sangat sulit untuk dilepaskan. Hal tersebut adalah surga bagi perjalanan di Jakarta yang terkenal dengan kemacetannya yang hebat. Namun saya takut terlena. Saya rasa ada hal-hal yang bisa saya eksplorasi lebih dalam bila tidak ikut shuttle kantor. Untuk itu saya harus memaksakan diri untuk berhenti dari shuttle kantor.

Continue reading

Sulitnya Menyebrang Jalan di Kerumunan Sepeda Motor

Jika anda suka berjalan kaki di jalanan Jakarta, tentunya anda sering ingin menyebrang jalan, namun tidak tersedia jembatan penyebrangan atau zebra cross di dekat anda berada. Akhirnya anda terpaksa menyebrang jalan melewati arus lalu lintas yang lewat di jalan tersebut. Namun kadang anda kesulitan menyebrang jalan karena penuh dan cepatnya arus lalu lintas yang sedang lewat. Apalagi jika arus lalu lintas tersebut dipenuhi oleh kerumunan sepeda motor.

Saya sering mengalami kesulitan tersebut, terutama di sore hari ketika akan pulang. Rumah saya dekat dengan jalan dua arah dengan masing-masing arah terdiri dari dua lajur. Ketika saya menyebrang di arah yang sibuk dengan kendaraan bermotor, terutama sepeda motor, maka saya hanya sukses menyebrang ketika semua kendaraan bermotor, terutama sepeda motor sudah benar-benar habis, dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan hingga bermenit-menit.

Sejak kecil saya sudah biasa menyebrang karena memang waktu masih duduk di bangku sekolah dulu minimal saya menyebrang jalan raya dua kali. Jadi menyebrang bukan lagi hal yang baru bagi saya. Bahkan saya dapat menyebrang di sela-sela mobil yang berjalan cukup cepat, selama itu hanya maksimal dua lajur. Kenapa hanya dua lajur? Karena kalau cuma dua lajur artinya kita hanya perlu antisipasi dua kendaraan sekaligus, yaitu kendaraan yang berada di lajur yang dekat dengan kita dan kendaraan yang berada di lajur yang jauh dengan kita. Jika ada 3 lajur atau lebih, maka tingkat kesulitan menyebrangnya akan menjadi lebih sulit karena harus mengantisipasi tiga kendaraan yang berjalan di tiga lajur berbeda sekaligus.

Continue reading